Happy reading!
"mbak, Kenzo ada?" Ujar Jeno saat mampir ke rumah milik Suho dan Irene. Irene yang sedang menimang putrinya yang baru beberapa Minggu itu pun menoleh.
"Diatas kayanya, Jen. Lagi baca buku atau engga ngerjain tugas, mbak juga gatau. Samperin aja coba" ujar irene. Jeno mengangguk kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamar Kenzo yang terletak paling ujung.
Sampai di depan kamar sang keponakan, wangi lilin aromaterapi tercium begitu menyengat. jeno lantas mengetuk pintu.
"Masuk aja, ma" ujar Kenzo dari dalam.
Ruangan kenzo tampak gelap, sang pemilik kamar tengah duduk bersandar di ranjang sembari mendengarkan musik di kedua telinganya. Buku besar sudah tertutup di sampingnya, tanda ia sudah selesai membaca. jeno terdiam melihat Kenzo yang nampak memejamkan matanya. Ia bahkan hampir menangis saat melihat sosok sang kakak yang seolah terlahir kembali pada remaja berusia 17 tahun dihadapannya yang tengah mendengarkan musik di telinganya.
"Om?" Jeno lantas menghapus air matanya begitu suara Kenzo memanggilnya. Ia kemudian mendekati keponakannya tak lupa menutup pintu kamar.
"Kenapa nangis? Tumben amat nangis" ujar kenzo sambil melepas airpod miiknya dan meletakkan di meja sampingnya bersama dengan buku. ternyata keponakannya itu sadar kalau Jeno menangis.
"Ngga ada apa apa. Cuma kangen papamu aja" ujar jeno pelan. Kenzo hanya mengangguk. Bukan hal yang asing melihat paman pamannya menangisi dirinya, ah tidak menangisi sang ayah tapi kepada dirinya karena dia sangatlah mirip dengan Taeyong alhasil mereka menangis dihadapannya.
"Kamu ngga kuliah?" Kenzo menggelengkan kepalanya.
"Udah pulang, tadi cuma kelas pagi aja terus males di kampus mau ngapain, mending di rumah." jeno mengangguk-angguk. Sangat taeyong sekali.
"Berkas yang uncle mau, kamu udah ambil?" Kenzo berdehem. Ia kemudian bangkit dari kasur menuju tas miliknya. Mengeluarkan beberapa map berwarna-warni yang ia bawa dari kampus.
"Ini ilegal sih tapi karena aku ketuanya ya jadi legal legal aja" jeno berdecih melihat keponakannya menyombongkan dirinya mentang-mentang menjadi ketua, dia punya previlege.
"Buat apa sih om kok kenzo harus nyari data lima belas tahun lalu? Kurang kerjaan banget. Harus nyari nyampe bawah bawah. Mana banyak rayap nya pula" protes kenzo.
"Nyari sesuatu. Anak kecil ngga boleh tau" kenzo menendang bokong jeno pelan.
"Apasih anak kecil anak kecil. Kenzo tuh udah gede tau. Eh tapi ini menyangkut papa ya?" Jeno mengangkat alisnya.
"Kok kamu tau?" Kenzo mengangkat bahu.
"Ada nama papa disana. Jadi aku pikir om lagi cari tau sesuatu tentang papa. Boleh kenzo tau?" Jeno merapatkan bibirnya. Bingung hendak berbicara apa.
"Nanti, ya. Kalau udah pasti. Om harus pastiin semuanya dulu. Nanti baru bisa om kasih tau kamu" ujar Jeno pelan. Dia masih tidak bisa membocorkannya kepada siapapun, dia masih ragu dengan semua informasi yang ia terima. Semuanyaa masih abu abu dimatanya. Dia masih belum bisa membedakan mana yang benar mana yang salah.
"Tapi om, Kenzo mau tanya. Apa papa benar benar bunuh diri?" Ujar kenzo memelan di akhir. Kepalanya menunduk. Seolah memberikan pertanyaan yang berat ia ungkapkan.
"Tidak tahu. Om hanya menemukan jenazah bubu di bathub. Tapi kata ayahmu, dia dibunuh. Om masih bingung. Ini masih teka-teki. Jadi, maaf. Om belum bisa ngasih jawaban ke kamu karena om sendiri belum tahu jawabannya. Hasilnya baru keluar nanti." Kenzo mengangguk dan menunduk memainkan bantal guling miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROYALS
Fanfiction; royals means belonging or connected to a king or queen or a member of their family Menceritakan 4 bersaudara yang berhasil menjalankan hidup mereka sampai di titik dimana mereka bertemu dengan masa lalu. Masa kelam yang membuat mereka kehilangan...