OS [S2] : A2U

796 99 9
                                    

"Sampe kapan lo kaya gini Jen?"

Jeno yang sedari tadi terus ditanya demikian hanya memandang acuh lawan bicara disebelahnya.

"Dia anak orang bro! Punya hati! Ngga mikirin perasaannya lo?"

"Tau Mark, tau. Gue tau ini mungkin udah salah dari awal."

"Bukan mungkin! Tapi emang salah." Mark mendengus malas menanggapi ucapan Jeno.

Sejujurnya Mark kesal dengan Jeno, dengan tindakannya yang dia nilai berlebihan.

"Lo ngga bisa gini terus Jen, suatu waktu dia bisa aja tau."

"Dia engga bakal tau kalau lo ngga ngasih tau."

Mark bingung, disini yang tengah melakukan kesalahan bukanlah dia. Tapi kenapa dia yang dilanda rasa takut dan gelisah, sedangkan Jeno si pelaku utama malah terlihat begitu santai. Seolah apa yang tengah dia lakukan adalah sebuah kebenaran.

"Sampe kapan lo gini gue tanya?"

"Sampe Renjun lulus, bang Jae bilang jaga Renjun sampe dia lulus."

"Yang bang Jae maksud mungkin ga gini Jen. Dia cuma nyuruh lo jagain adeknya bukan dipacarin tanpa perasaan begini."

Jeno tersenyum tipis sembari menatap layar ponselnya yang menampilkan foto lucu dirinya dan juga Renjun yang diambil beberapa bulan lalu.

"Tapi ini cara gue, cara gue biar bisa jaga dia. Dan lo tau kan kalau Ren emang suka sama gue?"

"Dan lo manfaatin perasaan dia?.... Kalo kata gue si lo brengsek Jen."

Jeno diam, membiarkan kepalanya yang berbicara dengan berisik tanpa seorangpun tau isinya.

"Lo kira hanya karena Renjun suka dan juga cinta sama lo dia engga akan marah kalau lo bohongin gini?"

"..."

"Lo pikir manusia mana yang engga sakit hati kalau dimainin begini. Edan lu."

Tak berniat untuk membalas ucapan Mark, yang Jeno lakukan justru berdiri dari duduknya. Menepuk bahu Mark sembari berbalik untuk pulang.

"Ren...?"

Jeno tiba-tiba mematung kala di depannya kini sudah ada sosok Renjun dengan wajah yang tak bisa Jeno baca dan juga mata memerah menahan tangis.

"Ren." Jeno menggapai tangan mungil Renjun yang tak ditepis oleh sang empu.

Bibirnya bergetar menahan tangis, entah kenapa Renjun merasa hatinya begitu sakit kala mendengar setengah obrolan Jeno dan juga Mark.

Renjun merasa bodoh, bodoh karena tak menaruh curiga pada Jeno yang sempat tak menerima perasaannya dua tahun lalu tapi tiba-tiba datang menawarkan cinta.

Harusnya Renjun menaruh curiga dengan sikap Jeno yang tiba-tiba berubah menjadi sosok penuh perduli yang selalu dia harapkan. Tapi sayangnya dia tak menaruh curiga dan berhati-hati sedikit saja. Dan sekarang inilah yang dia dapatkan.

"Kamu denger semuanya?"

Renjun menggeleng, dia memang benar tak mendengar semua obrolan antara Jeno dan juga Mark. Tapi dia tau sedikit kebenaran yang bahkan rasanya lebih pahit dari hal paling pahit yang pernah dia coba.

Bayangan tentang masa depan, impian-impian kecil yang mulai dia susun untuk dijalani bersama Jeno. Perihal rasa yang begitu dia nikmati kehadirannya, perihal bahagia yang begitu dia rasakan ketika bersama dengan Jeno. Dan perihal dirinya yang tak bisa membaca Jeno yang tengah bersandiwara.

"K-kenapa?.... Kenapa kakak jahat?"

Jeno nampak terluka ketika kalimat singkat tersebut keluar dari bibir merah Renjun. Tak sekalipun dia bayangkan akan dicap jahat oleh Renjun. Sosok pemuda yang begitu lugu dan penuh warna-warna cantik dalam hidupnya.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang