Eline mendarat dengan anggun. Gaun tidur gadis itu berkibar kecil bersamaan dengan rambut nya yang terkepak pelan.
Reytasya yang baru mendarat melangkah mendekati punggung yang tertutup rambut di hadapannya. "Apa kau ingin kehutan terlarang?" Dia bertanya tepat di telinga sang adik. Semasa Eline kecil gadis itu selalu penasaran dengan hutan terlarang. Rumor yang beredar mengatakan
'Hutan terlarang adalah kawasan yang paling mematikan. Hanya segelintir orang yang berhasil masuk dan keluar dengan selamat. Hutan yang konon banyak menyimpan misteri, hutan yang menyimpan makhluk purba berkekuatan dasyat, bahkan ada yang mengatakan apapun yang hidup di sana memiliki kebebasan.'
Selama Eline hidup dia hanya pernah kesana sekali dan hampir mati karena hewan aneh yang menyerang secara membabi-buta. Kekuatannya amat dasyat tetapi dia mampu menanganinya dengan baik.
"Apa kekuatanku sudah mampu menandingi hewan penunggu hutan itu?"
Reytasya mengedikan bahu. "Kita bisa mencobanya."
Eline melangkah ringan melewati hamparan rerumputan. Dia sudah lama tak bertarung hidup danmati, dia merindukan saat-saat bertualang, ya, dia akan menjelajah hutan terlarang dengan sejuta kemistisannya.
Manik magenta Reytasya berbinar senang memperhatikan punggung Eline yang mengecil. Cahaya dari lampu taman tak menyullitkan nya melihat sang adik yang memanjat dinding tinggi kerajaan. Dia berlari kecil menyusul, meninggalkan kediamannya yang menjulang dan berkilauan.
Tarikan nafas Eline yang dalam mengisi penuh rongga dada. Dia terduduk anggun. Kaki-kaki jenjang gadis itu terjulur mengarah pada keadaan di luar kerajaan.
Sejauh mata memandang hanya terlihat pohon yang tumbuh menjulang menghimpit jalan lebar entah menuju kemana. Ujungnya tak terlihat, tetapi menarik rasa penasaran Eline. Kapan dia terakhir berkeliling Geosentris? Rasanya banyak titik di wilayah kerajaannya yang belum pernah dia kunjungi.
Manik putih menyorot keatas, menatap gadis yang terduduk dengan pandangan kosong. Pria berpakaian perajurit Geosentris gemetar ketakutan saat manik violet yang langka mengarah pada nya.
"Elie." Rengekan Reytasya bergema dengan kemunculan nya di samping sang adik. Nafas gadis itu memburu, menatap wajah samping Eline kesal. "Latihan macam apa yang kau lakukan sampai membuat fisikmu mirip pria?"
Hening!
Reytasya mengikuti arah pandang Eline. "Sedang apa kau di situ?" Dia melototi perajurit yang terpaku dengan tubuh yang berguncang.
"Pergi sebelum nafsu membunuhku bangkit!" Eline mengatakannya tanpa emosi tetapi semakin membuat perajurit itu ketakutan.
"A ... ak ... k ... a ... "
Hentakan dari kaki Eline yang menapak tanah mengagetkan perajurit yang tiba-tiba berubah gagap.
"Apa sekarang Geosentris memperkerjakan orang bisu untuk menjaga kerajaan?"
Reytasya meloncat turun. Dia memperhatikan bagian dada perajurit dengan wajah pias yang membelalak menatap Eline seolah adiknya Dewi Kematian. "Hanya perajurit biasa." Reytasya memberitahu.
Eline memalingkan wajah, kembali menatap jalan di hadapannya. Bohong jika dia tak terganggu dengan tatapan perajurit rendahan milik Geosentris. Bohong jika dia tak membenci tatapan yang. sering dilayangkan para bangsawan. Apa dia semenakutkan itu? Apa dia semenyeramkan itu?
***
Alex dan Brian yang sedang berjalan santay menyelusuri pinggiran sungai dibuat kaget dengan kehadiran seseorang.
"Yuz!" Seruan tertahan Alex bergema menembus keheningan malam.
Sedangkan Brian tampak tak kaget. Pria bermanik biru itu menatap jenaka Yuz yang menyorot datar. "Tersenyumlah!"
Alex menoleh menatap Brian bingung , sedangkan pria dengan telinga lancip masih bergeming.
"Aku sedang tidak melakukan tindak kejahatan." Brian menoleh, membalas tatapan vampir arogan di sampingnya. " Aku hanya ingin melihat Eline senang."
"Maksudmu?"
"Aku menolong tuan Elf."
Alex menjitak kepala Brian. Dia berkacak pinggang dengan tatapan membunuh. "Harusnya kau biarkan saja dia mati."
Ranting kering melayang menghantam kepala Alex. "Apa tinggal lama di dunia manusia membuat kau menjadi licik?"
Alex kembali menatap Yuz yang masih menyorot datar dengan wajah dingin. "Sebelum aku memutuskan untuk pergi Selena memberi pemikiran hebat tentang dunia dan seisinya." Dia melemparkan tatapan remeh masih dengan posisinya yang sok galak. "Untuk meraih sesuatu yang mahal dan berharga kita harus berusaha dengan kekuatan penuh. Bahkan jika harus berbuat kotor juga tidak masalah."
Yuz mengibaskan tangan. Mendengarkan sesuatu yang keluar dari pemikiran putra marta hanya akan membuat kepala pusing dan dia tak menyukai tiap cetusan asal pria itu.
Brian yang sendari tadi menyimak menyadarkan Alex untuk tujuan yang tertunda. "Kita harus cepat menemui Eline."
"Ah, hampir saja aku lupa." Alex mengangkat telunjuk menghadap pria elf yang terdiam. "Tempatmu bukan di Geosentris. Jadi, jangan membuntuti kami."
Brian hampir meledakan tawa. Memangnya mereka juga berasal dari Geosentris? Ternyata orang yang memiliki umur sangat lama tidak menjamin tak akan bucin. Ah! Vampir arogan macam Alex.
"Aku kesini karena ingin menemui Lolly."
Alex berdecih merasa jijik dengan sebutan Yuz untuk gadisnya. "Bisa tidak sebutan itu diganti ... "
"Bagaimana jika sayang?"
Alex melotot. "Tidak. Panggilan itu hanya aku yang boleh ... "
"Kalian membuatku pusing." Brian memotong, kembali melanjutkan perjalanan.
Alex menggerutu. Dia melemparkan tatapan membunuh pada Yuz sebelum berjalan mengikuti Brian.
***
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...