OS [S2] : Kapan Mau Balik?

942 81 23
                                    

"Bundaaaaa."

Seorang anak lelaki brisik yang sudah genap berusia lima tahun terus berteriak mencari keberadaan sang bunda tercinta, perkenalan terlebih dahulu, dia Dongpyo, atau biasa dipanggil Pyo oleh sang bunda. Anak super brisik yang energinya tak pernah habis.

"Bunda yuhu, bunda dimana?"

Jika Dongpyo masih terus berteriak mencari keberadaan sang bunda yang tak kunjung ketemu, maka ditempat lain tepatnya didapur seorang pria manis tengah menghela napasnya dengan berat. Dia sudah pusing mendengar teriakan maut dari anak lelakinya itu, telinganya pengang jika harus lama-lama mendengar teriakan Dongpyo.

"Dapur sayang, bunda didapur." Renjun sedikit mengeraskan suaranya agar sang anak bisa mendengarnya.

Tak lama kemudian Dongpyo menghampiri Renjun seraya bergelayut manja layaknya seekor monyet.

"Bunda ayo liburan mumpung lagi weekend!!"

"Tumben minta liburan, biasanya bunda ajak jalan aja kamu ngga mau alasannya mau rebahan aja."

"Ish!! Ini itu beda bunda, Pyo mau jalan-jalan, mau ke kebun raya, mau liat monyet!!"

"Emang di kebun raya ada monyet ya?"

"Engga tau si, kan Pyo belum belum pernah kesana."

Renjun mangut-mangut, benar juga ucapan anaknya jika mereka memang belum pernah kesana, sebenarnya juga Bogor merupakan kawasan terlarang bagi Renjun. Tapi bukan berarti dia tidak bisa menapaki kawasan itu, hanya saja dia perlu menyiapkan hatinya, barangkali dia bertemu dengan mereka tanpa disengaja.

"Ngga mau wisata sekitaran Bandung aja dek? Bandung juga banyak tempat bagus."

"Ga mau!! Pyo mau ke Bogor!! Mau ketemu kakak!! Meski Pyo ga tau si mereka mau anggep Pyo adek atau bukan, kan Pyo bukan anak bunda."

Renjun langsung mengubah posisi tubuhnya dan merengkuh tubuh kecil Dongpyo, membawa tubuh anak manis tersebut untuk dia peluk dengan hangat.

"Apaan ngomong begitu? Pyo itu anaknya bunda, anak bunda yang paling berisik sama banyak tingkah. Mau gimanapun keadaanya Pyo itu tetep anak bunda, anak yang udah bantuin bunda buat bangkit dari keterpurukan."

Dongpyo yang awalnya sendu langsung dibuat kembali semangat ketika Renjun selaku bunda angkatnya mengucapkan kata-kata hangat tersebut.

"Makasih ya bunda, berkat bunda aku jadi tau rasanya punya sosok ibu. Soalnya mama aku dulu jahat banget hiiii!!!" Dongpyo bergidik ngeri ketika dia kembali diingatkan dengan kelakuan jahat mamanya yang terus menyiksa dia hingga akhirnya dia di titipkan di panti asuhan atau sebenarnya dibuang di panti asuhan.

Dongpyo tak pernah menyesal hidup di panti meski hanya 3 tahun, karena ketika dia tinggal di pantilah dia benar-benar merasa seperti hidup, hidup selayaknya seorang anak kecil seusianya. Hingga diumur keenam dia mendapat sebuah kejutan kebahagiaan dengan diadopsi oleh Renjun.

Dongpyo mendapat kasih sayang seorang ibu dan Renjun sembuh dari gangguan mentalnya.

"Mau banget ke Bogor hmm?"

"Iyalah!! Mau ketemu sama mantan suaminya bunda hehe."

"Heh!!"

Dongpyo malah asik tertawa padahal sang bunda sudah melotot galak, Dongpyo memang tau bagaimana kisah pernikahan sang bunda sebelumnya, dia juga tau dulu ketika dia belum diadopsi bundanya sering berkunjung ke panti karena tengah melakukan sebuah terapi, terapi untuk menyembuhkan jiwanya yang terguncang akibat perceraian sang bunda dengan mantan suaminya.

Selama sembilan tahun hidup dengan bundanya, Dongpyo sama sekali belum bertemu langsung dengan mantan suami sang bunda dan kedua anak kandung bundanya, dia hanya tau wajah mereka melalui sebuah foto yang bundanya pajang dikamar berjejer dengan foto dirinya.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang