35. PERJODOHAN DAN SEBUAH RAHASIA

5.3K 313 4
                                    

Sejak kejadian siang tadi, Emily tak melihat batang hidung Rose dan juga pria yang ia ajak tadi. Entahlah ke mana perginya mereka tapi yang jelas Liam sama sekali tak mencari keberadaan mereka sama sekali. Tentu saja hal tersebut lantas membuat Emily merasa gemas sekali dengan pria itu.

"Ah, rasanya aku ingin mengambil cuti selama seumur hidup," bisik Liam yang saat ini tengah memeluknya dari arah belakang. Sudah dua jam lamanya mereka tertidur dengan nyenyak dan tentu saja tak ada adegan ranjang panas yang terjadi untuk sementara waktu, lagi pula keduanya tengah tak menginginkan hal itu terjadi untuk sementara waktu karena keadaan yang begitu rumit, di tambah lagi dengan Emily yang terlihat begitu sensitif karena semua hal yang sudah tak sengaja ia ceritakan kepada Liam tadinya.

Emily terlihat menatap ke arah lemari yang begitu mewah itu. Namun tentu saja pikirannya masih kalut dengan sosok Tomy yang seketika saja berada di hadapannya siang itu. Ia masih mengingat wajahnya dengan cermat tentu saja.

Tak mendapat respon apa pun dari Emily lantas membuat Liam tersenyum. Ia lalu membalikkan tubuh wanita itu agar tepat menghadap ke arahnya, "Apakah ada sesuatu hal lagi yang sedang kau pikirkan saat ini, tuan putri?"

Emily tersenyum kecil saat mendengarnya, "Tidak, aku hanya sedikit merasa lelah saja untuk hari ini."

Liam tahu bahwa wanita yang satu ini tengah berbohong kepadanya. Namun sebisa mungkin ia tak akan membuat Emily merasa tertekan, "Biarkan aku memelukmu, kemarilah, sayang."

Emily tak menolaknya. Jujur saja, ia memang memiliki love language berupa act of service yang merupakan bahasa cinta yang ditunjukkan dengan melakukan sebuah tindakan nyata. Bahasa cinta ini akan ditunjukkan melalui tindakan bukan hanya sekadar kata-kata. Tindakan ini harus dilakukan dengan sepenuh hati, agar pasangan Anda merasa percaya dan merasa dicintai. Selain itu, love languagenya pun physical touch atau sentuhan fisik. Ia baru mendapatkannya dari Liam untuk yang pertama kalinya. Tentunya ia menilai dari ketulusan hati Liam.

"Aku berjanji untuk tetap menjagamu, sampai kapan pun. Katakan saja jika kau memerlukan sesuatu hal atau pun terdapat seseorang yang menyakimu," bisik Liam dan tentu saja salah satu sifat pria ini yang begitu Emily sukai.

Ah, jika di pikir-pikir ia cukup munafik juga rupanya.

Emily menatap wajah Liam yang baru saja mengatakan sesuatu yang begitu spesial untuknya. Pria itu juga bercerita bahwa tadinya ia tak sengaja memecahkan dua guci mahal miliknya itu, bukan karena ia tak suka melihat Rose dan teman prianya yang tengah mengobrol di dalam rumahnya. Selebihnya tidak ada.

"Maaf, aku tak bermaksud untuk yang lainnya. Hanya saja tanganku ini begitu nakal sekali sampai memecahkan guci itu," ujar Liam kemudian seraya tertawa.

Emily bisa merasakan sosok Liam yang begitu jujur. Ia bahkan terlihat memberikan tatapan yang penuh perhatian kepada Emily untuk saat ini.

"Apakah ia mengira jika kau marah karena rasa cemburu?" gumam Emily seketika.

Liam menggeleng,"Aku sudah menyetujui semua keinginannya itu, jadi tentu saja ia tak mengira jika aku marah karena rasa cemburu atau sejenisnya."

Emily mengernyit mendengarnya, "Keinginan?"

"Ia sempat mengatakan bahwa ingin bercerai dariku dan aku akan menyetujuinya," jawab Liam kemudian dengan santainya.

Hei, apa ini?

***

Emily sama sekali tak menginginkan apa pun untuk ia santap pagi itu. Rasanya begitu malas untuk menyantapnya.

"Aku akan kembali pulang," ujar Emily seketika kepada Liam pagi ini.

Liam terdiam sejenak sambil fokus dengan roti isi miliknya. Mereka menikmati sarapan itu tanpa kehadiran Rose yang entah ke mana. Tapi tentu saja hanya Liam yang menikmatinya, tidak untuk Emily

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang