JRC |2|

946 96 1
                                    

Sesuai dengan permintaan Renjun tempo hari lalu, kini keluarga kecil tersebut tengah dalam perjalan menuju pantai Gyeongpo yang berjarak kurang lebih 170 km dari rumahnya. Chenle tengah duduk di kursi belakang dengan senyum yang mengembang di kedua sudut bibirnya, memamerkan deretan giginya yang nampak rapi dan putih.

"Mama nanti aku bisa main ail ga?"

"Bisa dong asal Lele bisa berenang aja."

"Aku udah jago belenangnya tau!!"

"Di ajarin siapa emang?" Tanya  Jeno dengen melirik putranya dari kaca depan.

"Diajalin Uchan hyung dong, Uchan hyung kan jago belenang pa."

"Jadi adek kemarin-kemarin minta main ke rumah onty Echan terus itu buat belajar berenang hmm?"

Bocah yang kini tengah menyantap buah-buahan yang telah dipotong dadu oleh mamanya hanya mengangguk riang sembari kembali memasukan potongan buah melon ke dalam mulutnya.

"Emang udah jago?"

"Udah dong~ aku udah jago banget deh!! Mama pasti kalah jago sama aku hehe."

Renjun mendengus sebal, sementara Jeno sudah tertawa puas mendengar jawaban dari anaknya. Renjun memang tak pandai berenang, sebenarnya Jeno dengan senang hati akan mengajarinya namun sayangnya Renjun sendiri yang tidak mau karena alasan malas, jadi itu salah Renjun bukan?

Suasana di dalam mobil tersebut cukup hening, tidak bisa dibilang hening si sebenarnya. Pasalnya Chenle tengah mengikuti alunan lagu anak-anak yang diputar oleh Jeno. Chenle suka sekali menyanyi mengikuti setiap lagu yang dia tau. Sementara Renjun tengah sibuk memperhatikan setiap pemandangan yang tersaji sepanjang jalan dengan senyum mengembang akibat dari suara riang Chenle ketika bernyanyi salah satu lagu favoritnya.

Chenle itu anak yang ekspresif dan sangat terbuka kepada orang tuanya, Chenle bahkan tak segan mengungkapkan pendapatannya ketika dirasa dia kurang setuju atau kurang suka terhadap satu hal, karena sedari kecil orang tuanya tak pernah memaksakan apa yang dia tak suka. Meski kini usianya baru memasuki usia empat tahun tapi Chenle termasuk anak yang cukup pintar, dia bahkan sudah bisa menulis dan berhitung meski untuk membaca dia masih sedikit kesulitan.

Chenle juga suka sekali dengan olahraga, sama seperti Jeno dan untuk hal ini Renjun senang karena putranya tak mengikuti dirinya yang bisa dibilang pemalas dalam urusan olahraga. Biasanya ketika Jeno tidak bisa di ajak untuk berolahraga seperti bermain bola atau hanya sekedar bersepeda maka Chenle akan lari kerumah Sungchan, bocah berusia enam tahun yang menganggap Chenle seperti adiknya sendiri. Jadi tak ayal jika keduanya dekat, bahkan Chenle suka sekali mengaku sebagai adiknya Sungchan.

Tak terasa kini mereka sudah tiba di pantai yang mereka tuju, kondisi dipantai cukup ramai karena memang ini weekend jadi banyak orang yang berkunjung kesana.

"Mama, aku main ail ya?"

"Iya, tapi ditemenin papa ya. Mama tunggu di pinggir pantai aja."

"Oke, ayo papa kita main ail!! KITA CIPLAT-CIPLAT YA!! PAPANYA HALUS BASAH POKOKNYA!!" Ucap Chenle seraya menarik paksa Jeno untuk ikut bermain bersamanya.

Hal tersebut mendapat kekehan kecil dari Renjun serta wajah bingung dari pria bermarga Lee yang tangannya ditarik secara tiba-tiba oleh putranya.

Meski awalnya Jeno kebingungan mengapa anaknya menarik tangan dia secara tiba-tiba, namun setelah mengerti maksud dari sang anak akhirnya dia ikut tertawa ketika anaknya juga tertawa kencang ketika melihat air di depannya.

"Papa sini." Ucap Chenle ketika mendapati sang papa hanya mengawasinya dari jauh.

Jeno berjalan mendekat ke arah putranya, dan akhirnya kedua orang beda generasi tersebut bermain bersama dengan riang dan penuh semangat.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang