Happy reading!
"bang, bisa bantu Jeno?" ujar Jeno sambil menghadap jungwoo yang sedang duduk di kantin rumah sakit. Jungwoo yang sedang memakan soto miliknya menoleh.
"Bantuin apa, Jen? Kalau Abang bisa bantuin, ya Abang bantu" ujar jungwoo sambil mengunyah. Ia sedang makan malam di sela sela pekerjannya yang padat. Jeno memberikan sebuah map.
"Ini bang, nanti kasih Jeno aja. Jangan kasih tahu kepolisian dulu ya" jungwoo mengerutkan keningnya.
"Ini rahasia?" Jeno mengangguk.
"Iya. Ini rahasia untuk sementara waktu. Nanti biar Jeno sendiri yang ngasih tau mereka kalau udah tahu hasilnya" jungwoo hanya mengangguk anggukan kepalanya.
"Iya. Taruh disitu aja. Nanti Abang bawa ke ruangan habis makan. Kamu ngga makan, Jen?"Jeno menggelengkan kepalanya.
"Mau pulang, bang. Istri udah masak di rumah kayanya" pamit Jeno.
"Duluan ya, bang" jungwoo mengangkat ibu jarinya.
"Oke. hati-hati, Jen" balas jungwoo kemudian melanjutkan makan.
Jeno kemudian melangkahkan kakinya menyusuri lorong menuju ruang ICU, tempat dimana sang abang masih belum sadarkan diri dari tidurnya yang panjang.
"Malem, dok" sapa perawat ruang ICU begitu melihat Jeno datang. Jeno tersenyum membalas nya. "Malam, juga"
"Di dalem ada siapa? Istrinya Abang?" Tanya Jeno.
"Bukan, dok. Kakaknya dokter" Jeno mengangguk anggukan kepalanya.
"Yaudah saya kesana dulu, kamu lagi ada pasien kan?" Perawat itu menepuk dahinya.
"Ah gara gara ngobrol sama dokter sih jadi saya lupa" ujar perawat yang Jeno kenal baik itu. Perawat itu nampak buru-buru keluar dari ruangan dan menuju ke pasien yang berada di sebelahnya.
Ketika Jeno masuk, suara Isak tangis dari keluarga keluarga korban terdengar begitu mendominasi. Ruang ICU cukup penuh, sementara Mark berada di ruangan khusus lengkap dengan alat alat yang terpasang. Selain karena ini permintaan Suho, selaku salah satu pemilik rumah sakit, Mark juga benar benar butuh alat itu, bahkan Irene dan Suho tidak tanggung-tanggung membawa alat yang sebelumnya berada di rumah sakit yang berada di luar kota dan langsung membawanya kemari.
Selain suara isak tangis dari keluarga, lantunan doa juga terdengar memenuhi telinga Jeno. Suaranya bahkan lebih keras dan saling bersahutan. Mau tidak mau, sepanjang perjalanan, Jeno tidak berani menoleh terlalu lama. Tidak tega rasanya melihat orang orang yang terluka bahkan kesusahan untuk bernapas dengan keluarga yang terus menerus menangis sembari berdoa kepada Tuhan.
Jeno berdiri di ruangan khusus, ada dua ruangan, sebelah Mark yang berisi seorang pria paruh baya dan Mark sendiri. Ruangan yang paling Jeno takuti, karena di dua ruangan ini, Jeno tahu, jarang sekali orang kembali membuka mata. Hampir seratus persen, mereka yang masuk ke dalam ruangan ini tidak lagi kembali ke keluarga. Memilih kembali ke pangkuan Tuhan yang maha kuasa.
"Kak Mina, kemana?" Tanya Jeno kepada rose yang berjaga di luar ruangan karena hanya ada satu orang yang boleh masuk.
"Mina lagi pulang, dia harus nyusuin Kenan" Jeno hanya mengangguk kemudian berdiri mendekati kaca.
Kini ia bisa melihat dengan jelas, Mark yang terbaring dengan alat dari kepala hingga kaki. Matanya masih terpejam dengan nyaman dengan alat bantu pernapasan yang ada pada mulutnya. Luka di bibirnya dan bekas darah juga masih membekas di wajah tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYALS
Fanfiction; royals means belonging or connected to a king or queen or a member of their family Menceritakan 4 bersaudara yang berhasil menjalankan hidup mereka sampai di titik dimana mereka bertemu dengan masa lalu. Masa kelam yang membuat mereka kehilangan...