53. KEMBALI PULANG

407 19 0
                                    

Emily berjalan memasuki rumah megah milik Liam itu. Sesuai dengan permintaan dari Liam bahwa dirinya harus kembali pulang ke rumah pria itu. Tak masalah, sekaligus Emily hendak membicarakan beberapa hal penting dengan Liam malam ini.

"Selamat datang, sayang. Bagaimana pertemuanmu dengan Sandra?" tanya Liam dan tentu saja Emily tersenyum simpul saat mendengarnya.

"Selamat malam. Semuanya berjalan lancar, Liam," jawab Emily kemudian dan tentu saja Liam mengangguk saat mendengarnya.

"Bagaimana jika kita makan malam bersama?" tanya Liam namun Emily terlihat menggeleng.

"Aku tidak lapar, terima kasih," ujar Emily kemudian dan setelah itu pergi berlalu menuju ke dalam kamarnya yang berada di lantai atas.

Melihat hal tersebut lantas membuat Liam mengangkat kedua alisnya, "Sepertinya ada yang tidak beres di sini. Tumben sekali ia menolakku."

Liam lalu membiarkan Emily sejenak untuk pergi ke dalam kamarnya. Mungkin setelah Emily beristirahat beberapa waktu di dalam sana maka ia akan pergi menuju ke dalam kamar Emily.

Terlihat wanita itu yang nampak lesu dengan semua hal yang sudah ia dapatkan untuk hari ini.

"Kenapa aku tak langsung saja berbicara dengannya tadi?" gumam Emily yang menghela napas panjang. Baiklah, masih ada hari esok atau malam nanti, mungkin Liam sedang tak sibuk. Jadi, ia akan menggunakan kesempatan itu untuk berbicara dengan Liam mengenai semua isi otaknya selama mengobrol dengan Sandra tadi.

Emily lalu memilih untuk merendam tubuhnya di dalam bath up itu sambil terus memikirkan semuanya. Perkataan Sandra memang sangat benar sekali, apa yang telah ia katakan tentu saja sama persis dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya.

"Aku akan menceritakan semua itu dengannya mulai malam ini. Mungkin.. aku juga akan memberhentikan semua kesepakatan konyol ini," gumam Emily seorang diri dan setelah itu memilih untuk menenggelamkan kepalanya juga ke dalam air hangat yang menurutnya sudah tak hangat lagi. Di tambah dengan semua beban pikiran yang melanda dirinya sampai sejauh ini.

***

Tok! Tok!

Liam menatap ke arah pintu ruang kerjanya itu, "Masuklah, aku tak mengunci pintu itu."

Terlihat Emily yang masuk ke dalam sana dengan pakaian seperti biasanya, sebuah kaos hitam berukuran oversize beserta dengan celana pendeknya yang bahkan tak terlihat seperti menggunakan celana itu.

Liam yang menatap kehadiran Emily untuk pertama kalinya di dalam ruangannya itu lantas tersenyum. Ah, tumben sekali Emily datang untuk menghampirinya saat bekerja seperti malam ini.

"Ada apa, sayang? Apakah kau sedang menginginkan sesuatu?" tanya Liam dan terlihat Emily yang menatapnya sejenak sebelum mulai untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Ya, aku ingin bicara denganmu. Ini begitu penting untukku dan juga kau," jawab Emily kemudian dan tentu saja terlihat Liam yang mengangguk saat mendengarnya.

"Oh, baiklah, bagaimana jika di sini saja? Kebetulan aku juga hendak memberikanmu camilan yang baru saja kubeli tadi. Aku yakin kau menyukainya," ujar Liam dan tentu saja Emily mengangguk spontan. Mungkin ada baiknya pembicaraan mereka kali ini di temani oleh beberapa camilan yang entah apa itu.

Terlihat Emily yang melongo saat melihatnya. Ah, Liam rupanya sangat mengetahui apa yang disukai oleh Emily sampai sejauh ini. Ya, rupanya camilan yang ia maksud tadi adalah sekotak cokelat putih yang sangat Emily gemari sejak dulu bahkan hingga saat ini juga.

"Aku menyukai cokelat ini, bagaimana bisa kau mengetahuinya?" tanya Emily dan tentu saja Liam yang tengah duduk di hadapannya itu lantas tersenyum senang.

"Aku bahkan mengetahui semuanya tentangmu, sayang. Aku sudah mengatakannya sejak awal, bukan?" gumam Liam dan tentu saja Emily mengangguk. Baiklah, apa pun itu intinya Liam merupakan pria yang hebat dalam mengetahui sesuatu.

"Baiklah, langsung saja, aku.. ingin membatalkan kesepakatan kita itu," ungkap Emily kemudian dan tentu saja Liam terlihat menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar hal tersebut.

"Kesepakatan?" gumam Liam kemudian.

Emily mengangguk saat mendengarnya, "Ya, kesepakatan yang kita lakukan itu tentu saja. Aku ingin jika semuanya berakhir hari ini. Mungkin, kau bisa mengatakan semuanya mengenai pekerjaanku itu kepada keluargaku. Aku tak peduli jika mereka akan mengasingkanku atau pun tak menerima semua hal yang telah aku kerjakan selama dua tahun belakangan ini. Kau bebas mengatakannya kepada mereka. Aku mengatakan ini karena--aku melihat hubungan di antara dirimu dan juga Rose cukup renggang akibat kehadiranku. Aku harap kau mengerti dengan apa yang aku katakan."

Liam masih menandanginya sambil tersenyum saat Emily tengah menikmati cokelat yang ia beli beberapa jam yang lalu itu, "Bagaimana jika semua hal yang telah aku lakukan untukmu dan juga semua kegiatan yang telah kita lakukan selama ini adalah murni tanpa sebab dari kesepakatan itu? Apa yang akan kau lakukan?"

Emily terdiam sejenak saat mendengarnya. Cukup bingung untuk menjawabnya karena ia cukup terkejut saat mendengarnya kali ini, "Aku bahkan tak mengira ke arah sana karena dari awal murni berasal dari kesepakatan yang telah kau janjikan kepadaku itu."

"Aku bahkan melupakan kesepakatan itu. Apakah kau tak mengerti dengan apa yang aku bicarakan sejak tadi?" tanya Liam dan tentu saja suasana di antara keduanya seketika memanas dan membuat Emily terdiam seketika.

"T-tapi.. kau yang mengatakannya bahwa semua ini hanya di dasari dengan kesepakatan mengenai pekerjaan rahasiaku itu," gumam Emily yang bahkan masih mengingatnya dengan jelas bahwa semua itu memang di dasari oleh semua kesepakatan sialan.

"Jika semua ini di dasari oleh semua kesepakatan yang kau maksud sejak tadi, lalu untuk apa aku menyibukkan diriku mencari tahu semua hal yang bahkan telah menjadi ketakutanmu selama dua tahun belakangan ini? Aku tak akan melakukannya jika tanpa sebab yang pasti, Emily. Aku mencintaimu. Apakah kau tak melihat semua perjuanganku sampai sejauh ini?" tanya Liam dan tentu saja Emily merasa bingung dan tak enak kali ini. Tapi..

"Tapi, tak ada yang menyuruhmu untuk mencari tahu semua hal yang-"

"Kau bahkan masih tak mengerti dengan apa yang aku bicarakan sejak tadi," potong Liam dan setelah itu bangkit berdiri lalu memutuskan untuk pergi berlalu dari dalam ruang kerjanya.

Hal itu tentu saja membuat Emily merasa terkejut dan tak enak sekali dengan pria yang satu ini. Apakah ia sudah salah bicara sehingga membuatnya seperti itu? Marah.

"Tapi, aku hanya ingin memastikan semuanya," gumam Emily seketika. Ia pun bangkit dan setelah itu pergi berlalu menuju ke dalam kamarnya. Pikirannya semakin kacau saja untuk hari ini.

Emily memilih untuk membaringkan tubuhnya membelakangi pintu kamarnya itu. Rasanya semakin pelik saja masalah yang ia hadapi saat ini. Padahal, dengan memutus semua kesepakatan konyol di antara Liam dan juga dirinya akan membuat Emily menjadi terbebas dari belenggu ini. Di tambah, ia juga akan menyelamatkan pernikahan saudaranya itu yang kelihatan nya nampak tak baik-baik saja belakangan ini.

"Aku bahkan sudah berpasrah dengan semua keadaan jika nantinya Ayah atau Rose akan membenciku akibat dari pekerjaan yang sudah aku lakukan selama dua tahun belakangan ini," gumam Emily. Tiba-tiba saja ia merasa bahwa air matanya itu berlinang membasahi pipinya secara perlahan. Rasanya membingungkan sekali.

Lebih baik ia hidup berkecukupan namun tak memiliki masalah serumit ini dari pada hidup di antara orang penting namun memiliki banyak masalah seperti ini. Rasanya menyebalkan sekali. Ia bahkan tak bisa hidup tenang selama ini.

Belum lagi beberapa permasalahan yang dulunya sempat melanda dirinya itu.

"Aku tak memiliki teman untuk bercerita kali ini," gumam Emily seorang diri sambil mengusap sisa air matanya itu.

Namun, tiba-tiba saja Emily merasakan sebuah tangan yang tengah memeluk pinggangnya itu dari arah belakang.

"Kau memilikiku. Aku bisa menjadi keluarga, kekasih, sahabat, atau pun yang lainnya," bisik Liam kemudian.

Emily memejamkan kedua matanya. Liam benar-benar mengetahui apa yang ia inginkan.

"Maafkan aku," bisik Liam kemudian dan setelah itu terlihat Emily yang tersenyum dalam keadaan diam. Entah mengapa ia merasa nyaman sekali dengan posisi mereka kali ini.

***

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang