Bab 62

162 22 0
                                    

Tetapi putri kedua Geosentris itu tak begitu menarik untuk menjadi sumber perhatiannya. Eline mengedarkan pandangan demi untuk melihat tatapan-tatapan ngeri para petinggi kerajaan. Kedua orang yang masih berdiri kaku kembali duduk di kursinya.

Manik violet Eline yang sudah tak mengilat tertuju pada satu orang yang selalu menatapnya memuja. Senyum pria itu yang tulus sedikit menghibur hatinya yang kelam. Tatapannya beralih memperhatikan pria serigala yang juga menatap kearahnya.

Dari gerak mulut itu Eline bisa menangkap kalimat yang dilontarkan.

"Kau hebat'

Apa anak Carl kehilangan suaranya?

"Jangan seperti orang bisu." Suara Eline yang masih dapat di dengar menimbulkan tanda tanya di tiap kepala.

Baru saja Brian ingin membalas Elie seseorang yang melesat mengagetkannya. Pergerakan gadis itu yang tak dapat di tangkap mata membuat semua orang hanya dapat merasakan aromanya.

Eline yang lengah, terperanjak mendapatkan serangan tiba-tiba. Tetapi dia masih sempat mengelak membuat penyerangnya semakin marah.

"Hay!" Eline menyapa ramah.

Tetapi gadis yang baru saja kehilangan ayahnya menampilkan raut terbalik. Apa lagi wajah Eline, orang yang menyabut nyawa Xoo tampak baik-baik saja seperti tak melakukan apapun.

"Kematian harus dibayar kematian." Perkataan yang syarat dengan ancaman dan janji membuat Reytasya tak tenang dalam duduknya.

Putri tertua itu merasakan hal tak baik akan menimpa adiknya dan dia mencemaskan itu.

Angel kembali melesat dengan cakar yang siap mengoyak kulit sang putri bungsu Geosentris.

Alaric bangkit dari kursinya tetapi pergerakan Reytasya yang tak terduga membuat sang raja menghela nafas.

Sebelum cakar itu menyentuh kulit sang adik Reytasya melesat cepat, memberikan pukulan keras yang tepat menghantam punggung Angel membuat gadis itu tersungkur.

Eline mendaratkan dirinya dengan anggun. Dia berdiri kokoh di tengah-tengah ruangan menjadi bintang utama yang berkilauan.

"Seharusnya kau tidak perlu melakukan apapun." Eline memperotes perbuatan sang kakak dengan tatapan tajam.

Reytasya mengangkat pundak. "Dia ingin menyakitimu." Tatapannya melirik sekilas Angel yang terbatuk memuntahkan darah dari mulut nya.

Alex yang sudah bisa menggerakan tubuhnya melesat memeluk Eline dari belakang. Brian yang melihat itu berlari, berdiri tepat di samping Reytasya.

Manik magenta matenya yang mengilat menatap Brian. "Hallo!" Dia melambaikan tangan kikuk.

Tetapi Reytasya hanya bergeming kembali menatap sang adik.

Alaric turun dari singgasananya dengan Zela di belakang.

"Bawa Putri Angel dan bereskan kekacauannya."

Alaric berseru lantang. Para petinggi yang sudah sadar dari keterkejutannya, bergotong-royong membawa mayat perdana mentri dan tubuh putri nya yang bersimpuh.

"Tinggalkan ruangan ini!"

Alaric kembali bersuara yang dipatuhi para bawahan.

Mereka hanya terdiam, mengikuti segala titah sang raja. Berprotes dan memaksakan ego hanya akan membuat nasib mereka sama dengan perdana mentri dan putri Angel.

Alon, Rei, dan Lovetta berjalan mendekati keluarganya. Untuk beberapa waktu yang panjang semua orang hanya terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing sampai suara Zela memecahkan kesunyian.

"Apa kau sudah makan?"

Eline menoleh menatap sang ibu yang berkaca-kaca menatapnya. Dia menggeleng. "Aku tidak lapar."

Zela tersenyum. "Istirahatlah kalau begitu."

Reytasya menyentuh pundak sang adik. "Aku tahu kau lelah. Tetapi jika tempat ini tak membuatmu nyaman, kita bisa mencari tempat lain untuk beristirahat."

Alon menggeleng tak setuju. "Rumah kalian di sini. Jadi kami tak mengizinkan kalian beristirahat di tempat lain." Dia menoleh menatap sang raja meminta dukungan.

Lovetta melotot tak setuju tetapi anggukan sang ayah membuat gadis itu menelan air liur.

Rei juga mengangguk setuju. "Putra Marta dan ... " Dia menatap pria dari bangsa serigala yang mencuri-curi pandang kearah adiknya.

"Ah, aku? Ya, namaku Brian."

Rei mengangguk dan kembali menatap Eline. "Mereka bisa tinggal sementara di sini."

Semua pasang mata tertuju pada gadis yang menundukan kepala.

Jauh di dalam hati, di lubuk terdalam Lovetta terus berdoa pada Selena. Dia masih belum terbiasa dengan wujud monster Eline dan dia takut dengan adiknya itu. Mengapa semua orang mendukung monster berbahaya tinggal di dalam kerajaan? Bagaimana jika sewaktu-waktu monster itu mengamuk? Dan bagaimana jika monster itu menyakitinya? Lovetta merinding membayangkan bagaimana sang ametis membunuh. Yang terjadi pada perdana mentri Xoo saja sudah membuat jiwanya terguncang. Ah, Angel! Bagaimana keadaan gadis itu? Pasti ini adalah masa-masa terpuruk nya, ditinggalkan kedua orang yang dikasihi dalam jangka waktu singkat.

Eline mengangkat wajah, memperhatikan tiap raut yang menggantung di sana. "Aku akan menempati kamarku." Dia menghentikan guliran matanya pada sang kakak yang tersenyum. "Tinggallah di kamarmu. Kita membutuhkan waktu untuk menghadapi para cecunguk."

Reytasya mengangguk semangat. "Siap komandan." Dia mengeluarkan kata-kata yang sering di dengarnya di dunia manusia.

Lovetta menghela nafas merasakan dadanya yang berdebar menyakitkan. Tinggal dengan monster? Gadis itu melirik lengan Eline yang penuh dengan garis-garis putih.

"""

Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang