- royals

1.5K 172 9
                                    

Happy reading!

"malam dok, izin memasukan jenazah ke dalam ruangan" dua orang perawat datang menghampiri jeno yang masih saja berada di ruangan yang menjadi momok menyeramkan bagi setiap orang.


Jeno yang sedang mengerjakan soal matematika hanya mengangguk. Menjadi seorang dokter, rasa cinta jeno terhadap hitungan (re: matematika dan fisika) tidak kunjung pudar. Jeno bahkan masih menyempatkan waktunya di kala jeda jaga untuk sekedar mengerjakan sepuluh dua puluh soal.


"Jangan lupa input datanya. Diambil kapan sih?" Tanya jeno kepada perawat yang berjaga di igd yang sedang menginput data di depan komputer selepas meletakkan jenazah di ranjang jenazah.

"Besok kayaknya dok, soalnya keluarga nya belum datang dari luar kota" jeno mengangguk.


"Sudah dok, kami pamit. Terima kasih" kedua perawat itu kemudian berjalan meninggalkan jeno seorang diri. Biasanya jeno akan ditemani oleh seorang perawat jaga atau mungkin satpam yang duduk dan merokok di luar ruangan. Tapi  perawat jaga sedang mencari makan malam karena belum makan sejak sore karena hari ini ada 7 jenazah yang diinput datanya. Entah tuhan sedang berkehendak bagaimana, namun nyata nya hari ini termasuk banyak keluarga yang menangis di ruangan ini.



"Anna, biarin aja ya yang baru dateng. Tapi kalau udah diambil keluarga nya suruh pergi juga" tanya jeno kepada udara kosong.


Iya, hantu  di ruangan itu akhirnya diberi nama anna dan elsa oleh jeno. Anna yang menetap di rumah sakit. Bergaun merah dengan wajah menyeramkan, dia senang berada di dalam ruangan itu. Seorang hantu dengan rambut pirang dan kepala yang sedikit pecah karena terbentur oleh aspal. Anna sedikit sensitif dengan 'penghuni' kamar jenazah yang baru. Tapi jeno hanya beberapa kali melihat wajah anna yang buruk, seringnya ia melihat hantu bule itu duduk, merapikan rambut sepinggang nya sambil memperhatikan alat alat atau menyalakan keran air.


Berbeda dengan elsa, hantu yang sering dilihat orang orang rumah sakit. Entah itu karyawan rumah sakit sendiri bahkan pasien. Elsa sering muncul tanpa lengan sambil berjalan terseok-seok. Sosok elsa sering terlihat di lorong atau jendela orang yang berpikiran macam macam. Tapi elsa sangat sering dibully oleh anna. Entahlah Jeno tidak mengerti persahabatan dua hantu sedikit tidak waras itu.


"Mau kemana?" jeno menutup matanya terkejut begitu anna bertanya sambil menggoyangkan kakinya diatas lemari pendingin. Anna masih saja merapikan rambut pirangnya.


"Pulang. bosen di sini ketemu lo. Oh iya nanti diusir ya kalau udah dibawa jenazah nya. Jangan disimpan di sini. Ribet kalau ada satu hantu lagi" anna hanya mengangguk sambil sesekali bersenandung. Jam menunjukkan pukul 9 malam, tanda shift sore nya sudah selesai. Ia akan berganti shift dengan dokter lain.


Merapikan bekas coretan angka di kertas hvs nya, ia kemudian berjalan keluar sambil membawa tas kerja miliknya. Melepas snelli nya dan menggantung nya di lengan sebelah kanan.


Jeno kemudiam berjalan menyusuri lorong sambil sesekali bersenandung kecil.


"Jangan sering muncul kasian orangnya jantungan" tegurnya pada sosok elsa yang tengah melayang di hadapannya.


Elsa yang tadi memasang wajah datar nya kemudian menyengir melihat siapa yang menegur dirinya.

"Eh dokter" jeno hanya berdehem kemudian melanjutkan perjalanan dengan elsa yang melayang tak jauh dari dirinya.


"Gatau sih dok, kalau ada yang pikirannya macem macem aku datengin. Masa ada yang mau kepikiran mesum. Ya udah aku copot kepalaku" jeno mengangkat ujung bibirnya mendengar elsa berceloteh. Elsa adalah salah satu korban yang jeno bantu otopsi, namun sepertinya tuhan belum mengizinkan elsa ke tempat terbaik nya. Jadi elsa masih stay di rumah sakit ini.


ROYALS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang