OS [S2] : Katanya Harus Sempurna

934 109 44
                                    

Renjun merasa hidupnya itu penuh warna dan selalu dilimpahi kebahagiaan. Renjun bahkan merasa hidupnya begitu mudah untuk dijalani, tapi mungkin tidak bagi suaminya, Lee Jeno.

Renjun tidak pernah malu untuk punya sosok pendamping hidup seperti Jeno, tapi malah terkadang Jeno yang merasa tak pantas untuk bersanding dengannya. Padahal Renjun selalu meyakinkan pria itu jika dia sosok paling tepat untuk menjadi pendamping hidupnya.

"Jangan dengerin." Renjun menutup kedua telinga Jeno meski dia harus sedikit berjingjit.

"Huh?" Jeno menatap Renjun dengan wajah bingungnya, kemudian pria dewasa tersebut menggerakan tangannya.

"Aku gapapa, yang mereka omongin kan bener?"

Renjun menghela napasnya kasar, kalo boleh Renjun ingin menghajar orang-orang sembarangan yang kerap kali bergunjing tentang Jeno. Renjun ingin pindah rumah saja, tapi pekerjaan Jeno berada didekat sini pun dengan pekerjaannya. Jadi opsi pindah rumah rasanya harus Renjun pikir ulang beribu-ribu kali

Jeno menggandeng tangan Renjun, membawa Renjun pergi dari sana dengan cepat. Bersembunyi dibalik toko ice cream yang tak begitu ramai.

"Mau ice cream?"

"Boleh. Emm aku yang pesen atau kamu?"

"Biar aku aja."

Renjun mengangguk dan membiarkan Jeno untuk pergi dari pandangannya. Renjun merasa cukup tenang sebelum seorang wanita paruh baya mendatanginya. Tanpa permisi wanita itu langsung duduk didepannya.

"Itu tadi siapamu? Pacarmu?"

Renjun menyerngit bingung, pasalnya dia sama sekali tidak tau siapa sosok wanita yang tengah duduk didepannya. Renjun ingin mendiaminya, tapi Renjun juga tau rasanya itu tak sopan.

"Emm bukan."

Wanita itu tersenyum kemudian memandang Jeno yang masih sibuk memesan didepan sana.

"Syukur deh kalau bukan."

Renjun mengangkat satu alisnya bingung, apanya yang harus disyukuri?

"Soalnya kamu itu cakep, masa punya pacar yang engga sempurna kaya gitu. Engga sebanding nanti."

Pembicaraan ini lagi, Renjun benci orang-orang yang terus mengatakan demikian. Memangnya mereka siapa sampai bisa mengatakan bahwa Jeno tak pantas untuknya, siapa mereka sampai berhak menentukan pantas tidaknya Jeno untuknya.

"Dia bisu kan ya? Cacat gitu masa sama kamu yang sempurna. Saya ada lho anak yang sempurna, pekerjaannya juga udah menghasilkan, mapan dan tentunya engga cacat. Kamu berminat engga jadi mantu saya? Sayang banget kalo orang kaya kamu dapet yang engga tepat."

"Maaf bu tapi saya sudah punya suami."

Wanita tersebut seperti tercekat oleh ucapan Renjun. Memandang Renjun dengan wajah yang kentara sekali ingin tau siapa suaminya.

"Orang yang ibu bilang cacat tadi, dia suami saya. Dia mungkin punya kekurangan karena tunawicara, tapi setidaknya attitudenya tidak kurang seperti ibu. Saya permisi."

Renjun menggandeng lengan Jeno untuk segera pergi dari sana, membawa Jeno untuk kembali kedalam rumah mereka. Renjun bahkan sudah tidak perduli dengan ice cream yang masih Jeno pegang dikedua tangannya. Membuka pintu dengan kasar dan langsung menghempaskan diri disofa ruang tengah.

Jeno sampai kesusahan untuk menutup pintu karena tangannya penuh dengan cup ice cream. Setelah berhasil menutup pintu, Jeno berjalan menuju Renjun dan ikut duduk disebelahnya. Tanpa banyak bicara Renjun langsung memeluk Jeno.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang