26. KOLAM RENANG YANG PANAS

7.7K 346 2
                                    

Untuk hari ini, Emily merasa bahwa perjalanan mereka akan memakan waktu yang lama sekali. Bisa di lihat bahwa sejak dua jam yang lalu, mereka bahkan belum kunjung tiba di tempat tujuan itu.

Rasanya ingin sekali bertanya ke mana mereka akan pergi untuk hari ini karena Emily tentu saja merasa penasaran dengan tujuan mereka tersebut.

"Ada apa?" tanya Liam yang merasa bahwa sejak tadi Emily selalu saja diam-diam menatapnya berulang kali.

Namun wanita itu terdiam seketika saat Liam mulai bertanya kepada dirinya. Ah tentu saja ia tak tahu bagaimana caranya untuk bertanya dalam hal ini.

Semakin ke sini, semakin terlihat ke mana arah dan juga tujuan mereka. Kali ini Liam mengajaknya ke sebuah rumah yang terletak di dekat hutan. Ia tentu saja cukup takut karena ia mengira jika Liam akan menjual organ tubuhnya dengan orang lain di dalam hutan itu.

"Aku hanya mengira jika kau akan menjualku, maksudnya menjual organ tubuh milikku," gumam Emily kemudian saat mereka telah sampai di depan sebuah rumah megah itu.

Liam menatapnya seketika, "Tentu saja tidak. Aku juga tak rela untuk melakukannya. Sudah aku katakan, kau milikku dan tentu saja tak boleh ada yang menyentuhnya atau pun mengambilnya sedikit saja. Jika mereka melanggar maka akan ada akibatnya. Kau sudah melihat salah satu contohnya, bukan? Itu bahkan masih dalam keadaan hukuman yang ringan."

"Aku hanya mengiranya saja tadi karena kau mengajakku ke hutan ini," gumam Emily kemudian. Ah, seketika itu juga ia teringat dengan Rafael. Bagaimana kabar pria itu sejauh ini dengan semua berkas yang diberikan oleh Liam untuknya? Ia bahkan sama sekali belum mendapat berita dari pria itu.

Liam tersenyum mendengarnya, "Apakah kau takut berada di hutan ini?"

"Ya, ini mengingatkanku dengan film horror yang sering ku tonton dulu," jawab Emily kemudian karena keadaan di sekitar mereka sangatlah gelap sekali.

"Hei, tenanglah, lagi pula ada aku di sini," jawab Liam kemudian.

"Kau juga ada-ada saja, kenapa membeli rumah di dekat hutan?" tanya Emily seraya keluar dari dalam mobil itu. Ia merasa jika udara di sana sangatlah dingin sekali.

"Aku menyukai ketenangan. Rumah ini juga tak diketahui oleh siapa pun jadi kita bisa tinggal di sini sampai besok, sesuai dengan rencanaku," jawab Liam kemudian dan setelah itu mereka pun berjalan menuju ke arah dalam rumah tersebut. Rangkulan tangan di pinggang Emily pun seketika membuatnya merasa berbunga-bunga sekali. Bahkan ia bisa merasakannya jika saat ini di dalam perutnya terasa sekali kupu-kupu yang berterbangan.

"Wow," puji Emily seketika saat mereka masuk ke dalam sana.

Rupanya Liam memang seorang pecinta batu marmer. Lihat saja pada bagian lantainya. Bahkan rumahnya yang lainnya juga menggunakan batu marmer yang sama, tapi warnanya saja yang membuat mereka semua terlihat berbeda.

"Kau menyukainya?" tanya Liam kemudian.

Emily menatapnya dan tersenyum, "Tentu saja. Aku tak menyangka nya jika di dalam hutan seperti ini rupanya terdapat sebuah rumah mewah."

"Maka dari itu, aku membuatnya agar merasakan ketenangan dan juga tetap membuatnya terlihat mewah. Jadi, aku yakin jika kau akan merasa betah saat berada di sini," jawab Liam kemudian.

"Bagaimana jika aku tidak merasa betah di sini? Apakah kau memiliki sebuah garansi untuk itu?" tanya Emily kemudian dan tentu saja pertanyaan tersebut membuat Liam tersenyum.

"Aku akan memberikannya. Apa yang kau inginkan? Katakan saja," ujar Liam yang terlihat menantangnya kali ini.

Emily pun menatapnya, "Belum ada, tapi kita lihat saja nanti. Aku akan memegang semua ucapanmu itu."

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang