Sequel Capter 7/8

987 79 1
                                    

Sebelum baca part ini, aku saranin baca lagi part 7 dan 8. Kalaupun engga dibaca ulang ya it's ok.

Jeno memandang sosok di depannya dengan penuh cinta. Setiap hari Jeno selalu bersyukur akan kehadiran sosok yang selalu mendapat cintanya. Sosok mungil dengan wajah manis yang menurut Jeno merupakan sosok tercantik di dunia yang pernah dia temui.

Jeno tak berbohong jika hatinya memang milik sosok pemilik senyum manis yang tengah dia pandang, meski hanya dalam bentuk video lama yang entah kapan terjadinya.

Sudah setahun lamanya, dan pemilik hati Jeno masihlah sama. Rumah Jeno juga masih sosok yang sama seperti setahun lalu. Sosok mungil dengan pipi tembam yang lucu, sosok polos nan lugu namun terkadang juga terlihat begitu dewasa. Sosok yang tak lagi bisa Jeno temui dalam raga yang lain, sosok yang hanya ada satu didunia ini. Dan sosok itu milik Jeno, hanya miliknya.

"Jeno kangen aku engga? Hahaha kangen banget dong ya pastinya?!" Renjun tertawa dengan begitu manis yang mampu membuat Jeno jatuh sejatuh jatuhnya.

"Iya kangen banget, sampe mau mampus."

"Jeno sehatkan disana? Jangan sampe sakit ya, soalnya aku lagi di China, nanti kalo Jeno sakit aku engga bisa ngerawatnya deh."

"Kamu bukan lagi di China, tapi jauh diluar sana. Terlalu jauh sampe aku engga bisa raih kamu lagi."

Renjun merengut dengan bibir yang di pout, sangat menggemaskan dimata bulan milik pemuda Lee yang tengah memandangnya dengan penuh cinta.

"Sayangnya Renjun, jangan sampe sakit ya? Ayo makan dulu, katanya tadi belum makan."

"Sayangnya Renjun?" Jeno mengulangi dua kata favoritnya yang keluar dari mulut sang terkasih.

Hanya dengan dua kata sederhana tersebut nyatanya mampu membuat Jeno menarik kurva sabit yang begitu manis, namun tak dapat dipungkiri bahwa sebagian hatinya terasa nyeri.

"Sayang?"

"Sayang? Renjun?"

Jeno memandang dengan sorot kosong ke arah Renjun yang tengah tersenyum manis padanya, Renjunnya sangat manis bahkan hingga kini.

"Renjun? Mau denger aku cerita?"

Renjun menganggukan kepalanya tanda menyetujui permintaan Jeno, menopang dagu dengan sebelah tangannya seraya menatap Jeno dengan sorot wajah begitu serius.

"Mau, Jeno mau cerita apa?"

"Kamu tau udah seberapa lama kamu pergi?"

Renjun hanya diam dengan posisi yang masih sama, memandang Jeno dengan raut wajah serius seraya bibirnya yang terkatup rapat.

"Ini baru tahun pertama. Tapi kenapa rasanya udah berat banget?" Jeno memandang sendu sosok di depannya, sosok yang selalu dia cintai meski raganya sudah tidak lagi bisa dia rengkuh.

"Kamu mau denger cerita aku tanpa kamu setahun ini?"

Renjun mengangguk ringan.

"Sehari tanpa kamu aja rasanya udah berat banget dan sekarang aku ngerasain seumur hidup tanpa kamu, tanpa rumah yang meninggalkan tuannya."

Jeno menjeda sejenak ucapannya, kembali memandang Renjun dengan sorot mata dalam. Berusaha menyelami obsidian berkilauan di depannya, berusaha kembali menghadirkan sosok Renjun di depannya meski hanya sebuah imajiner semata.

"Ternyata aku engga bisa hidup tanpa kamu. Bukan berarti aku masih bernapas dan tinggal dibumi itu artinya aku masih bisa hidup tanpa kamu, aku hidup tapi engga hidup. Rasanya kosong, kosong banget dan rasanya aneh banget hidup tanpa orang yang udah biasa jadi teman hidup."

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang