Prolog

17K 469 31
                                    

WARNING! Harap bijak membaca! Banyak kata-kata kasar dan adegan pemersatu!

****

Eline menatap tajam pria di hadapannya. Sampai kapankah dia tak akan bersangkutan dengan pria-pria gila? Dan sampai kapankah pria ini akan lelah membuntutinya?

Pria dengan kkemeja putih hanya menyunggingkan senyum menggoda, seolah dengan tatapan itu dia dapat terpuaskan.

"Berhenti berbuat masalah, Lex!"

Gelengan tegas pria itu menjawab Eline. "Kembalilah padaku!"

"Kau sudah gila!" Eline menjawab ketus. Putra Marta terlalu terobsesi padanya dan dia tak menyukai itu.

Alex mengacak rambut coklatnya perustasi, menatap Eline dengan tatapan memelas.. Kondisi gudang yang sunyi dan gelap begitu kontras dengan tampang kusutnya. "Beri tahu aku, bagaimana aku bisa berlaku biasa saja ketika manusia-manusia bodoh itu menatapmu mendamba?"

"Lex 3 Titik "

"Apa kau tak rindu memanggilku Ale?" Alex memotong, tatapannya berubah. Ada kilat kepedihan dan keputus asaan yang menari-nari.

Eline melotot ketika Alex mulai mengikis jarak. "Jangan macam-macam!" Dia mengancam.

Tetapi sayyangnya pria dengan rambut coklat secoklat madu, manik hitam sehitam malam itu hanya bergeming dengan tampang kusut.

"Aku bisa menghancurkan bangunan ini sekarang!" Eline kembali mengancam dengan tangan yang mengepal di samping tubuh.

Alex masih bergeming tak berniat mengubah raut wajahnya yang membuat Eline muak. Pria itu menghentikan langkah ketika jari-jemarinya berhasil menyentuh kulit wajah gadis di hadapannya, gadis yang akhir-akhir ini singgah di dalam pikirannya. Dia tak tahu seberapa bahayanya Eline, tetapi yang dia tahu, dia akan mati jika tak melihat wajah angkuh itu. Tanpa sadar raut wajah Alex berubah melunak, tatapan pria itu menyorot sendu, tubuhnya memberitahu betapa dia mengasihi Sang Ametis. "Lakukanlah jika kau menginginkannya!" Alex menjeda, menarik nafas dalam merasakan aroma vanila yang menenangkan menyeruak.

Dengusan Eline mengalun mengisi ruangan yang tampak lengan. Beberapa meja dan kursi yang tersusun rapih terlihat menghias pinggir-pinggir ruangan menyatu dengan dinding kusam.

Entah mengapa putra Marta selalu saja kehilangan kendali saat berdekatan dengan Eline.

Eline mengibaskan rambut hitamnya, bertolak pinggang menatap jengkel Alex. "Dasar keras kepala."

Alex memejamkan mata dengan wajah yang mendekat siap mencium bibir ranum gadisnya. Tangan pria itu juga tak tinggal diam bergerak menelusuri tiap lekuk wajah Sang Ametis. Tinggal sejengkal lagi bibir mereka bertemu tetapi ngilu di area selangkangan sudah tak dapat ditahan. "Damn!" Alex memekik dengan wajah merah padam. Dia menyentuh organ intimnya, mengellus perlahan, meredam sesuatu yang ingin meledak.

"Jangan coba macam-macam!" Setelah mengatakan itu Eline melenggang dengan santai mengabaikan Alex yang terduduk dengan dengkul menjadi tumpuan.

Manik coklat Alex menatap kaki Eline yang tertelan pintu. "Lihat saja! Lain waktu akan kubuat dengkulmu bergetar nikmat!" Dia berseru dengan tangan yang menempel pada tonjolan di bawah.

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang