Dunia

992 91 1
                                    

Ditengah sunyinya malam Jeno berlari menerobos angin malam yang begitu menusuk pada permukaan kulit pucatnya. Tangannya tak henti-henti mengusap lelehan air mata yang terus saja turun tanpa kendalinya. Hanya satu tujuannya saat ini, Renjun.

Jeno harus menemui Renjun dengan segera, Jeno membutuhkan Renjun sekarang dan mungkin selamanya.

"Renjun, aku di depan rumahmu. Bisakah kau membukan pintu untukku?" Ucap Jeno dari sebrang telephone.

Awalnya Renjun menyerngit bingung, namun ketika mendengar suara Jeno yang begitu memburu tanpa babibu Renjun langsung turun menuju pintu utama dan membukanya untuk Jeno.

Jeno langsung menerjang tubuh Renjun untuk dipeluknya, rasanya nyaman bahkan sangat nyaman bagi seorang Lee Jeno yang tak pernah mendapatkan pelukan hangat dari siapapun sebelumnya.

"Jeno?"

"Sebentar Renjun, sebentar saja izinkan aku untuk begini."

"Selamanya juga boleh." Renjun  akhirnya membalas pelukan Jeno, mengusap punggung Jeno dengan lembut membuat pemuda tersebut begitu merasa nyaman.

Setelah dirasa dirinya sudah sedikit lebih tenang, Jeno akhirnya melepaskan pelukan keduanya. Hal tersebut langsung membuat Renjun menarik pemuda yang lebih tinggi darinya untuk masuk kedalam rumah, tepatnya kedalam kamar milik Renjun.

"Jeno?" Renjun kembali bersuara setelah keduanya sudah duduk di sofa kamar Renjun.

"Ya."

"Kenapa?"

Renjun tau pasti ada yang tidak beres dengan kekasihnya, sampai Jeno berlari kalang kabut dari rumahnya menuju ke rumah Renjun. Pun Jeno hanya menggunakan baju lengan pendek dan celana selutut padahal udara malam  ini terasa begitu menusuk.

"Mereka bertengkar. Lagi."

Renjun menghela nafasnya dengan berat, kemudian membawa tangan besar Jeno untuk digenggamnya.

"Kali ini karena apa?"

"Aku tak tau, yang aku tau mereka baru saja pulang setelah 2 minggu tak pulang. Dan kali ini bahkan lebih rumit dari sebelumnya, mereka bukan hanya saling memaki. Tapi saling melempar barang dirumah, dan itu menggangguku."

Jeno menggeser posisi duduknya untuk lebih menghadap ke arah Renjun.

"Dan mereka mengatakan harusnya aku tak lahir, maka mereka tak perlu begitu. Aku juga tak mau lahir dari orangtua seperti mereka Renjun, bukan aku yang meminta untuk dilahirkan. Tapi kenapa aku yang selalu mereka salahkan, aku lelah Renjun."

"Jeno, kau tidak terluka kan?"

"Aku tidak, tapi aku iya."

Renjun paham akan arti ucapan Jeno, bahkan sangat paham. Renjun ingin membantu Jeno keluar dari masalahnya, tapi Renjun tak tahu bagaimana cara membantunya. Dan karena Renjun tak tahu harus membantu dengan apa, maka izinkan Renjun untuk selalu menjadi sandaran bagi pemuda tersebut.

"Mau aku beri pelukan?"

Tentu saja Jeno mengangguk dan langsung memeluk tubuh Renjun dengan erat, hanya Renjun lah yang dia rasa berada di genggamannya. Hanya Renjun satu-satunya tempat Jeno untuk berpulang. Renjunnya, satu-satunya sosok yang dia punya dalam dunianya.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang