Chap 76 [New Chap]

326 58 24
                                    

Ryujin menahan amarahnya ketika melihat putrinya yang terus menangis. Bukan, ryujin bukan marah pada Jia, melainkan pada seorang wanita dan seorang anak kecil yang dengan percaya dirinya berjalan jalan bersama suaminya di tempat umum.

Apa wanita itu tidak memilik urat malu sedikit pun? sampai dengan beraninya mengajak suami orang berbelanja pakaian bayi di salah satu pusat perbelanjaan. Bahkan sampai Jia sendiripun melihat, bagaimana bahagianya jaemin ketika bersama mereka. Jia merasa di khianati oleh ayahnya. Padahal Jia sudah mengajak jaemin Qualiti time bersama, tetapi jaemin menolak dengan berasalan sibuk. Awalnya Jia memaklumi, tetapi ketika dia melihat sendiri dengan mata kepalanya, bahwa ayahnya tengah menggendong seorang anak kecil yang sangat dia kenali, perasaan kecewa dan di khianati perlahan menguar.

Ryujin dan Jia sampai harus putar balik arah untuk pulang dari pada harus bertemu dengan mereka.

"Jia?" panggil ryujin pelan

Jia tak menjawab, dan tetap fokus memandang layar televisi dengan wajah datarnya.

Ryujin merasa gagal menjaga rahasia yang selama ini ia jaga. Ya, dia memang sudah tau jika jaemin bermain api di belakangnya. Tetapi bukan seperti ini yang dia mau, bukan Jia yang melihat sendiri bagaimana ayahnya membahagiakan orang lain di depan matanya. Ryujin pasti tidak akan sanggup kalau harus mendengar Isak tangis pilu Jia.

Ryujin duduk disamping jia dengan perlahan.

"Kenapa Jia nggak nangis? Jia sedih kan? Jia juga pasti kecewa kan sama ayah?", tanya ryujin dengan lembut.

Jia hanya diam, tidak menjawab ucapan ryujin.

Ryujin mengusap lembut kepala Jia, sembari menyingkirkan helaian rambut yang menghalang wajah cantik putrinya.

"Jia kalau mau nangis, nangis aja nak. Nggak usah ditahan, nggak usah pura pura kuat di depan bunda. Karena bunda tau, hati kamu lagi nggak baik baik aja sekarang" ucap ryujin

Jia menoleh dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ayah jahat bun..." lirih jia

"Ayah udah jarang banget luangin waktunya buat aku" lanjut jia dengan wajah yang menunduk.

Ryujin menahan mati matian air matanya agar tidak jatuh. Sungguh, ryujin tidak ingin anak nya menunduk karena kekecewaan seperti ini. Yang ryujin inginkan adalah jia yang selalu bahagia dan tertawa, serta selalu mengangkat kepalanya tanpa ada rasa kecewa yang terpancar dari wajah manis anaknya itu.

"Jia mau kerjasama sama bunda?" tawar ryujin

Jia menoleh dengan air mata yang mengalir di pipi nya.

"Kerjasama? maksud bunda?" tanya Jia tak paham

"Kita pura pura nggak tau kalau ayah udah khianati kita" jelas ryujin

"Jia nggak perlu susah sudah buat marah atau luapin rasa kecewa jia ke ayah, cukup jia bikin ayah nyesel udah bikin kamu merasa dikecewakan dan dikhianati untuk pertama kalinya" lanjut ryujin memberi penjelasan.

Ryujin tau kalau anaknya ini pintar, bahkan pemikiran jia bisa dikatakan lebih dewasa dari pada anak seusianya.

"Aku mau bun"

•••

Jaemin menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya. Dirinya baru saja selesai menanda tangani berkas berkas yang Karina berikan, karena beberapa hari yang lalu ia sempat mengambil cuti untuk menghabiskan waktu bersama hina dan soomin.

Jaemin tersenyum ketika mengingat bagaimana bahagianya soomin ketika tadi diajak berbelanja pakaian bayi untuk adik nya. Sungguh, soomin benar benar anak yang menggemaskan, lugu, manis dan juga penurut. Berbeda dengan jia putrinya yang— ah kenapa harus membedakan antara soomin dan Jia? jelas Jia lebih unggul di hatinya.

Nikah || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang