Ryujin memandang keluar dengan pandangan kosong. Lagi, masalah menghampiri keluarga kecilnya. Jika dipikir pikir, hanya keluarganya yang selalu mendapat masalah seperti ini. Keluarga sahabat sahabatnya bahkan hampir tidak pernah, walau tak dipungkiri jika yeji dan aisha juga pernah mengalami keretakan rumah tangga.
Ryujin memegangi kepalanya yang tiba tiba terasa pusing. Entah, mungkin karena terlalu memikirkan masalah keluarganya hingga melupakan makan, ryujin jadi pusing.
Ryujin beranjak dari pinggiran ranjangnya, lalu melangkah keluar kamar untuk menuju dapur.
Dia butuh obat untuk meredakan sakit kepalanya.
Ryujin berjalan perlahan menuruni anak tangga, saat sampai didapur dirinya segera berjalan menuju lemari yang biasa menyimpan berbagai obat obatan. Setelah menemukan nya, ryujin mengambil 1 butir lalu mengambil gelas untuk di isi dengan air hangat. Ryujin mengambil obat sakit kepala yang sebelum makan, jadi dia tidak perlu repot-repot makan terlebih dahulu untuk meminum obat itu. Setelah meminum obat itu, ryujin tidak langsung pergi dari dapur melainkan duduk di meja makan.
"Gue harus gimana?" gumam ryujin pasrah
Ryujin menghembuskan nafasnya gusar.
Ryujin takut, dia takut jika putrinya mengetahui keadaan antara dirinya dan jaemin. Jia itu pintar, dia bisa memahami keadaan sekitar tanpa berbicara. Dia tau jika kedua orangtuanya sedang bertengkar atau tidak. Maka dari itu, jika ryujin maupun jaemin sedang bertengkar, sebisa mungkin mereka tidak menunjukkan aura permusuhan di depan jia.
Lama melamun, ryujin sampai tidak sadar jika jaemin sudah pulang dan berjalan menuju dapur.
"Sayang? kamu belum tidur?" tanya jaemin setelah masuk kedapur.
Ryujin tersentak kaget.
Jaemin mengerutkan keningnya saat melihat wajah terkejut ryujin.
"Lho? kamu ngelamun?" jaemin duduk disamping ryujin.
Ryujin menggeleng.
"Nggak, aku nggak ngelamun", jawabnya dengan halus.
"Terus, kenapa kamu belum tidur? ini jam udah 10, besok kamu ke butik kan?"
"Aku belum ngantuk, aku juga nunggu kamu",
"Kan udah aku bilang sayang, aku pulang telat, kenapa nunggu aku?"
"Aku khawatir sama kamu"
Jaemin tersenyum.
"Lain kali nggak usah nungguin aku lagi ya, langsung tidur aja" kata jaemin dan di angguki ryujin.
Hening, keduanya sama sama terdiam dengan pikiran masing masing. Ryujin yang memikirkan bagaimana keadaan keluarganya kedepannya, dan jaemin yang memikirkan keadaan hina dirumah sakit. Wanita itu harus dirawat inap dirumah sakit karena pendarahan, beruntung hina tidak keguguran jadi jaemin tidak berurusan dengan pihak yang berwajib.
"Emm... jaem" panggil ryujin setelah sekian lama bergelung dengan pikiran nya.
Jaemin menoleh.
"Iya?""Kam— huekk
Ucapan ryujin terhenti karena rasa mual yang tiba tiba datang.
Ryujin menutupi mulutnya lalu berlari menuju wastafel, dan memuntahkan isi perutnya.
Jaemin berlari menghampiri ryujin yang masih terus terusan mengeluarkan isi perutnya.
"Sayang? are you okey?" tanya jaemin khawatir
Ryujin mengangguk, lalu membasuh mulutnya dengan air wastafel. Ryujin memegangi kepalanya yang terasa berdenyut pusing, sungguh dia tidak akan bereskpek akan separah ini jika dia melewatkan makan siang dan malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah || End✓
FanfictionTentang ryujin dan jaemin yang udah pacaran sekitar 4 tahun, dan disuruh nikah sama orang tua masing masing. Tapi pernikahan yang mereka jalanin nggak berjalan semulus kapas, pasti ada lika liku yang mereka hadapin.