OS [S2] : Tidur Nyenyak Ya Cantik and Baby

974 92 28
                                    

Langkah lebar Jeno membawa dirinya untuk mendekat pada sosok sang istri, memberi buket mawar cantik yang kerap kali istrinya minta ketika dia pulang bertugas. Jeno itu seorang prajurit perang yang gagah dan kuat, badan tegap dan besarnya selalu dia jadikan tombak utama untuk melindungi pasukannya dan juga keluarganya.

"Selamat pagi cantik." Senyum teduh yang selalu jadi bagian favorit sang istri Jeno tujukan padanya, pada sang istri tercinta Lee Renjun.

"Maaf ya sayang, aku gagal." Telapak besarnya mengelus surai lembut istrinya, membelai rambut hingga turun ke pipi, mengamati kecantikan yang istrinya pancarkan.

"Maaf ya cantik aku engga ada di samping kamu selalu, sekarang aku udah engga bisa janji buat selalu ada disisi kamu ya? Aku gagal nepatin janjiku ya cantik?"

Senyum favorit Renjun masih terus Jeno pertahankan, dengan tangan yang kini bergerak untuk menggenggam tangan mungil milik cintanya. Hatinya mendesis, ada perasaan janggal yang coba dia tutupi.

"Kata kamu aku kapten paling hebat, tapi ternyata kamu salah sayang. Aku bukan kapten paling hebat, aku gagal jagain kamu dan bayi kita."

"Sayang, baby giraffle udah pulang sayang. Maaf ya aku gagal jadi papa buat baby giraffle, aku gagal buat jagain dia sampai dia lahir, baby kita udah tidur duluan sayang. Dan aku juga terlambat pulang buat liat baby kita, maaf cantik." Perlahan mata Jeno memanas, menahan liquid yang mencoba menerobos keluar. Ada perasaan sakit yang tak bisa Jeno gambarkan, Jeno mengaku gagal.

"Sayang maaf, maaf ya belum bisa wujudin mimpi kamu buat di panggil mama sama baby giraffle, tapi aku yakin. Aku yakin kalo baby giraffle udah manggil kamu mama dari atas sana, dia juga sayang sama kamu, sayang sama mama cantiknya yang hebat ini."

Kini tangan Jeno berpindah untuk mengelus perut sang istri yang awalnya sudah membuncit karena tengah mengandung baby giraffle mereka. Perasaan gagal dan bersalah kini hinggap di hatinya, sesak. Dadanya terasa begitu sesak dan penuh, penuh dengan penyesalan dan rasa bersalah.

"Jeno, udah ya? Renjunnya harus kita kebumikan segera."

Panggilan lembut dari mamanya berhasil meloloskan air mata yang sedari tadi masih Jeno tahan, sekarang pertahanan itu runtuh kala fakta yang coba dia tepis malah memaksa hadir di depannya. "Bun."

Doyoung yang sudah mensejajarkan dirinya dengan sang anak mengelus punggung tegap putra sulungnya. "Ya sayang."

"Ini mimpi kan? Bilang sama Jeno kalo ini mimpi. Baby sama Renjun ngga... Mereka engga pergi kan bun? M-mereke... Mereka engga ninggalin aku kan bun?" Air matanya terus lolos sembari menatap mata bundanya yang juga sudah memerah dan bengkak, Jeno tau sang bunda pasti menangis sejak semalam.

"Baby giraffle kita udah pergi bun, si cantik sayang banget ya sama baby kita sampai dia ikut nyusul baby? Mereka engga sayang aku ya bun? Mereka engga sayang papanya."

Doyoung tak tau sesesak apa yang kini tengah anaknya rasakan, dia yang hanya berperan sebagai ibu mertua saja merasakan begitu sesak dan pilu kala mengetahui menantu dan calon cucunya terlihat kecelakaan beruntun tempo hari lalu, bagaimana dengan sang putra yang menjadi sosok cinta dan tambatan hati bagi Renjun. Jenonya pasti merasa amat sesak dan sakit, terbukti dengan tatapan kosong dam gundah yang Jeno tunjukan pada dirinya.

Doyoung hanya mampu memberikan pelukan pada sang putra, mengusap punggung tegap yang kini tak lagi berdiri tegap. Punggung kokoh itu kini begitu rapuh karena kehilangan sandaran terkuatnya.

Perlahan peti itu ditutup kemudian dibawa untuk masuk kedalam ambulan untuk segera di kebumikan.

"Cantik." Jeno peluk tubuh gadis kecil yang begitu mirip dengan Renjun namun mewarisi sifat dari dirinya.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang