Bab 70

146 15 0
                                    

"Apa kau tidak lapar."

Suara dari arah belakang membuat gadis dengan manik violet menoleh. Dia mengerjap saat bayangan pria dengan rambut kusut nya berjalan mendekat.

"Yang lain sedang berkeliling mencari sarapan." Pria itu bersuara kembali.

Eline hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia kembali memperhatikan air terjun di sebrang yang mengalir deras tanpa henti.

"Sebenarnya apa yang kau cari?"

Pertanyaan itu membuat Eline menoleh. Dia menatap tepat di manik coklat yang berair entah karena apa. "Aku sudah bilang padamu ... "

"Jika kau tidak ingin ikut juga tidak masalah." Alex tertawa sumbang. Setetes air yang jatuh dari sudut matanya mengalir melewati pipi. Dia menatap gadisnya terluka. "Aku sudah sejauh ini memilih bersamamu, mencintaimu, mengusahakan apapun untukmu." Dia menarik nafas dalam. Jambul yang selalu menjadi kebanggaan terbang tertiup angin.

Hening!

Eline tak menyangkal. Putra Marta memang sungguh gila dan sebenarnya dia tak butuh semua kegilaan itu.

"Aku tidak pernah memaksa kau untuk membalas semuanya." Alex tersenyum tetapi malah terlihat semakin menyedihkan. "Aku hanya meminta kau untuk membuka hati dan aku akan berusaha membuatmu terus tertawa. Aku akan selalu berusaha membahagiakanmu, membantumu melupakan kenangan pahit itu."

Eline membuang wajah. Gadis itu menatap kebelakang Alex memperhatikan sang kakak yang membawa kantung besar.

Senyum Reytasya mengembang. Dia mengibaskan tangan, mungkin menyuruh Eline melanjutkan perbincangan.

"Aku tidak bisa." Eline kembali menatap Alex, memperhatikan wajah tampan itu dari dekat.

Kenapa?"

"Aku terlalu buruk untukmu."

Alex kembali tertawa. Dia merasa lucu dengan pernyataan Eline yang tak masuk akal. "Apa kau sedang melemparkan lelucon?"

Eline mencebik. "Memang terlihat seperti itu, kah?"

Anggukan Alex menjawab. "Kau itu sangat indah Elie!" Dia mengatakannya dengan perlahan-lahan. "Kau amat menawan dan ... " Dia mengedipkan sebelah mata. "Menggairahkan."

Pelototan Eline menghadiahi pujian tak sopan Alex. "Mengapa Selena menciptakan makhluk mesum sepertimu."

"Untuk melengkapi hidupmu."

Suara cekcok seseorang terdengar dikejauhan, terdengar samar tetapi masih mampu didengar kedua orang yang saling bertatapan.

"Mengapa sih kau terus membuntutiku?"

"Aku tidak membuntutimu. Aku hanya minta tolong untuk ditemani."

"Sama saja."

"Aku sudah menyelamatkanmu dan anggap saja ini sebagai salah satu balas budi."

"Dasar serigala menjijikan!"

Eline merasakan kehadiran orang lain di sisi kanannya. Dia menoleh dan memicing menatap sang kakak yang menampilkan raut kesal. "Ada apa dengan wajahmu?" Dia merasa heran. Belum lama gadis itu tersenyum seolah begitu amat bahagia, tetapi sekarang?

"Bisakah kau melenyapkan makhluk-makhluk bodoh macam mereka?"

Reytasya menoleh kebelakang, menatap malas Brian dan Yuz yang saling berhadapan. "Mengapa mereka bertingkah seperti anak kecil?" Dia bertanya, kembali menatap Eline yang menahan tawa.

"Kau harus peka!" Alex menyeletuk, menatap geli Reytasya yang mencebikan bibir.

"Apa aku tidak cukup peka untuk mengerti bahwa mereka menyukai adikku?"

Alex mengedikan bahu. "Elie hanya akan menjadi milikku." Dia berkata yakin.

Sedangkan sang gadis yang dibicarakan hanya bergeming dengan tatapan kosong, kembali menatap kepermukaan air yang memantulkan warna serupa langit.

"Reytasya!" Yuz berseru, berlari menghampiri ketiga orang yang terduduk bisu.

"Aku belum selesai Tuan Caplang!"

Di belakang Brian juga ikut berlari mengejar Yuz membuat pria elf itu semakin mengencangkan lari nya.

"Dasar sesuka jenis!" Yuz membalas seruan Brian. Dia merangsek, memaksa duduk diantara Eline dan Reytasya.

"Di sana masih bisa." Alex menunjuk ruang kosong di samping kanan Reytasya.

"Aku di sini." Brian menyeletuk dan langsung mengambil tempat di samping matenya.

Dengan malas Reytasya menggeser sedikit duduknya memberi ruang untuk Yuz. "Dasar merepotkan." Dia menggerutu.

Yuz tersenyum senang. Dia membenarkan duduknya, melirik bungkusan di depan Reytasya. "Apa kau membelikanku makanan?"

Gelengan Reytasya membuat Yuz melotot.

"Aku bilang juga apa ... "

"Berisik kau." Yuz memotong. Bayangan saat Brian yang merengek meminta ditemani melintas dengan kurang ajar di kepalanya.

"Apa kau membelikan   titipanku?" Eline masih enggan menoleh. Genangan air di hadapannya lebih enak dipandang dan menghipnotis, sedikit dapat mengurangi kegelisahan yang bersarang di dalam hati.

Reytasya mengangguk. Dia meraih isi dari bungkusan di tangan, mengeluarkan bungkusan yang lebih kecil. "Untung Yuz memiliki banyak uang." Dia bergumam dengan tangan yang terulur.

Eline meraih bungkusan itu. Dia mengintip isinya dan tersenyum. "Terima kasih."

Yuz yang sedang mengelus perutnya menoleh mendengar perkataan Eline. "Apa kau baru saja berbicara denganku?"

"Aku lapar." Suara Brian bersahutan dengan suara cacing di dalam perut Yuz.

"Mengapa kalian tidak membeli makan." Alex menatap kedua pria yang terlihat lesu.

"Dia tidak mau menemaniku." Brian melirik kesal Yuz.

"Kau terlalu manja."

Reytasya menggaruk kepala kesal. "Tidak bisakah kalian diam?" Tangan gadis itu merogoh bungkusan besar kembali, membawa dua kantung makanan. "Makanlah dan jangan berisik!" Dia membagikan bungkusan itu pada Brian dan Yuz.

"Terima kasih." Yuz menerimanya dengan mata berbinar. Terakhir dia makan benar sekitar seminggu yang lalu.

Sedangkan reaksi Brian juga tak jauh berbeda.

Keduanya makan dengan lahap.

"Apa kau belum lapar?" Alex menatap Eline yang sedang memelintir pegangan dari bungkusan di dalam pangkuan nya.

"Aku sedang malas."

***

Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang