56. LIAM YANG NAKAL

877 17 0
                                    

Setelah semua pertemuannya dengan Adam dilakukan, Emily segera memilih untuk kembali pulang ke rumah keluarga Orlando tentu saja. Namun, saat memasuki rumah megah itu, ia bahkan sama sekali tak melihat keberadaan orang tuanya itu. Apakah pertemuan di antara mereka semua hanya sebatas seperti itu saja? Perjodohan dan setelah itu mereka pergi berlalu begitu saja?

"Apalagi pilihan mereka selalu saja berakhir sama seperti Gerald. Kenapa bisa seperti itu?" gumam Emily seorang diri, namun beruntung sekali jika dirinya bertemu dengan sosok pria-pria yang ramah dan juga baik.

Lucu sekali kehidupan Emily jika di pikir-pikir secara matang untuk yang kesekian kalinya. Ada banyak hal yang sebenarnya bisa ia lakukan setiap saat tanpa perlu memikirkan biaya atau pun kendala yang lainnya. Entah itu bermain golf seperti dulu saat ia mengantarkan Ayahnya bersama dengan rekan kerjanya itu, berbelanja, berlibur, atau pun yang lainnya. Tapi, rasanya ia akan lebih memilih untuk menjadi pole dancer sampai sejauh ini. Pekerjaan rahasianya itu tentu saja membuat Emily berhasil menjadi dirinya sendiri ketika sedang bermain dengan tiang tinggi itu.

Beberapa saat setelahnya, Emily terlihat menatap kosong ke arah luar jendelanya saat ini. Ia merasa bahwa dirinya memang benar-benar tak pernah mendapatkan sebuah perlindungan, terutama ketika dirinya belum di pertemukan dengan Liam. Tapi, untuk saat ini tentu saja situasinya berbeda. Liam telah melakukan semua hal yang bahkan sangat ia perlukan itu.

Tok! Tok!

Emily tak menyahutinya. Ia tetap dengan dirinya sendiri dan tak menghiraukan ketukan pintunya itu. Rasanya ia sendiri masih asyik dengan semua pikiran-pikiran dari dirinya sendiri.

Pintu pun terbuka setelahnya, namun hal itu justru tak membuat Emily menoleh atau pun yang lainnya sampai detik ini.

Sesaat kemudian, terlihat Liam yang berjalan masuk ke arah kamarnya saat ini. Ia tersenyum dan membiarkan wanita itu fokus dengan pikirannya sendiri. Rasanya asik sekali saat sedang menikmati sebuah tatapan kosong seorang diri hingga sejauh ini.

Ia lalu berbalik karena merasa penasaran dengan beberapa suara langkah kaki yang memasuki kamarnya itu, tak lama kemudian ia pun melihat kehadiran Liam di sana. Pria itu sedang melihat boneka miliknya. Tentu saja sebuah teddy bear cokelat pemberian dari Rafael saat itu.

"Apakah kau menyukainya?" tanya Liam seketika sambil memperlihatkan bonekanya itu kepada Emily saat ini.

Emily tersenyum setelahnya, "Aku sebenarnya tak suka dengan boneka. Mungkin, kebanyakan wanita di luar sana menyukainya. Tapi, aku tak munafik, aku akan memilih perhiasan dari pada boneka. Hanya saja karena itu pemberian dari Rafael, jadi aku menyukai boneka. Mungkin hanya boneka ini saja."

Liam tersenyum mendengarnya, "Hm  boneka ini empuk sekali. Tapi, aku menyetujui pendapatmu itu."

Emily merasa cukup terhibur saat ini. Lihatlah, Liam bahkan terlihat memeluk boneka itu dengan sangat gemas sekali. Kelihatannya ia begitu menyukai sesuatu yang empuk. Ah, pantas saja. Entah mengapa Emily memikirkan 'dua benda empuk' yang ia miliki itu. Liam selalu saja merasa gemas dengan mereka.

"Kau ini, letakkanlah boneka itu kembali di tempatnya," ujar Emily kemudian seraya menahan tawanya itu.

Liam menatapnya sejenak, "Kenapa? Memangnya boneka ini terdapat CCTV pada bagian kedua matanya sehingga aku tak di perbolehkan untuk memeluknya sebentar? Tapi, kenapa boneka besar seperti ini selalu di jadikan hadiah utama untuk wanita?"

"Ehm, entahlah," gumam Emily kemudian.

"Bagaimana jika jawabannya adalah iya? Apakah kau pernah membuka bajumu di hadapan boneka ini?" tanya Liam seketika sambil menatap ke arah Emily di saat itu juga.

"Cukup sering," jawab Emily dengan santai sekali, namun terlihat pandangan serta raut wajah dari Liam yang berubah drastis setelah Emily menyatakan hal tersebut kepadanya.

Liam seketika merasa panik, "Hei, aku akan membuatkanmu sebuah kalung sekaligus lampu hias untuk kamarmu ini yang terdapat CCTV di dalamnya."

Emily menatapnya seketika dan terlihat Liam yang saat ini mencoba untuk mencongkel kedua mata teddy bear itu.

"Liam, sudahlah. Semua itu hanyalah candaan saja. Aku tak pernah berganti pakaian di hadapan boneka itu. Lagi pula mustahil sekali jika Rafael memasangnya sebuah kamera pengintai hanya untuk melihatku. Ia tak mungkin akan melakukan hal aneh dan konyol seperti itu," gumam Emily kemudian namun Liam menggeleng ketika mendengar hal itu.

"Mana kita tahu. Pria terkadang licik, ada banyak hal yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, seperti aku," ujar Liam kemudian dengan santainya.

"Sudahlah, kau ini terlalu overthinking sekali," gumam Emily kemudian. Namun, seketika itu juga ia pun menatap ke arah Liam kembali. Ada satu jawaban yang membuat kedua kupingnya menjadi tergoda sekali untuk mendengarkannya.

"Tunggu, tadi kau mengatakan apa? Pria terkadang licik, ada banyak hal yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, seperti dirimu? Oh, aku paham sekarang," gumam Emily dan tentu saja hal itu membuat Liam membulatkan kedua matanya. Sepertinya Emily sudah salah paham mengenai kalimat itu. Semuanya tentu tidak seperti yang di harapkan oleh Emily.

"Hei, bukan seperti itu maksudnya, sayang. Kau sudah salah paham, dan tentu saja aku harus melakukannya untuk menjagamu. Siapa yang suka jika wanitanya bersedih atau pun diganggu oleh orang lain? Tentu saja tidak ada," jawab Liam yang cukup gugup karena ia tengah bersilat lidah mengenai hal itu.

Mendengar jawaban dari Liam lantas membuat Emily menatapnya, ia tersenyum simpul mendengarnya, "Tapi.. kau membantuku sampai saat ini karena kesepakatan atas pekerjaan malamku itu, bukan?"

Liam berjalan mendekatinya dan berdiri di belakang Emily saat ini. Ia tersenyum dan memeluk wanita itu, "Tentu saja karena aku mencintaimu, sayang. Kau tahu, saat itu seharusnya aku tak men-"

Drrt! Drrt!

Emily menatap ke arah ponselnya sejenak, namun karena letaknya cukup jauh membuatnya malas untuk mengecek panggilan masuk itu. Mungkin setelah ini ia akan memeriksanya, lebih tepatnya setelah Liam pergi dari dalam kamarnya itu.

Seketika itu juga Emily membulatkan kedua matanya saat kedua tangan Liam mulai bertindak nakal dengan tubuhnya itu. Ah, bisa-bisanya ia melakukan hal ini di rumah keluarga Orlando. Bagaimana jika Ibunya seketika masuk begitu saja? Apalagi Nicole Orlando yang notabene adalah Ibunda dari Emily itu sangat jarang sekali untuk mengetuk pintu kamar Emily terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam sana. Sehingga hal itu terkadang membuat Emily menggelar protes kepada Nicole, walaupun sampai sejauh ini masih belum terdapat perubahan dari wanita itu.

"Liam, jangan melakukan itu, kau ini nakal sekali. Bagaimana jika Ibu melihatnya? Kau bisa tak selamat setelah ini," gumam Emily dan tentu saja hal tersebut membuat Liam tak menggubrisnya. Ia justru semakin membuat Emily merasa geli akibat kecupan yang di berikan dari leher jenjang wanita itu.

"Liam, kau harus mendengarkanku sekarang, atau aku akan.. memusuhimu," gumam Emily dan tentu saja hal itu membuat Liam memberhentikan kegiatan nakalnya yang telah ia lakukan sejak tadi. Jika di pikir lebih lanjut tentu saja menyebalkan sekali ketika mereka berdua harus berdiam diri dan tak berbicara satu sama lain hanya karena permasalahan sepele seperti ini.

"Well done. Jangan memusuhiku karena jika kau melakukannya maka untuk hari ini hingga seterusnya kau akan kesulitan untuk mengetahui banyak rahasia yang bahkan belum kau ketahui sampai detik ini. Jadi, sebisa mungkin jangan sampai memusuhiku, ya," gumam Liam dengan seulas senyuman penuh arti tentu saja.

"M-maksudmu?" tanya Emily seketika dan terlihat Liam yang tersenyum penuh arti mendengarnya.

"Kau akan mengetahuinya nanti, tak lama lagi tentu saja," jawab Liam kemudian sambil pergi berlalu dari dalam kamar Emily. Namun, tentu saja ia telah meninggalkan banyak rasa penasaran itu untuk Emily.

"Sial, bahkan semua permasalahan yang terjadi padaku belum terselesaikan secara seutuhnya, tapi ia mengatakan jika terdapat banyak rahasia yang bahkan belum aku ketahui sampai detik ini?" gumam Emily seorang diri setelahnya.

Benar-benar membuatnya merasa sangat penasaran sekali.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang