OS [S2] : Ren Juga Ngga Tau

908 91 9
                                    

Renjun kali ini dipenuhi dengan rasa bingung, bingung akan dirinya sendiri. Renjun juga ingin mengungkapkan apa yang dia rasakan, tapi dia bingung. Bingung dengan semesta yang tak mengajarkannya untuk jujur dengan perasaannya sendiri.

"Ren, sekarang aku punya dia."

Renjun juga tau, tak perlu lagi Jeno ulangi seribu kali, tak perlu lagi Jeno beritahu pun dia sudah tau. Jeno dan cintanya pada si gadis manis, bukan pada dirinya, bukan pada sosok pria lemah yang sedang kesepian.

"Jadi... Kita ini apa?"

Meski pahit Renjun tetap memaksa ingin mendengar bagaimana Jeno menganggap dirinya. Selama berbulan-bulan Jeno datang dan menemani dirinya yang kesepian, menghabiskan waktunya untuk Renjun yang ingin diberi kasih sayang lebih dari orang lain.

Renjun mungkin keliru, keliru mengartikan segala perhatian yang Jeno berikan padanya. Seharusnya dari awal Renjun sadar, seharusnya dia juga tau sosok seperti dirinya takan mungkin pantas bersanding dengan Jeno.

Mereka hanya orang asing yang dipertemukan tanpa sengaja, hanya dua pemuda yang disatukan tanpa cinta dari semesta. Renjun meringis, ingin menangis namun segan.

"Temen kan?"

Didepannya Jeno bahkan menjawab dengan begitu enteng, menyadarkan Renjun untuk berhati-hati kala menjatuhkan hatinya kembali.

Meski segan namun Renjun tetap mengangguk dengan patah-patah. Sudut hatinya terasa begitu nyeri, ada luka yang kembali Jeno goreskan dihatinya.

"Boleh aku jadi yang kedua?"

"Ren! Ngga usah aneh-aneh!!"

"Aku engga aneh-aneh Jeno!! Aku cuma... Aku cuma..."

"Cuma apa?"

"Aku cuma mau jadi cintanya kamu, aku cuma mau kamu sama aku, semua waktumu buat aku, semua cintamu buat aku. Aku..."

"STOP REN!!"

Renjun diam, menunduk dengan tetesan air mata yang mulai berjatuhan. Merutuk kebodohannya karena selama ini menyangkan jika Jeno juga sama cintanya dengan dia.

"Aku cuma anggep kamu temen Ren, engga lebih."

"TAPI ENGGA ADA TEMEN YANG KAYA KITA JENO!!" Tatapan penuh luka milik Renjun berhasil Jeno lihat, mata memerah yang kini masih mengeluarkan cairannya menatap Jeno penuh dengan rasa sakit.

"Engga ada temen yang selalu ada 24/7 kaya kita, engga ada temen yang tidur bareng kaya kita, engga ada temen yang selalu pelukan kaya kita, engga ada temen yang perhatiannya kaya kita, dan temen engga ciuman Jeno! Temen engga seharusnya gitu!!"

Jeno diam, barangkali menyadari apa yang biasa dia lakukan dengan Renjun yang katanya hanya temannya. Membandingkan Renjun dengan temannya yang lain dan segala hal yang mereka lakukan.

"Engga ada temen yang dateng malem-malem cuma buat minta cium!!"

"Ren."

"IYA AKU TAU!! AKU KAN YANG SALAH?! AKU KAN YANG TERLALU BAWA PERASAAN DISINI? AKU YANG TERLALU BANYAK BERHARAP KAN SAMA KAMU?!"

"..."

"Tapi aku manusia Jeno, kamu engga lupakan kalau aku juga manusia?"

Jeno hanya menggeleng sembari menatap Renjun dalam diam.

"Aku punya hati Jeno, aku punya hati yang bisa jatuh sama apa yang selalu kamu lakuin ke aku. Kamu pikir selama ini aku engga dibuat jatuh sama pesona kamu? Kamu pikir semua sikap kamu engga bisa bikin aku jatuh cinta? Kamu pikir aku boneka ya?"

"Bukan gitu, aku cuma.."

"Cuma apa?" Renjun tak bisa bohong kala terus menangisi Jeno seperti malam ini. Malam yang seharusnya jadi malam penuh suka cita seperti malam-malam sebelumnya. "Cuma main-main sama aku?"

Lidah Jeno seperti kelu, tak lagi bisa berucap meski hanya satu kata. Dan keterdiaman Jeno semakin melukai hati Renjun, diamnya Jeno seolah membenarkan apa yang Renjun duga. Kebenaran yang tak pernah ingin dia dengarkan.

"Harusnya aku engga pake hati kan? Orang kaya kamu engga akan jatuh juga sama aku. Pada akhirnya kamu juga bakal sama yang orang lain, pergi ninggalin aku buat sendiri lagi."

Mulut Jeno seolah berhenti berfungsi, tak ada satu katapun yang berhasil Renjun dengar untuk menenangkan hatinya yang semakin remuk.

"Kamu engga salah, aku yang salah. Jatuh sendiri, terluka sendiri, dan akhirnya bakal sendirian lagi. Kaya sebelum kamu hadir. Aku mau marah, aku mau maki kamu, tapi aku siapa?"

"Aku bukan siapa-siapamu Jeno!! Aku cuma orang asing yang engga sengaja kamu temui!!"

"Kamu inget kalau dulu kamu pernah janji buat engga ninggalin aku? Katamu kamu bakal tetap sama aku, boleh aku minta buktinya? Boleh kalau aku minta kamu dari pacarmu? Boleh kalau aku engga mau kamu jadi milik yang lainnya?"

"Aku emang engga akan ninggalin kamu, tapi bukan berarti kamu bisa rebut aku dari pacarku!! Kamu harusnya sadar diri Ren."

Mata yang sebelumnya memandang Jeno dengan penuh binar kini berubah menjadi tatapan penuh luka yang terselimuti rasa benci.

Renjun benci jika dirinya dihadapkan dengan keadaan yang mengharuskannya untuk menyadari posisinya saat itu. Setidak berharga itukah Renjun?

"Ya kamu bener, harusnya aku sadar diri!! Harusnya aku tau dimana batasanku!! Harusnya aku engga jatuh sama kamu yang jelas-jelas engga akan liat aku lebih!! Tapi aku bodoh Jeno, aku bodoh karena percaya kalau kamu juga jatuh sama aku."

Mungkin Jeno muak, muak dengan Renjun yang dulu katanya lucu. Muak dengan segala sikap Renjun yang dahulu dia maklumi hingga meninggalkan Renjun seorang diri seperti kala dulu ketika dia belum berjumpa dengan Renjun.

Kini kekosongan yang dahulu Renjun rasakan terulang kembali, lebih hampa dari sebelumnya.

Berbulan-bulan Jeno menemani kekosongan hidupnya hingga membuatnya terbiasa kini pergi begitu saja karena satu kebodohannya.

Renjun tak bisa menyalahkan Jeno, yang bisa dia salahkan hanyalah dirinya. Menyalahkan hatinya yang begitu mudah jatuh pada Jeno tanpa melihat pada jurang yang siap melahapnya.

Merutuki kebodohannya sendiri, merutuki takdir semesta yang seolah tak lelah bermain dengannya.

"Kalau bukan ke kamu, aku harus pulang kemana lagi Jeno?"

"Kalau bukan kamu, aku harus bersandar ke siapa lagi?"

"Kamu mungkin malaikat yang Tuhan kirim ke aku, tapi aku lupa manusia engga akan bisa bersanding sama malaikat. Harusnya aku sadar kan? Kaya yang kamu bilang."

"Aku cuma cowo engga tau diri yang terus ngerepotin kamu tapi masih ngarep kamu mau bales cintaku kan?"

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang