OS [S2] : Nunu and Moma

885 105 4
                                    

Kali ini Renjun tengah bengong di dalam toko miliknya, omega muda tersebut hanya tengah bosan dengan rutinitasnya sebagai pemilik toko kue yang juga menjual berbagai menu masakan ringan.

Ting

Bunyi lonceng yang ada di pintu membuyarkan lamunan milik si cantik. Seorang anak kecil yang begitu Renjun cintai muncul dengan wajah merah ceria, begitu cerah hingga senyum manis Renjun muncul ke permukaan.

"MOMAAA ANNYEONG!!!"

Renjun lebarkan tangan untuk menyambut anaknya yang tengah berlari kearahnya sembari berteriak heboh.

"Nunu annyeong~" Renjun dekap tubuh gempal anak semata wayangnya, mencium pipi gembil sang anak yang sudah kemerahan kemudian membuka buket hat sang anak yang lumayan basah karena keringat. Rambut lepek itu ia usap kemudian kecup dengan ringan, bau asam yang selalu Renjun rindukan.

"Moma tadi Nunu disuruh gambar loh sama ibu guru!! Kata ibu gurunya gambar Nunu keren!! Nunu hebat ken moma?!!" Dengan tampang sombong Sunoo  banggakan dirinya didepan sang moma, bibir cantik Sunoo kemudian melebar kala mendapat usakan gemas dari sang moma, selanjutnya cengiran lucu Sunoo berikan pada moma kesayangannya sedunia.

"Anak moma hebat banget!!! Moma bangga sama Nunu!!"

"Harus dong!! Moma harus bangga sama Nunu!! Moma harus kasih Nunu cium!!" Dengan wajah cerah Sunoo sodorkan pipinya untuk mendapat ciuman dari moma cantiknya.

Renjun lebih dulu mencubit gemas pipi sang anak sebelum bubuhkan ciuman dalam pada pipi bulat tersebut.

"HIHIHI NUNU SENANG MOMA!!"

"Moma juga senang Nunu!!"

Selanjutnya Renjunlah yang mendapat ciuman manis dari sang anak. "Moma Nunu laper? Can I have moma's delicious cooking this time? Ung ung~" mata cantik Sunoo sudah berkedip lucu seperti puppy eyes yang jelas tak akan ada yang bisa menolaknya.

"Okay gemas!! Tunggu sebentar oke? Moma masakin dulu ya, kali ini Nunu mau makan apa?"

"TTEOKBOKKI!!!"

Renjun kembali tersenyum, anaknya ini begitu menyukai tteokbokki tak ayal makanan itu pasti Sunoo makan hampir setiap harinya. Renjun memberi interupsi pada Sunoo untuk duduk dengan tenang sembari dirinya membuatkan menu makan siang untuk dirinya di dapur.

Kaki pendek Sunoo tak berhenti bergoyang-goyang, bocah 5 tahun itu kemudian membuka tas sekolahnya, kembali mengeluarkan buku gambar dan juga pensil warna. Sunoo ingat dia belum mewarnai gambar miliknya secara utuh, jadi bocah gemas itu berniat ingin merampungkan pekerjaannya dan menunjukkan pada sang moma.

Tangan kecil itu dengan telaten membentuk garis garis abstrak yang memenuhi objek gambar yang tengah diberi warna, tampang serius yang begitu lucu terpampang di wajah manis Sunoo yang berhasil membuat pelanggan sang moma kegemasan tanpa bocah itu sadari.

"Selamat siang Sunoo."

"UWAAA DADAD!!!" Sunoo langsung lompat dari tempat duduknya guna memeluk kaki Jeno.

"Kamu ga mau peluk aku juga huh?!!" Chenle yang merasa diabaikan oleh anak yang lebih muda darinya itu merengut dan berkacak pinggang.

"IHIHIHI AKAK LELE!!"

"Ihhh lepas!! Aku bukan akak Lele ya!! Panggil aku Chenle not Lele Sunoo."

"Ga mauuuuu!!! Nunu maunya manggil akak Lele aja wleekkk."

"ISHHH AKU GIGIT YA KAMU!!"

"GA BOLEH YA!! NANTI AKU ADUIN MOMANYA AKU MAU?!!!"

"Huuu!! Pengadu." Bocah 7 tahun itu berdecih kemudian memilih duduk di samping tempat duduk Sunoo semula, mengamati gambar Sunoo dengan seksama. Senyum manis Chenle sontak tertarik begitu lebar.

"Dadad liat, Nunu gambar dadad sama aku!! Ada moma sama Nunu juga." Chenle membentangkan hasil karya Sunoo pada Dadanya, membuat senyum rupawan Jeno merekah. Dalam hati pria dewasa itu aamiinkan harapan yang Sunoo coba tunjukan melalui gambar cantik yang meski masih sedikit berantakan.

"Nunu kamu mau jadi adiknya aku ya?! Ngaku kamu?!"

Bocah yang disodori pertanyaan penuh tuntutan oleh yang lebih tua itu tersenyum lebar dengan sebelah tangannya di gandeng oleh papa kandung dari si lebih tua. "Iya, Nunu mau jadi adiknya akak Lele. Nanti akak punya moma, Nunu punya dadad. Jadi kita lengkap!!"

Tak dapat dipungkiri jika kini Chenle dan juga Jeno tengah tersenyum cerah. Sepertinya misi Jeno mendapatkan hati Sunoo sudah berhasil setelah setahun lebih berjuang meluluhkan hati si gemas dan juga momanya.

"MOMAAA!!" Chenle berteriak heboh kala dirinya mencium bau masakan khas sang moma.

"Halo jagoan." Renjun mendekat dan menaruh nampan berisi beberapa masakan, sejak kedatangan Jeno dan Chenle beberapa menit lalu salah satu karyawannya telah memberitahukan pada dirinya, jadi tak ayal jika Renjun menyediakan banyak makanan untuk mereka makan bersama.

"UWAAA~ aku jadi laper liat masakan moma."

"Kalau begitu makan yang banyak ya jagoan?"

"Okay moma cantik!!"

Keempatnya makan dengan begitu manis, Sunoo nampak lebih menempel pada Jeno ketimbang pada momanya begitupun dengan Chenle yang terus minta disuapi oleh Renjun dan mengabaikan dadad dan juga Sunoo. Sejak ia mulai mengerti dunia Chenle selalu berharap mendapatkan momen seperti ini, sayangnya dia tak pernah tau siapa ibunya. Dadadnya bilang ibunya itu baik hanya saja dia salah jalan hingga membuatnya jahat dan di panggil untuk pulang oleh Tuhan. Chenle bahkan tak tau wajah ibunya, sebenarnya dia pernah melihatnya sekali di foto pernikahan sang dadad, wajah ibunya nampak tak senang, katanya sang ibu tidak mencintai dadadnya.

Jika Chenle tak pernah mendapatkan peran ibu dalam hidupnya maka lain dengan Sunoo yang hanya mendapat peran ayah hingga umurnya satu setengah tahun. Momanya bilang ayahnya sudah pulang kepada Tuhan ketika ayahnya pergi ke negeri yang jauh disana. Sunoo cukup percaya dan tak pernah mengungkit tentang ayahnya karena baginya ada yang janggal antara moma dan ayahnya, dalam pikiran Sunoo sepertinya sang ayah menyakitinya momanya. Bukan tanpa sebab Sunoo berpikir demikian, dia hanya tak sengaja mendengar percakapan teman momanya kala itu.

Hadirnya Jeno untuk Sunoo seperti hadirnya matahari di hari mendung, begitupun dengan hadirnya Renjun dalam hidup Chenle yang bagaikan pelangi setelah hujan lebat tiba. Begitu melengkapi hingga kedua bocah itu tersenyum merekah meski terkadang keduanya kerap kali bertengkar. Meski awalnya Sunoo menolak, meski awalnya Chenle begitu sengit dengan Sunoo, meski awalnya begitu sulit. Namun pada akhirnya mereka berempat berhasil.

"Dadad."

"Ya, boy?"

"Dadad engga mau lamar momanya Nunu?"

Uhukk

Renjun langsung tersedak kala ucapan tak terduga keluar dari mulut anaknya. Dengan sigap Jeno berikan air minumnya pada Renjun, mengelus punggung sempit Renjun guna membantu meredakan efek tersedak beberapa detik lalu.

"Kamu ok?"

Renjun mengangguk, kembali meminum dari gelas milik Jeno. Jeno lantas kembali ke tempat duduknya kemudian mencubit pipi Sunoo dengan gemas.

"Sabar ya boy, sebentar lagi ya?"

Mata Sunoo langsung berbinar, cengiran lebar tak bisa bocah itu sembunyikan. Lantas mata cantiknya menatap sang calon kakak yang sudah kembali melanjutkan makanannya yang kali ini tanpa disuapi oleh momanya. "AKAK NANTI KITA BOBO BARENG YA?"

Chenle memutar kepalanya menghadap ke arah Sunoo dengan mulut masih mengunyah. "Ummm, oke. Tapi dadad juga udah siapin kamar buat kamu kok dirumah kita."

'Rumah kita' dua kata sederhana yang Chenle ucapkan berhasil membuat hati Renjun menghangat. Tak pernah terbayang jika anak kecil yang selalu mampir ke tokonya sepulang sekolah akan menjadi anaknya, anak yang akan dia kasihi dan sayangi sama seperti Sunoo.

.
.
.
.

hawooo Nunu hadir di book ini ow ow ow
mau lanjut ga???

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang