OS [S2] : SuperHerong

692 77 2
                                    

Renjun masih termenung, menikmati kesesakan di hatinya. Dadanya bergemuruh, tapi Renjun memilih abai.

Sampai kapan? Sampai kapan dirinya harus merasakan dinomer duakan? Renjun juga lelah terus menjadi pilihan kedua. Renjun juga mau diprioritaskan, seperti adiknya yang diprioritaskan oleh orang tuanya, seperti sepupunya yang diprioritaskan oleh kakak sepupunya, Renjun juga mau. Tapi nyatanya Renjun tak pernah mendapatkan itu, katanya dia harus mengerti.

Menghela napas berat, sosok lelaki manis itu kini terduduk di balkon apartement pribadi miliknya, memandangi langit yang nampak gelap sembari melamun. menatap satu bintang paling cerah yang muncul ditengah gelapnya langit. Renjun harap dia punya itu.

"Kenapa cuma orang lain yang bisa begitu? Kenapa engga aku juga? Aku ada salah ya?"

"Semua orang punya orang yang cinta banget ke dia, tapi kenapa aku engga? Aku engga pantes ya makannya aku engga punya juga? A-aku ada yang kurang ya Tuhan?"

Pria manis itu kembali melamun, menumpu kepalanya yang terasa berat pada lututnya yang menekuk kembali menghela napas berat. Renjun ingin menyerah, tapi nyatanya dari awal bukan itu yang Renjun inginkan. Beribu kali Renjun ucapkan dia ingin mati, namun nyatanya hingga kini Renjun masih bisa survive. Renjun bahkan mampu menamatkan kuliahnya, mampu menyabet gelar bergengsinya sebagai anak seni rupa.

Dering ponsel berhasil kembali menyita kesadaran Renjun, merogoh ponsel yang berada di sakunya guna melihat siapa yang menghubunginya.

home(?) nama tersebutlah yang muncul pada layar ponsel milik Renjun. Jeno, sosok dibalik kontak bernama 'home(?)' sosok yang baru beberapa bulan Renjun temui. Sosok baru yang mencoba membawa Renjun untuk merasa selalu aman dan nyaman.

"Ren?" nada cemas jelas tergambar dari panggilan yang Jeno ucapkan diseberang sana.

"Sayang? Kamu ok? Aku ke apart ya?"

Nada khawatir yang semakin tergambar jelas pada suara Jeno membuat hati Renjun merasa hangat, selama 23 tahun dia hidup rasanya dia tidak pernah dikhawatirkan sebegininya oleh orang lain. Dan Jenonya memberikan itu, memberi semua yang tak pernah Renjun dapat.

"Sayang?"

"Aku otw sekarang ya? Kamu di apart kan? Engga kemana-mana kan?"

"Jeno."

"Ya Ren? Kenapa?"

"Aku mau pulang."

"Kenapa mau pulang?" Di seberang sana Jeno mencoba tenang, meski tak bisa ia pungkiri kini jantungnya berdetak lebih keras, Jeno tengah ketakutan sekarang.

"Aku... aku cuma cape, aku boleh pulang?"

"Kamu ga boleh pulang sendiri sayang, nanti Dia marah."

"Kenapa marah? harusnya Dia seneng, seneng karena aku pulang sendiri."

"Jangan gitu ya, aku lagi jalan ke apart, kamu mau nitip? Injunie mau apa?"

"Mau Jeno, Injunie mau Jeno hiks. Injunie, Injunie mau Jeno." Mata si kecil kini sudah memerah seraya berkaca-kaca. Renjun menangis.

"Bentar ya cantik, 5 menit lagi aku sampai ya?"

Hanya isak tangis yang Jeno dengar selama 5 menit perjalanan. Kakinya melangkah lebar setelah memasuki unit pribadi milik Renjun. Segera merengkuh tubuh yang terduduk seraya sesenggukan, memberi kehangatan pada sang kekasih yang dia yakini sudah sedari tadi terkena dinginnya angin malam.

"Kita masuk ya? Disini dingin."

"Jeno, J-jeno."

"Aku disini, jangan takut ok? Ada aku, kamu engga akan pernah sendiri selagi aku ada."

Dengan sigap Jeno bawa Renjun kedalam gendongannya, berjalan masuk kedalam dan menutup pintu balkon. membawa tubuh keduanya untuk duduk diatas ranjang dengan Renjun yang duduk dipangkuannya sembari memeluk erat lehernya.

Punggung bergetar milik Renjun Jeno usap dengan lembut, pelipis yang mulai basah karena keringat itu Jeno kecup penuh cinta. Menyalurkan rasa cintanya yang begitu dalam kepada sang pujaan hati.

"Jangan pulang ya? Dia engga akan suka kalo kamu pulang secara mandiri. Injunieku engga mau kan Dia marah?"

Renjun menggeleng disela tangisnya, sebelah tangannya mengepal kuat di atas dada Jeno. Renjun benci dirinya yang sekarang.

"Jangan takut lagi ya, kamu punya aku. Jangan juga ngerasa kalau kamu kurang, bagi aku kamu sempurna Injunie. Injunieku akan selalu sempurna dimata aku."

"W-walaupun tanganku engga mulus?"

"Iya, walaupun tangan kamu banyak garis cantinnya."

"Walaupun aku suk jahat?"

"Kata siapa Injunie jahat? Injunienya aku engga jahat, si cantik ini engga jahat, si cantik ini baik kok." Sebelah tangan Jeno kini mulai mengelus rambut lepek Renjun, menciumnya dalam-dalam.

"Walaupun orang-orang ga suka aku?"

"Kalau orang-orang ga suka kamu, aku yang bakal jadi orang pertama yang paling suka kamu. Engga perduli apapun itu, i will protect you cantik."

"Tapi eku engga baik Jeno."

"Kamu engga perlu jadi baik, kamu cuma perlu jadi Injunieku."

"Mereka jahat Jeno, mereka jahat sama aku hiks... mereka hiks mereka jahat!"

"Mereka engga pernah dengerin aku, mereka bahkan engga pernah anggap aku ada. Mereka kenapa engga pernah jadiin aku prioritas mereka Jeno, kenapa selalu orang lain."

Usapan lembut kembali Renjun terima pada punggungnya, tangan besar Jeno kini menggenggam sebelah tangannya yang tadi mengepal erat.

"Kalau mereka ga bisa jadiin kamu prioritas mereka, biarin aku aja. Biarin aku yang bakal selalu jadiin kamu si nomer satu, yang akan selalu jagain kamu, yang akan selalu ngasih semua rasa cinta buat kamu. Aku yang bakal wujudin semua hak yang engga pernah kamu dapet. Ada aku sayang, jangan khawatir lagi ya?"

Wajah cantik itu mendongak dengan wajah memerah karena menangis, menatap mata teduh sang dominan yang jelas tergambar ketulusannya. "Jeno maaf."

"Kamu engga salah, dan engga perlu minta maaf sayang. Sekarang tidur ya? Si cantik ini engga boleh kurang tidur."

"Jangan pergi, Jeno jangan tinggalin Injunie."

"Engga akan sayang."

"Peluk, aku mau Jeno peluk aku sampe pagi."

"okay, sesuai perintah si cantik."

Jeno memposisikan dirinya senyaman mungkin,membiarkan lengan kekarnya menjadi bantalan untuk kepala si cantik. Kaki panjangnya mengunci tubuh Renjun seperti guling, sementara sebelah tangannya sibuk memberi usapan lembut pada pelipis si cantik. Membiarkan bibirnya untuk menempel pada dahi mulus Renjun sambil sesekali merapalkan kata-kata penenang yang berhasil membuat Renjun terlelap dalam tidurnya.

"Tidur yang nyenyak ya cantik, engga perlu mimpi indah. i love you." Sekali lagi Jeno bubuhkan kecupan penuh cinta pada dari Renjun sebelum akhirnya ikut memejamkan mata menuju alam bawah sadar.

Jeno berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu berada di sisi Renjun dan menjaga Renjunnya. Jeno janji dia akan membuat Renjun merasa ingin terus hidup, hidup bersama dengan dirinya. Bukan hanya sebuah janji, tapi Jeno juga sudah membuktikan janjinya, janjinya pada Tuhan untuk terus menjaga cintanya.

.
.
.
.

hawooooo, bertemu lagi dengan aku. pacarnya si birthday boy (^з^)-☆Chu!!

siapa disini berpuasa??? aku aku aku

OS || NOREN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang