OS [S2] : I wanna be yours

712 83 12
                                    

Jeno tersenyum bangga pada kekasihnya yang kini tengah tertawa dengan sangat manis di depan sana, padahal sosok cantik itu hanya sedang bermain dengan anjing bichon yang di beri nama Daegal oleh sepupunya. Nampak begitu manis dimana anjing kecil dengan bulu selembut kapas tengah asik dengan sosok cantik yang selalu sempurna dimata Jeno.

"NOOOO." Sosok cantik itu berlari sembari meneriakan nama Jeno, dan Daegal ikut mengekori dibelakang, enggan ditinggal oleh teman dari pemiliknya.

Tubuh yang lebih kecil darinya berhasil dia rengkuh dengan baik, menarik tubuh yang begitu pas dalam pelukannya untuk semakin dalam di dekapannya.

"Injunie senang?" Tanya Jeno sembari membubuhkan kecupan manis pada pelipis kasihnya.

Renjun mengangguk seraya mendongak untuk menatap wajah tampan Jenonya, wajahnya nampak berseri dengan rona merah alami yang menghiasi pipi tembamnya. Tangan kecilnya mendekap erat tubuh yang lebih besar dari miliknya, menopang dagu pada dada bidang sang kekasih.

"Masih mau main sama Daegal?"

Renjun menggeleng, membuka mulutnya dengan perlahan untuk menyuarakan keinginannya mesih tak fasih. "Jun au ma an."

"Injunie mau makan? Injunie lapar humm?"

Renjun kembali mengangguk semangat. "Ya! Jun la pey."

"Kalau gitu ayo kita makan, tante juga udah masak spesial buat kita. mau?"

Anggukan penuh antusias kembali Jeno dapat dari kekasih hatinya, menggandeng tangan yang lebih kecil untuk selanjutnya dia gandeng menuju kedalam rumah milik tantenya yang sekaligus ibu dari Chenle, sepupunya.

Renjun yang sempurna dimata Jeno nyatanya memilik kekurangan pada cara berbicaranya. Sejak kecil Renjun telat berkembang dalam pelafalan setiap kata hingga akhirnya dokter mengatakan Renjun tidak bisa berbicara normal seperti manusia pada umumnya, kala itu mama Huang jelas begitu sedih menerima fakta bahwa putra tunggalnya tidak sempurna. Di hanya takut dunia akan berlaku kejam pada putranya, namun semua kekhawatiran itu sirna perlahan kala hadirnya Jeno dalam hidup mereka, tepatnya dalam hidup putranya, Huang Renjun.

Jeno membawa segala keresahan dan ketakutan yang orangtua Renjun takutkan, mengenalkan banyak hal pada Renjun yang belum sempat orangtuanya kenalkan, mengajarkan Renjun bagaimana rasanya di cintai dengan tulus selain oleh keluarganya, juga mengajarkan pada Renjun untuk menerima segala sesuatu yang ada dalam dirinya, semua baik buruknya. Jeno bagai cahaya terang yang jelas menyinari hidup Renjun dan menghilangkan segala ketakutannya pada dunia. Berkat Jeno Renjun jadi tau seberapa indah dunia yang selama ini dia tapaki dengan hati-hati agar tak mendapat luka, namun bersama Jeno Renjun jadi paham jika setiap makhluk yang hidup pasti memiliki jatah lukanya masing-masing.

"Hallo Renjuniee."

'Hallo tante cantik.' Tangan mungil milik Renjun bergerak untuk menyapa balik nyonya Zhong yang merupakan adik dari mamanya Jeno. Wanita cantik yang selalu Renjun suka caranya tersenyum, manis persis seperti milik Chenle.

"Hari ini tante masak spesial kesukaan kamu, makan yang banyak ya anak manis."

Renjun mengangguk, apalagi kepalanya mendapat usapan penuh sayang dari tangan nyonya Zhong, semakin membuat senyum si manis mengembang hingga matanya semakin menyipit.'terimakasih tante, maaf Injunie sudah merepotkan tante.'

Nyonya Zhong tertawa ringan, menepuk pelan bahu sempit milik kekasih ponakannya. "Tidak repot kok sayang, tante justru senang. Ayo makan sekarang, tante juga ada nyoba menu baru sayangnya tante harus cobain ya?"

Renjun mengangguk patuh seraya menunjukan pose hormat dengan hidung mengkerut lucu. Nampak begitu manis di mata nyonya Zhong pun dimata Jeno.

Mereka tidak hanya makan bertiga, disana juga sudah ada tuan Zhong, Chenle dan juga Karina selaku kakak kandung Chenle. Menikmati makan siang dengan begitu hangat tanpa perlu Renjun rasakan risau.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang