🔙

901 91 0
                                    

Dengan tekad yang sudah Jeno kumpulkan dari jauh-jauh hari akhirnya kini Jeno memutuskan untuk menemui si mungil yang sudah menjadi mantannya selama 4 tahun. Sudah begitu lama kan? Tapi bukannya perasaan yang dahulu sempat hilang benar-benar menghilang malah kini bersemi kembali seperti sebuah bunga segar.

Senyum Jeno langsung merekah ketika netra tajamnya berhasil menemukan si mungil kesayangannya dalam pandangan. Kaki jenjangnya dibawa untuk mendekat pada Renjun yang kini tengah menikmati ice cream di bangku taman seorang diri.

"Renjun."

Renjun langsung terlonjak kaget ketika sosok yang beberapa hari lalu tak sengaja ia temui kini berada tepat di sampingnya, jujur saja degupan jantung yang dulu selalu dia rasakan ketika berdekatan dengan Jeno kini kembali terjadi. Renjun begitu gugup hanya dengan mencium wangi maskulin dari parfum yang Jeno pakai, wangi parfum yang masih menjadi kesukaannya sampai detik ini.

"J-jeno ngapain disini?"

"Mau ketemu kamu, boleh?"

"Aku?" Renjun memiringkan kepalanya menghadap Jeno seraya jari telunjuknya menunjuk pada dirinya sendiri.

Rasanya Jeno begitu ingin mengusak rambut seringan bulu milik Renjun seperti dahulu, sebelum ingat kini status mereka tak lagi sama. Terlebih dahulu dia yang memutuskan hubungan di antara keduanya.

"Iya kamu, boleh?"

"Boleh kok. Emang kamu mau apa ketemu aku?"

"Abisin dulu ice creamnya, nanti cair."

"Ah iya, bentar ya Jeno, aku abisin dulu ice cream ku baru kita ngomong."

Jeno hanya mengangguk sambil menikmati pemandangan Renjun yang tengah melahap ice cream dengan riang di depannya. Jujur saja hatinya  merasa menghangat hanya karena melihat betapa senangnya Renjun hanya dengan satu buah ice cream.

Bagi Jeno, Renjun tetap sama seperti sosok Renjun empat tahun silam. Tetap lucu dan menggemaskan, hanya saja kini Renjun semakin terlihat menawan, perpaduan antara tampan, cantik, dan manis yang begitu menarik untuk di pandang mata.

Setelah berhasil menghabiskan sisa ice cream yang tadi tinggal setengah, kini Renjun sudah siap mendengarkan maksud kedatangan Jeno untuk menemuinya. Sejujurnya jantungnya bekerja dengan begitu keras dan rona merah mulai menghiasi pipinya tak kala Jeno menatapnya dengan begitu intens.

"Jeno?"

"Ya?"

"Tadi katanya mau ngomong."

"Aku kangen."

"Huh? Kangen? Sama siapa?"

"Sama kamu Ren."

Renjun mengerjap dengan polos disertai alis yang menukik dan bibir yang mengerucut, ekspresi kebingungan yang sedari dulu masih begitu Jeno sukai.

"Jeno kangen aku?"

"Iya, aku kangen kamu Ren."

"Tapi kita udah putus." Cicit Renjun begitu lirih dengan kepala yang kini sudah menunduk di sertai jemarinya yang sudah bergerak tak berarturan memainkan ujung bajunya sampai kusut.

"Maaf, aku bodoh ya mutusin manusia seberharga kamu?"

"Bukan salah Jeno kok, dulu juga kan aku salah karena kita sempet miskom."

"Maaf Ren, harusnya aku temuin kamu langsung dan bicarain dulu masalahnya bukan malah langsung minta putus lewat sambungan telephon ."

"Ngga papa Jen, aku udah maafin kamu kok."

Hati Jeno terasa menghangat mendengar penuturan tulus yang keluar dari  mulut Renjun. Tak dapat dipungkiri jika kini sudah ada ribuan kupu-kupu yang seolah memenuhi seisi perutnya, membuat perasaan menggelitik yang begitu menyenangkan. Dan Jeno menyukai sensasi yang telah lama tak dia rasakan lagi bersama Renjun.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang