Cerita Jeno

832 87 1
                                    

Renjun tersenyum dengan lembut ketika netranya berhasil menangkap sebuah siluet familiar yang kini tengah berjalan mendekatinya.

"Selamat pagi, Renjun." Jeno tersenyum dengan lebar ke arah sosok yang begitu dia rindukan meski baru tak bertemu selama beberapa jam saja.

"Selamat pagi, Jeno."

Jeno mendekat dan duduk tepat disamping bangku tempat Renjun mendudukan diri, senyumnya tak pernah luntur ketika dirinya bersama dengan sosok yang kini singgah dihatinya.

"Renjun."

"Ya?" Renjun memiringkan kepalanya menghadap Jeno yang kini sudah duduk disebelahnya.

"Saya ajak jalan-jalan mau?"

"Boleh, mau kemana?"

"Saya pengen ke pantai, tapi kalo kamu mau ketempat lain juga boleh."

"Saya mau kok kalo kepantai, lagi pula saya juga ngga  tau harus jalan kemana."

Jeno kembali tersenyum dengan lembut, bahkan kini tangannya sudah bertengger disurai madu Renjun yang nampak semakin membuat pemuda Maret tersebut terlihat manis.

"Ayo berangkat sekarang, kamu sudah sarapan kan?"

"Sudah, Jeno?"

"Saya juga sudah. Kalo gitu ayo."

Jeno berdiri lantas menggenggam tangan mungil Renjun yang begitu pas di dalam genggaman tangan besarnya, lagi-lagi Jeno tersenyum di buatnya. Jeno rasa stok senyumannya tak pernah habis jika dirinya sedang bersama dengan sosok Renjun si kekasih hatinya.

"Jeno, kalau kamu mau cerita saya siap dengerin semuanya."

Jeno menoleh sebentar ke arah Renjun yang sudah duduk dengan anteng di kursi samping kemudi, Jeno tak berniat menjawab ucapan Renjun yang dia berikan hanya seuntas senyuman tipis yang nyatanya mampu di tangkap oleh obsidian Renjun dengan sangat Jelas. Itu bukan senyuman  yang biasa Jeno tampilkan, senyumannya berbeda dan Renjun menyadari Jenonya sedang tak baik-baik saja.

Renjun memaklumi segala keterdiaman Jeno, karena Renjun tau bahwa Jeno akan bercerita dengan sendirinya ketika pemuda tersebut sudah siap membagi ceritanya. Renjun tak ingin memaksa Jeno untuk bercerita, baginya menunggu Jeno bercerita dengan sendiri jauh lebih menenangkan ketimbang memaksa sang terkasih untuk langsung bercerita padanya.

Tak ada lagi yang membuka percakapan setelah ujaran terakhir yang keluar dari bibir ranum Renjun, perjalan mereka hanya diisi dengan senandung merdu dari lagu-lagu yang Renjun putar didalam mobil Jeno. Hingga akhirnya mereka tiba di pantai yang sudah Jeno pilih sebagai tujuan jalan-jalannya kali ini bersama Renjun.

"Ayo keluar, saya mau nikmatin udara di pantai yang segar."

Renjun mengangguk seraya menampilkan senyum manisnya sebelum akhirnya keluar dan membawa tangan Jeno untuk di genggam dengan jemari mungil miliknya.

Jeno melepas genggaman tangan keduanya yang membuat Renjun langsung cemberut.

"Saya mau rangkul kamu biar makin deket, jangan cemberut lagi atau mau saya makan rawrr." Jeno mendekatkan sebelah tangannya seperti hendak menerkam Renjun seperti singa yang siap menerkam mangsanya.

"Makan aja kalo Jeno berani!"

Jeno terkekeh dengan nada bicara Renjun yang justru terdengar lucu dipendengarannya, Renjunnya memang selalu lucu.

Keduanya kembali berjalan dengan tubuh saling menempel satu sama lain, sampai akhirnya Jeno berhenti tepat dua meter dari air laut yang bergerak mendekat dan menjauh dari arahnya. Renjun juga ikut berhenti ketika Jeno menghentikan langkahnya.

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang