Bab. 40

740 47 0
                                    

"Mungkin aku hanya merepotkanmu, membuatmu harus memikirkan hal yang hanya akan menyulitkan. Tetapi sebagai seorang kakak, kerabat terdekat, aku rela menjadi topeng untuk melindungimu. Bahkan rasanya aku siap jika harus menjadi korbanmu. Ya, hanya untukmu adikku." Reytasya Herzone.

****

"Aku akan membicarakan perihal ini pada Alex." Eline bangkit berdiri.

"Elie ... "

Eline mengulas senyum menenangkan. Manik violet itu menyorot hangat memperhatikan wajah Reytasya yang khawatir. "Keputusanku sudah bulat Kak. Alex bagian dari kita! Dia keluar dan tinggal di dunia manusia karena ... " Gadis itu menghela nafas. Senyum niris terpatri di wajah cantik sang Ametis. "Aku tak pernah mengharapkannya! Aku tak pernah menginginkannya bersamaku! Tetapi, ternyata dia memilihku." Eline menggenggam tangan Reytasya. Memberitahu kekhawatiran terbesar apa yang bersarang di dalam hatinya. "Aku sang Anetis Kak. Persetan dengan ramalan itu! Aku yakin, aku mampu bertahan sendiri."

Manik magenta Reytasya tampak berkaca-kaca. "Kau membutuhkan aku! Aku Kakakmu!" Dia merasakan suaranya tercekat. "Meskipun ... kau tak membutuhkanku! Aku akan selalu di sisimu." Reytasya melanjutkan sedikit bergetar saat mengatakannya..

"Terima kasih." Eline mengatakannya dengan tulus. "Tetapi aku tak ingin membawa kalian semakin jauh kedalam permasalahanku. Aku tak ingin kalian berdua berada dalam bahaya ... " gadis itu menjeda perkataannya. "Tetapi jika kalian menginginkannya, aku akan berusaha melindungi kalian meski taruhannya adalah nyawaku."

Reytasya mengangguk. Setidaknya itu lebih baik ketimbang Eline bersikeras tak membutuhkannya. Gadis itu tersenyum menatap tubuh adiknya yang berubah transparan.

****

"Apa kau tak memiliki pekerjaan?"

Alex tersentak. Pria itu memicing menatap figura di atas pangkuan. "Apa sekarang kau bisa berbicara?" Dia bertanya sambil mengelus pipi sang gadis kecil.

Eline menggeleng tak percaya. Dia berkacak pinggang menghadap pria gila yang terduduk di atas kasur.

"Apa kau tahu? Aku merindukanmu Elie." Alex bergumam. "Bisa kau bersuara kembali?"

Eline terpaku. Niatnya yang ingin menghampiri Alex urung. Gadis itu merasakan separuh hatinya seperti diremas. Apakah ada makhluk bodoh selain buatan manusia dan Alex? Dia kira Alex akan menjadi pria pintar! Eline menipiskan bibir sinis. "Kau terlalu bucin."

"Elie!" Alex berseru kaget. "Sepertinya kau terlalu sering menonton film manusia. Otak-otak mereka yang dangkal sangat menjijikan Elie!"

Eline melotot. Apa pria gila itu tak sadar? "Apa kau bisa mengaca?"

"Aku tampan!"

Eline menggeram.

"Jangan begitu Elie." Alex memperingati. "Kau bukan serigala! Jangan bertingkah seperti Brian! Worewolf itu tak cocok padamu. Terlalu bodoh!"

Jari telunjuk Eline tertuju pada benda yang berada di genggaman Alex. Dia membawa benda itu melayang dan melesat ketangannya.

"Hay!" Alex berseru. Pria itu bangkit berdiri menatap kesal figura yang terbang. "Elie." Alex berbisik tak percaya. Mata pria itu melotot menatap penampakan gadisnya yang hanya memakai piama tipis.

Kepala Eline tertunduk menatap foto kedua anak kecil yang tampak bahagia. Rasa hangat menjalar kehati gadis itu menghantarkan rasa haru. Berapakah umurnya saat foto ini diambil? Apakah dulu ia semenggemaskan ini?

"Apa kau ingin menggodaku Elie?" Alex bertanya dan meloncat turun dari atas kasur. Pria itu menyunggingkan senyum saat tatapan garang Eline tertuju padanya. Dia menyukai identitas sang Ametis. Ya, dia menyukai manik violet itu, dan sepertinya terlalu dalam jatuh cinta. Oh, Selena.

Eline mengibaskan tangan meletakan benda yang di genggamnya di atas meja. Gadis itu memilih mengabaikan tatapan kotor Alex. "Ada hal penting yang harus kubicarakan padamu."

"Jadi kau menemuiku bukan ingin melepas rindu?" Alex bertanya. Wajah pria itu semakin terlihat murung saat Eline mengangguk.

"Aku ingin pulang."

Alex mengerutkan alis. "Pulang?" Perkataan Eline terlalu ambigu terdengar di telinganya. "Maksudmu pulang seperti apa?"

"Aku akan kembali ke-dunia imortal."

Perkataan itu berhasil membuat mata Alex hampir keluar dari tempatnya. "Hal apa yang membuatmu ingin pulang?"

Eline mengangkat pundak. "Aku hanya ingin memberitahumu itu."

"Apa aku sepenting ... "

"Sebenarnya aku malas menemuimu dan memberitahu tentang rencana kepulanganku. Tetapi, pria keras kepala sepertimu, tak akan tinggal diam jika melihat Reytasya berada jauh darimu."

"Kenapa jadi Reytasya?" Alex bertanya bingung.

"Terserahku." Eline membalikan tubuh. "Datanglah ke-rumahku jika kau ingin ikut."

Alex menatap kepergian Eline dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Apa ini serius? Rasanya dia belum menyiapkan kuping untuk Emmi. "Ah, Eline. Andai saja kau bukan gadis yang kucintai."

****

"Dimana titiknya Elie?" Reytasya mengamati tempat di sekeliling mereka. Dataran tanah hitam yang tampak gersang menyambut sepanjang mata memandang.

"Apa kita sudah berada di perbatasan?" Alex yang sedang berjongkok bangkit berdiri di sebelah Reytasya.

"Jangan bertanya padaku." Reytasya menjawab ketus. Pakaian seksi gadis itu tak sama sekali membantu dalam cuaca seperti ini.

Langit yang menjadi tempat mereka bernaung tampak seperti larfa gunung yang meletup-letup. Tumbuhan atau sumur juga tak terlihat sejauh apapun mereka melangkah. Rambut atau pakaian yang digunakan juga tak terlihat bergoyang, menandakan bahwa di sekeliling mereka tak terdapat angin.

Tempat ini terlalu tandus untuk menjadi tempat tinggal. Oksigen di sekeliling terasa tak bersih dan menyesakan.

Eline bangkit dari duduknya. Gadis itu sudah mencoba menelisik tanah hitam di bawah mereka, tetapi belum juga mendapatkan hasil. "Kapan terakhir kita menginjakan kaki di tempat ini?"

Reytasya mengerutkan alis mencoba mengingat. "Ah, mungkin seratus tahun atau ...."

Tiba-tiba hawa panas di sekeliling mereka meningkat jauh. Peluh dari masing-masing kening terlihat mengucur.

Alex dan Reytasya sigap menghampiri Eline. Mereka saling memunggungi  satu sama lain menatap kesegala arah Siap menerima serangan dari arah manapun.

****

Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang