OS [S2] : Tanpa Judul

760 76 17
                                    

"Selamat siang nyonya Renjun."

"Siang dokter." Renjun nampak begitu bahagia ketika membalas sapaan dari  seorang dokter yang memiliki julukan 'si dokter tampan'.

Sosok dokter tersebut kemudian tersenyum, membuka sebuah buku yang selalu Renjun bawaketika mendatanginya. "Ada keluhan nyonya?"

Renjun menggeleng, masih dengan senyum mengembang sembari tangannya aktif bergerak  diatas perutnya.

"Semuanya aman dokter, dia juga tidak rewel."

"Anak baik ya, kalau begitu ayo berbaring dan mulai pemeriksaan rutin."

Renjun mengangguk, mengikuti dokter tersebut dan berbaring diatas bangkar. Dokter tersebut melakukan prosedur pemeriksaan sebagaimana mestinya, setelahnya pun Renjun juga menimbang berat badannya kemudian kembali berbincang dengan dokter tersebut.

"Semuanya baik nyonya. Baby juga sehat, lihat." Dokter tersebut menyodorkan sebuah kertas yang tercetak gambar yang sudah terlihat jelas seperti apa bentuk dari calon anak pertamanya Renjun. "Dia tumbuh menjadi baby yang cantik."

"Apa dia akan aman dokter?"

"Tentu, dia akan aman bersama kamu, ibunya."

Renjun mengangguk kemudian memandangi hasil USG dari calon anak perempuannya dengan senyum manis, Renjun sudah tidak sabar untuk menunggu anak pertamanya lahir dan dia harap semuanya akan berjalan lancar.

"Mau makan siang bersama?"

"Hah? Apa dokter bilang sesuatu?" Renjun terlalu fokus memandangi foto sang anak hingga tak mendengar dengan jelas apa yang dokter kandungannya ucapkan.

"Jeno Renjun, cukup panggil aku Jeno jika kita hanya berdua."

"Ah iya, maaf Jeno."

"Tidak apa, jadi mau makan siang bersama?"

"Boleh."

Kedua orang tersebut berjalan bersama menuju kantin rumah sakit, Jeno juga membantu Renjun yang sudah mulai susah untuk berjalan dengan perutnya yang sudah semakin besar.

"Kamu tunggu disini."

Renjun membiarkan Jeno untuk pergi memesan makanan, sudah biasa seperti ini sejak beberapa bulan lalu. Jeno begitu menjaga Renjun bahkan hingga mencarikan tempat tinggal yang persis disebelahnya. Renjun rasa Jeno sudah begitu banyak membantunya selama enam bulan terakhir.

Jeno kembali dengan nampan ditangannya, sebuah menu sehat dan kaya gizi tersedia didepan meja mereka. Tanpa protes Renjun langsung menerimanya tak lupa dengan mengucapkan terimakasih terlebih dahulu.

"Kapan kalian akan berpisah?"

Renjun menelan makanan dimulutnya kemudian beralih menatap Jeno. "Setelah baby lahir."

Jeno mengangguk-angguk seolah dia mengerti. "Kenapa tidak sejak lama saja? Bukankah dia bukan pria yang baik?"

"Ya, aku juga berharap begitu. Tapi aku tidak bisa bercerai ketika tengah hamil."

"Tapi kamu sudah diusir dan dibuang begitu saja."

"Sudah jangan bicarakan itu lagi, baby benci obrolan ini."

"Bisa begitu?"

"Hu'uh!! Dia menendang ketika kamu mulai membahas topik tentang dia."

Jeno hanya mengiyakan, membiarkan ibu hamil satu itu untuk kembali memakan suapan makan siangnya. Sementara dirinya malah fokus memperhatikan cara makan Renjun yang sangat lucu ditambah dengan pipinya yang mengembung berisi makanan, jika boleh Jeno ingin memainkan pipi berisi Renjun.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang