73. TIDAK PEKA

286 12 0
                                    

"Baiklah, kalian bisa pergi lebih dulu. Aku akan menyusul karena ada beberapa barang yang belum aku cari sampai sejauh ini," ujar Rose yang rupanya memilih untuk tak bersama dengan mereka kali ini.

Emily memutar kedua matanya. Ah, apakah ini merupakan salah satu dari rencana Liam juga?

"Tak masalah, katakan saja jika kau memerlukan sesuatu lagi. Asisten pribadiku akan segera datang untuk membantumu," jawab Liam kemudian.

Mendengar hal tersebut tentu saja membuat Emily memutar kedua matanya. Oh, lihatlah. Liam begitu perhatian dengan seorang wanita, pasti ia juga begitu memberikan perhatiannya kepada wanita di luaran sana. Entah mengapa pikirannya menjadi semakin emosi dan panas saja saat melihat sosok pria yang satu ini di antara mereka berdua. Padahal, sebelumnya semuanya baik-baik saja.

"Ayo, sayang," ajak Liam kemudian. Emily mengerjap. Rupanya Rose telah pergi berlalu bersama dengan mobil yang sebelumnya mereka gunakan untuk pergi menuju ke mall yang satu ini.

Pada akhirnya di sinilah Emily, tengah duduk di belakang Liam. Rose rupanya memilih untuk menggunakan mobil yang lainnya. Cih, licik sekali dia jika di pikir-pikir.

Emily memang sengaja tak memilih duduk di samping Liam kali ini. Lebih baik ia duduk di belakang saja.

Terlihat Liam yang terus saja menatap ke arah belakangnya kali ini. Ia hanya ingin memastikan jika Emily baik-baik saja. Namun, sejak tadi mereka bahkan belum berbicara terhadap satu sama lain.

"Bagaimana dengan kegiatan belanjamu?" tanya Liam yang memecah keheningan seketika.

"Seperti biasa," jawab Emily singkat. Ia menatap ke arah jendela kamarnya kali ini dan tentu saja teringat akan sesuatu seketika itu juga.

Kenapa mereka berdua bertemu di dalam mall? Apakah Rafael telah berteman baik dengan pria yang satu ini? Atau yang lebih parahnya lagi Rafael tengah mendapatkan sebuah ancaman dari Liam?

"Apakah aku harus bertanya mengenai hal itu?" gumam Emily seorang diri. Apalagi malam nanti akan di adakan sebuah pesta taman di rumah Liam yang entah rumah yang mana karena pria ini memiliki banyak rumah di New York.

Emily lalu menatap ke arah depan dan tentu saja ia mengernyit saat melihat Liam yang saat ini juga tengah menatapnya, "Ada apa? Kenapa kau melihatku seperti itu?"

Liam mengerjap dan setelah itu menggeleng, "Tidak ada, maaf."

Seketika itu juga Liam menghela napas panjang. Ah, kenapa dirinya menjadi takut dengan wanita? Ia bahkan telah di takuti oleh banyak orang.

Drrt! Drrt!

Emily menatap ke arah ponselnya itu. Rupanya terdapat sebuah pesan yang telah di kirimkan untuknya. Ah, sepertinya itu penting karena ia mendapatkan dua pesan sekaligus di saat yang bersamaan.

"Aku sudah memesan kamar hotel untukmu. Rinciannya sudah aku kirimkan melalui email yang sempat kau tuliskan tadi. Selain itu, kebutuhanmu di sana juga telah terpenuhi."

"Katakan lagi jika kau memerlukan sesuatu selama berada di Minnesota. Aku akan dengan senang hati segera menyiapkannya sebelum kau tiba."

Lihatlah, Emily bahkan sama sekali tak merasa menyesal telah menyetujui kontrak yang telah mereka lakukan itu. Bisa di katakan bahwa ini adalah sebuah hadiah yang begitu mewah selama masa hidupnya.

"Sepertinya seseorang telah membuatmu tersenyum senang kali ini," sindir Liam dan terlihat raut wajahnya yang menyatakan tak suka. Namun, Emily tentu saja tak ambil pusing mengenai hal tersebut.

"Hanya sebuah meme," jawab Emily yang kemudian menyimpan kembali ponsel miliknya itu ke dalam tas.

"Hm," terlihat Liam yang tentu saja tak mempercayainya begitu saja. Apakah ia harus menyelidikinya?

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang