200. MENJADI BABY SITTER

1.5K 18 1
                                    


"Pertama-tama kita akan pergi ke salon, bukan? Atau sebaliknya?"

Obrolan melalui sambungan panggilan itu terus saja dilakukan oleh Emily bersama dengan Rose di rumah mereka masing-masing. Kali ini Emily tengah membuatkan camilan untuk Jacob yang tengah bermain bersama dengan Liam di ruang tengah. Siang ini ia hanya akan membuat seloyang biskuit cokelat yang memang sangat di sukai oleh Jacob sejak beberapa hari yang lalu.

"Baiklah, sebentar lagi aku akan menyelesaikannya. Kau bisa bersiap-siap untuk datang ke rumah kami. Apalagi, semenjak berita mengenai acara pernikahan kalian yang akan di adakan sebentar lagi, membuat kalian berdua menjadi sangat sibuk untuk mempersiapkannya sampai sampai tak memiliki waktu untuk bertemu dengan Jacob."

Terdengar sahutan tawa di seberang sana sebelum Emily mulai untuk memutuskan sambungan panggilan tersebut.

Setelah itu, nampaknya Liam melihat kehadiran Emily yang tengah membawa sebuah wadah berisikan biskuit yang telah ia buat sejak satu jam yang lalu. Padahal, Liam sudah menyuruhnya untuk tetap bermain bersama dengan mereka berdua, mengenai biskuit bisa saja Liam meminta tolong kepada salah satu asisten rumah tangga mereka untuk membuatkannya. Tapi, tentu saja jika diberikan untuk Jacob maka ia tak akan membiarkan orang lain yang membuatnya.

"Bagaimana jika kau menyantap biskuit enak buatan Ibumu ini, Nak? Itu lebih baik dari pada harus menarik rambut Ayahmu yang tampan ini," ucap Liam kepada Jacob dan entah mengapa keduanya terlihat memiliki dendam pribadi terhadap masing-masing. Padahal selama ini, Jacob tak pernah bertingkah nakal ketika bersama dengan Emily. Bahkan, Emily juga tak pernah melihat Jacob yang mengusik Liam, aneh sekali.

"Sayang, aku titip Jacob sebentar, ya. Rose mengajakku untuk pergi membeli beberapa barang yang ia perlukan. Kau pasti tahu sendiri, bahwa mereka akan segera menikah," ungkap Emily kepada Liam dan nampaknya Liam melirik ke arah Jacob yang saat ini juga menatapnya.

"Hm, baiklah. Tapi, bagaimana jika aku dan juga Glen yang-"

"Tidak usah, kalian berdua di rumah saja. Glen akan membantumu untuk menjaga Jacob jika kau sedikit kesulitan kali ini, apalagi ia semakin aktif saja, bukan?" ujar Emily yang nampak tersenyum kepada Jacob, terlihat Jacob yang menatap ke arahnya juga seraya tersenyum.

"Aku tak masalah jika menjaga Jacob, tapi apakah kalian tak akan keberatan untuk membawa banyak barang itu?' tanya Liam dan nampaknya Emily terkekeh saat mendengar hal tersebut.

"Tenang saja, jangan menyepelekanku dan juga Rose. Baiklah, kalau begitu aku akan pergi untuk bersiap-siap. Rose dan juga Glen sudah berada di perjalanan, mungkin sebentar lagi mereka akan segera sampai. Katakan saja untuk menungguku, hanya sebentar, tak akan lama," jawab Emily kemudian sebelum pergi berlalu menuju ke arah lift untuk membawanya ke arah kamar.

Untuk saat ini Liam tengah mengambil sebuah biskuit yang diberikan oleh Emily sebelumnya. Tentu saja ia menyantap biskuit itu lebih dulu dan nampaknya Jacob memerhatikan gerak gerik Ayahnya sejak tadi.

"Bagianmu nanti saja. Ini juga termasuk bagian Ayah," ujar Liam yang menjelaskannya dan nampaknya kedua mata Jacob terlihat berkaca-kaca. Karena tak ingin keadaan rumah menjadi terlalu heboh akibat suara tangisan Jacob, Liam pun segera memberikan sebuah biskuit cokelat itu kepadanya. Terlihat Jacob yang menerimanya dan setelah itu bangkit berdiri secara perlahan. Ia berjalan untuk mengambil mainan miliknya sambil menyantap biskuit yang telah diberikan oleh Liam tadinya.

"Ah, tumben sekali ia tak memukulku terlebih dahulu," gumam Liam setelahnya, bersamaan dengan kehadiran Rose dan juga Glen yang saat ini telah memecahkan keheningan di antara Liam dan juga Jacob sebelumnya.

"Hai, hai, hai, keponakan Bibi yang sangat tampan, apa yang kau makan ini?" sapa Rose yang baru saja tiba di sana dan melihat Jacob yang tersenyum senang akan kehadirannya itu.

Glen terlihat menghampiri Liam yang saat ini masih setia untuk duduk di bawah beralaskan karpet bulu yang tentu saja tetap terasa empuk itu.

"Bagaimana rasanya menjadi seorang baby sitter?" goda Glen kepadanya dan tentu saja Liam memutar kedua matanya saat ini sambil menyantap biskuit buatan Emily itu.

"Sangat nano nano sekali. Tapi, aku tetap menyukainya. Walaupun terkadang Jacob selalu merasa gemas kepadaku. Hanya kepadaku, bahkan ketika Rose atau pun kau yang menggendongnya maka ia terlihat begitu senang, unik sekali. Kenapa Jacob memiliki dendam tersendiri kepadaku?' gumam Liam seorang diri.

Glen terkekeh saat mendengarnya, "Hal yang sangat wajar sekali. Tapi, tak masalah, namanya juga anak-anak."

Liam meliriknya seketika saat mendengar jawaban tersebut, "Huh, berlindung di dalam kata anak-anak rupanya. Dasar Jacob."

Berselang beberapa saat menunggu, terlihat kehadiran Emily yang saat ini telah berkumpul bersama dengan mereka semua. Lihatlah, bahkan pakaian Emily yang berwarna putih itu membuat Liam merasa bahwa istrinya ini menolak untuk tua. Tapi jujur saja bahwa Emily tak nampak tua sama sekali.

"Dress yang sangat bagus sekali untukmu, Emily," puji Glen yang tentu saja merasa terpesona sekali dengan Emily.

"Kau benar, tapi tetap saja pikiran mu tak boleh berkelana mengenai Emily, ingat Rose," ujar Liam seketika dan tentu saja Glen nampak terkejut saat mendengarnya.

"Hei, kau ini aneh aneh saja. Tentu saja aku tak seperti itu," gumam Glen setelahnya.

"Sudahlah, di mana Rose?" tanya Emily seketika dan nampaknya ia mendengar suara tawa dari Jacob di ruang sebelah.

Emily yakin bahwa mereka berdua tengah bermain bersama dengan mainan rumah balon yang berukuran besar itu. Liam sengaja membelinya dan meletakkannya di ruang keluarga untuk Jacob ketika mereka semua tengah bersantai bersama.

"Ah, maafkan aku tapi rumah balon itu sangat aku sukai. Ayo, kita harus pergi sekarang dan kembalilah bersama dengan Ayah dan juga Pamanmu di sini," ucap Rose pada akhirnya. Tepat sekali, padahal Emily baru saja ingin mendatangi mereka berdua di sana.

"Baiklah, sampai jumpa. Kami akan segera tiba sebelum makan malam atau mungkin lebih awal dari itu," ucap Rose sebelumnya untuk mengingatkan ketiga tampan mereka itu.

Terlihat Jacob yang hanya menatap keduanya yang saat ini telah pergi berlalu dari sana. Hanya tersisa Glen dan juga Ayahnya yang tampan itu tentu saja.

"Hm, apa yang bisa kita lakukan? Kau mau biskuit?" tanya Liam kepada Glen setelah beberapa saat tak memiliki kegiatan, bahkan Jacob nampak mengantuk mulai saat ini.

Glen menatap ke arah Jacob yang rupanya hampir saja tertidur di atas pangkuan Ayahnya siang ini, "Bagaimana jika kita menunggu Jacob sampai tertidur dan setelah itu bermain video game?"

Liam nampak tersenyum, "Ide yang bagus."

Namun, sayang sekali bahwa rupanya Jacob cukup mengerti dengan apa yang telah di katakan oleh Glen sebelumnya dan membuat bocah laki-laki itu memilih untuk menahan rasa kantuknya dan tak tertidur di siang hari ini.

Jika mendengar kata dari 'video game' maka Jacob tentu saja memahaminya. Lihat saja bahwa ia telah kembali ceria dan saat ini Glen merasa gemas juga dengan tingkah laku Jacob yang bahkan sampai saat ini ia belum tertidur juga.

"Ini adalah salahmu, seharusnya kita berbisik saja karena sepertinya ia telah mengerti dengan ucapanmu tadi," gumam Liam kemudian.

Tentu saja Jacob juga ingin ikut serta untuk mengacaukan keduanya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang