'Mengapa dunia terasa menyakitkan? Aku hanya ingin hidup bahagia.' Eline Herzone.
*****
Keringat mengalir deras dari kening seorang gadis yang terpejam. Bibir yang terlihat membiru bergetar mengeluarkan cairan pekat.
Azriel yang setia berdiri di sisi ranjang tersenyum. Dia menatap tak sabaran tubuh yang mengejang dasyat seolah ada sesuatu yang ingin keluar.
1
2
3
Masih tak ada perubahan yang siknifikan. Namun wajah pucat itu terlihat memerah dengan bulu mata yang bergerak.
"Aku berharap Dewi masih mengizinkanmu menjadi milikku." Azriel bergumam lirih.
Tetapi sepertinya Dewi melihat kerja keras Azriel. Karena sedetik kemudian manik yang dirindukan muncul bersama cahaya violet.
Tubuh dan bibir yang bergetar kembali tenang. Namun peluh masih saja menetes seolah memberitahu betapa menyeramkan dewa kematian.
"Apa kabarmu?" Dia menyapa. Perkataan yang sudah disiapkan sejak beberapa ratus tahun lalu akhirnya keluar dengan mulus, sesuai dengan harapan.
Tetapi seseorang yang diajak berbicara hanya mengerjap, menatap bingung Azriel.
"Apa kau mengingatku?"
"Aku lapar."
Azriel menggaruk tengkuknya kikuk. Suara serak itu terdengar seksi dan mengganggu kewarasannya. "Kau ingin makan apa?"
"Apa kau Azriel?"
Bukannya menjawab gadis itu malah balik bertanya.
"Iya." Azriel menjawab mantap. "Dan kau adalah Eline calon istriku sekaligus calon ratu Asarlot."
"Apa aku tidak jadi mati?"
Azriel menyentil kening Eline. Dia duduk di tepi ranjang, meraih kedua tangan gadis itu di atas perut, dan membawanya kedalam genggaman. "Apa kau tahu berapa lama aku menunggumu hadir kembali?"
Gelengan Eline menjawab. Gadis itu membuang wajah, menyapu tempat asing yang entah berapa lama menjadi tempat peristirahatannya.
"Beratus-ratus tahun ... "
Ada rasa aneh yang menelusup kedalam relung hati Eline. Sapuan kecil jari-jemari Azriel di punggung tangannya menghantarkan kehangatan. "Dimana ini?"
"Aku hampir saja menyerah. Semua kemungkinan telah kuupayakan tetapi kau tak kunjung hadir ... " Azriel mengadu. Dia mengabaikan pertanyaan Eline dan mulai bercerita. "Apa kau tahu kutukan apa yang akan kudapat jika menentang keputusan Dewa? ...."
Hening!
Tarikan nafas Azriel terdengar berat. Manik merah itu berkaca, menatap wajah gadis di bawahnya. "Entahlah, aku tidak memiliki pilihan lain saat itu. Seseorang begitu membencimu sampai mengharapkan jiwamu mati."
Eline bergeming. Patung burung bercula terlihat menghias sudut-sudut ruangan menciptakan kesan seram. Lomari-lomari tinggi terlihat di sisi kanan dengan tulisan yang diukir rumit.
Ruangan ini terlalu suram dan dingin. Eline tak nyaman tetapi dia tak dapat berbuat banyak karena tubuhnya belum pulih total.
"Apa kau tahu? Demi membuat cairan penawar racun, aku sampai harus membunuh Afalon."
Pengakuan Azriel terdengar janggal di telinga. Eline menoleh, menatap tepat di manik merah pria itu. "Afalon?"
"Ya, induk naga penunggu gua hitam."
Mata Eline hampir saja terlepas dari tempatnya. "Hah! Apa kau tidak bergurau?"
"Itu pilihan terakhir." Azriel menjawab ringan. "Karena darah hewan itu jiwamu dapat kembali."
Kesimpulannya Yuz begitu membenci Eline. Lalu, apa perilaku baik pria itu di masa lalu hanya sekedar bualan? Ah, seharusnya Eline tak mudah percaya pada Yuz. Dia sudah sering dikecewakan dan seharusnya dia tak sebodoh itu untuk kembali percaya. Kedipan mata Eline mengubah raut wajahnya. "Bagaimana keadaan kakakku?"
"Aku sudah berjanji untuk itu."
"Lalu bagaimana keadaan di sana?" Eline bertanya dengan raut sedatar mungkin. Tetapi Azriel adalah makhluk yang diberikan kemampuan luar biasa. Memahami perasaan Eline, seseorang yang tertakdir menjadi pendampingnya bukanlah perihal sulit.
"Aku tidak memperdulikan mereka kecuali rakyatku, kau, dan kakakmu."
Pernyataan yang dilontarkan Azriel membuat Eline menyipitkan mata. Bagaimana pria itu tega membiarkan jutaan nyawa hilang karena ulah-nya? Eline menghela nafas panjang. Afalon? Dia sedang mengingat-ingat cerita yang sering dikisahkan Zela.
Konon hewan itu hidup berkoloni dan memiliki kekuatan dasyat percis Ametis. Namun mereka memiliki status yang lebih istimewa di mata rakyat imortal. Naga bersisik merah dengan tiga cula dianggap hewan legendaris yyang suci. Hanya orang-orang berkekuatan serupa yang dapat bertemu dan melawan Afalon.
Eline bangkit duduk dan bersandar di kepala ranjang. "Sudah berapa lama sejak kejadian itu?"
Azriel terdiam beberapa detik. Dia masih menggenggam tangan Eline, sedikit meremas tangan itu. "Tiga puluh trahun lalu mungkin."
Eline menghela nafas. Dia sedang mencoba meredam gemuruh di dada. "Apa aku bisa menemui kakaku?" Pelototan Azriel menjawab. "Hanya untuk memastikannya baik-baik saja."
"Tidak."
"Hanya sekali saja."
Tetapi gelengan tegas Azriel menjawab. "Mereka tidak menginginkanmu. Jadi jangan membuatku marah." Setelah mengatakan itu dia menghilang meninggalkan Eline sendirian.
****
Mentari mulai menyongsong. Cahaya kuning itu menyiram terik kastil, menerobos jendela kaca di tubuh menara.
Sejak kebangkitannya beberapa jam lalu Eline masih terjaga. Dia sudah menghabiskan dua gelas darah yang tiba-tiba muncul di atas meja samping ranjang.
Kepala gadis itu dipenuhi ribuan tanda tanya. Bagaimana kabar kakaknya? Apa Azriel benar-benar menjamin keselamatan-nya? Dan bagaimana kabar Alaric dan Zela?
Alex? Apa pria bodoh itu juga masih hidup? Dan apakah dia sudah menikah?
Eline menghela nafas. Gadis itu ingin keluar mencari udara segar. Tetapi tempat ini seolah mengurungnya, mungkin karena Azriel tak memberi izin.
"Apa kau sudah siap?"
Suara pria terdengar dari arah belakang. Eline buru-buru menoleh, mengerutkan alis saat menatap Azriel yang muncul dengan tampilan super rapih. "Aku ingin mencari udara segar."
"Ikut denganku dan kau bisa berkeliling sesukamu."
Eline mendekat. Dia terlihat antusias dan sedikit tak sabar. "Kita akan pergi kemana?"
Azriel tersenyum. Pria itu memperhatikan tubuh Eline yang terbalut gaun tidur. "Mayit harus membantumu bersih-bersih dan bersiap."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...