Rambut panjang gadis berkibar kencang seolah pusaran angin berputar di sekitarnya membawa kemistisan dalam setiap harum. Manik violet itu mengilat-ngilat menatap para petuah yang tergeletak tak berdaya.
"Apa kekuatan kalian hanya segitu saja?" Eline bersedekap dada dengan senyum sinis yang terpatri di wajah cantiknya.
Salah satu petua mencoba bangkit dengan tongkat emas di tangan kanan. Pria itu sedikit gemetar menatap Ametis. "Dasar monster!" Dia berseru. "Tempatmu itu bukan di sini!"
"Lalu?"
"Pergilah dan kami tak akan menyakiti keluargamu."
Eline tertawa keras. Dia menanggalkan jati diri sebagai seorang bangsawan berdarah murni. "Jika aku tak mau."
"Kami akan memusnahkanmu bagaimanapun caranya."
"Coba saja jika kalian mampu." Setelah mengatakan itu Eline menghilang meninggalkan tanda tanya di masing-masing kepala.
Pria tua yang memegang tongkat berniat menyusul Ametis tetapi dihentikan rekannya.
"Biarkan saja Rox ... kita tak cukup pulih untuk ... melawan monster itu." Pria yang terlihat paling tua berkata terbata-bata "Mrereka tak akan kemana-mana." Dia terbatuk memuntahkan setenggak darah.
Ya, petuah yang terkenal dengan pusaka tongkat emasnya adalah Rox. Pria yang sudah lama mengabdikan keabadiannya untuk rakyat imortal. Keahlian dan pengalaman Rox yang sudah tak bisa dihitung membuat pria itu disegani banyak makhluk dan berperan penting dalam kedamaian antar bangsa.
Senyum misterius Rox muncul bersambut dengan nafas lega kesembilan petuah. Mereka menghilang menyisakan kemesteriusan hutan yang merekam tiap detiknya.
***
Para petinggi yang melihat kebahagiaan tuannya tak mampu menyembunyikan haru. Mereka bergeming, menjadi saksi bisu perjalanan penerus Geosentris.
Lovetta yang melihat itu menggeretakan gigi-giginya. Dia tak suka jika Alaric dan Zela membagi kasih sayang. Semua yang ada di kerajaan ini hanya miliknya dan tak boleh seorangpun merebutnya.
Tiba-tiba Alex mengendus-ngendus udara di sekelilingnya membuat Brian yang berada dekat sedikit menggeser tubuh.
"Apa kau juga memiliki darah worewolf?" Brian bertanya setengah berbisik.
Alex mengabaikan Brian. Manik pria itu berbinar senang mencium harum gadisnya. Ya, gadis nakal itu ada di sini tetapi dimana dia?
Lovetta yang mendengar pertanyaan pria berambut merah di hadapannya mengerutkan alis. "Apa kau anak dari Alva Carl?"
Brian yang mendengar itu menoleh. "Siapa kau?" Dia sedikit tak nyaman dengan aura yang dikeluarkan gadis bermanik hijau.
"Perkenalkan aku Love adik Kak Eta."
Brian mengangguk sekali dan kembali menatap Reytasya yang sedang melepas rindu dengan kedua orang tuanya. Matenya terlihat bahagia dan begitu menggemaskan. Kepahittan apa yang telah dilalui gadis itu? Sekarang dia merasa bersalah telah berbuat hal tak menyenangkan di masa lalu.
Gadis bermanik hijau itu mengatupkan mulutnya menatap kesal Brian. Mengapa para pria tampan yang berteman dengan saudarinya selalu saja bersikap acuh? Apa dia tak cukup cantik? Lovetta berjalan anggun menghampiri kedua kakak lelakinya yang terpaku. "Hay Kakak!" Dia menyapa.
Alon menoleh,. "Hay Love." Pria itu balik menyapa dan kembali memperhatikan Reytasya.
Lovetta mengangkat satu alisnya. Hanya itu? Dia beralih menatap kakak kedua yang tak menoleh sama sekali. Mengapa semua orang berubah menyebalkan? Gadis itumembuang wajah dan menghilang.
Pelayan setia Lovetta juga ikut menghilang.
Kehadiran Eline yang tak diduga mengagetkan semua orang kecuali Alex. Tubuh gadis itu yang penuh garis-garis putih menjadi pusat perhatian.
Tatapan ngeri bercampur kekhawatiran terpancar jelas dari manik para petinggi kerajaan yang duduk disepanjang jalan menuju singgasana raja dan ratu. Eline tak menampilkan raut apapun. Mungkin dulu dia akan tersenyum manis, berusaha untuk membuat orang-orang mencintainya. Tetapi sekarang dia, adalah salah satu dari segelintir orang yang tak akan mempercayai cinta! Apa lagi kasih sayang. Perasaan hanya akan menyulitkan hidupnya dan dia tak sudi untuk itu.
Eline melangkah mendekati kursi kehormatan dengan langkah tegas, penuh keagungan dan intimidasi. Bahkan semua orang yang ada di ruangan itu dapat merasakan kehadiran Ametis yang gelap dan menyesakan. "Apa kalian ingin mati?" Dia mengeluarkan suaranya yang dingin. Eline adalah bangsawan murni yang lahir dari rahim seorang wanita terhormat. Rasanya tatapan para bawahan Alaric terlalu meremehkannya dan dia tak suka itu.
Alex menepuk kening memperhatikan kelakuan sang gadis. Eline begitu mempesona dan menggairahkan. Sepertinya sehabis ini dia akan melamar gadis nakal itu.
Manik coklat Brian melirik pria di sampingnya malas. Alex terlihat mengenaskan percis bujang lapuk. Vampir angkuh yang selalu menatapnya remeh begitu tergila-gila pada penguasa Ametis, sedikit membuat Brian terhibur dengan raut tersiksanya.
Zela dan Alaric terperangah mendengar perkataan yang amat kasar keluar dari mulut putrinya. Ada perasaan lega yang mengalir di hati kedua penguasa itu tetapi melihat manik violet yang mengilat-ngilat menatap kearah mereka mengalirkan rasa sakit tak terperi.
Ini bukan pertama kali Zela dan Alaric melihat jati diri Ametis. Ini juga bukan pertama kali Eline diliputi amarah. Tetapi ini pertama kali bagi mereka ditatap tajam oleh anak sendiri dan rasanya begitu menyakitkan.
Zela menitikan air mata menyambut kehadiran sang putri bungsu. Apa dunia manusia begitu keras sampai membuat putrinya menjadi seperti ini? Apa selama Eline hidup di sana Reytasya tak memberikan kasih sayang yang cukup? Atau ... Zela tersenyum miris. Memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi hanya membuat dadanya semakin sakit dan dia tak ingin melihat Eline bersedih karenanya.
****
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...