Yujin terus bermondar mandir di depan pintu UGD. Perasaan khawatir dan takut bercampur menjadi satu, khawatir karena ryujin pingsan di pinggir jalan, dan takut jika ryujin serta kandungannya kenapa kenapa. Yujin masih belum berani memberitahu kabar ryujin yang masuk kerumah sakit pada orang tua ryujin, drinya terlalu takut. Yujin bisa menyimpulkan jika ryujin dan jaemin bertengkar, hingga jaemin menurunkan ryujin ditengah jalan yang sepi. Ya, mungkin saja begitu.
Pintu UGD terbuka menampilkan seorang dokter yang menangani ryujin.
"Dok, gimana keadaan bos saya?" tanya yujin cepat saat dokter itu membuka masker medis nya.
"Pasien harus dirawat inap dirumah sakit ini, kondisinya masih belum stabil hingga kami harus memberikan beberapa botol infus pada pasien, juga menyuntikan obat penguat kandungan" jelas dokter itu
"Untuk itu, kami membutuhkan kesetujuan dari pihak keluarga untuk memindahkan pasien keruang rawat inap, dan memberikan infus pada pasien" lanjut dokter itu
Yujin mengangguk mengerti, dan dokter itu pamit undur diri dari hadapan yujin.
Yujin berjalan menjauh dari depan UGD, mendial nomor yang mungkin bisa menjadi wali ryujin dirumah sakit yang menangani nya.
"Halo pak sungchan" salam yujin saat orang yang dihubungi nya mengangkat panggilannya.
"Iya halo yujin, ada apa ya?" tanya sungchan diseberang sana.
Yujin mengigit kuku nya gugup. Apa yang harus dia katakan?
"Maaf sebelumnya pak, apa bapak bisa kerumah sakit Neo city sekarang?" ucap yujin dengan satu tarikan nafas.
"Rumah sakit Neo city? kamu kenapa? kamu sakit? siapa yang sakit?" tanya sungchan secara beruntun.
"Bu–bukan saya pak, tapi Bu ryujin" cicit yujin di akhir kalimat.
"Apa?! Kakak saya kenapa?! Yujin! jawab! kakak saya kenapa?!" panik sungchan
"Bapak kesini, saya jelaskan secara rinci" ucap yujin mencoba menenangkan sungchan.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, sungchan langsung memutuskan panggilan itu. Dan yujin langsung berjalan kembali menuju ruang UGD.
•••
"Tenang, kamu lagi emosi nggak baik mengambil keputusan disaat kamu lagi emosi jaem" ucap hina mencoba menenangkan jaemin yang masih emosi.
"Ryujin udah keterlaluan na! dia berani nampar aku!" adu jaemin
Hina mengelus lengan jaemin.
"Mungkin ryujin refleks, kamu nggak bisa nyalahin dia doang disaat kamu juga nampar dia" nasehat hina yang membuat jaemin terdiam.
Benar. Dirinya juga sempat menampar istrinya itu hingga ujung bibir ryujin berdarah. Tapi apakah pantas ryujin menamparnya, yang notabenenya adalah suami nya, kepala keluarga di rumah tangga mereka.
"Keputusanku tetap! aku bakalan bawa jia tinggal sama kita!" tegas jaemin lalu pergi menuju kamar.
Hina menggeram kesal.
"Ngapain sih! anak itu harus tinggal disini?! ini apartemen soomin, cuma soomin yang boleh dapet kasih sayang dari jaemin kalo di apart ini!" gerutu hina lalu berjalan menuju balkon apartemen nya.
Hina mengeluarkan ponselnya yang berdering, mengendap endap berjalan menuju balkon apartemen nya.
"Apa lagi?!" tanya hina to the point saat panggilan itu terhubung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah || End✓
FanfictionTentang ryujin dan jaemin yang udah pacaran sekitar 4 tahun, dan disuruh nikah sama orang tua masing masing. Tapi pernikahan yang mereka jalanin nggak berjalan semulus kapas, pasti ada lika liku yang mereka hadapin.