Bab 14

1.7K 103 15
                                    

"Jangan biarkan aku semakin nyaman dengan kesalahan ini! Berjodoh dengannya saja sudah membuka permasalahan baru." Brian Carles.

****

"Kau itu bodoh atau tidak memiliki otak sih?" Eline bertanya dengan bersungut-sungut.

Alex menggaruk kepala. Dia tak mengerti maksud Eline tetapi gadis itu tampak kesal padanya.

Eline menjitak kepala pria yang lebih tinggi darinya. Sepertinya pria itu memang tak memiliki otak! Dia masih tak habis pikir dengan Alarik! Mengapa pria bodoh macam Alex bisa menjadi tunangannya? Apakah tidak ada lagi kandidat yang lebih pintar?

Alex meringis. Perlakuan Eline mengingatkannya pada masa lalu.

***

"Ale! Kau itu bodoh atau bagaimana?" Eline kecil bertanya dengan wajah masam sambil berkacak pinggang, menghadap pria yang lebih dewasa dari gadis itu. "Tante Emmy sudah melarang kita ke-perbatasan. Mengapa kau masih melanggarnya?"

Pria yang lebih dewasa tertunduk lesu. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya.

"Jawab aku Ale!"

Ya, pria itu adalah Alex di masa lalu. Pria remaja yang memakai pakaian khas kesatria dengan pedang di tangan kanan, mengangkat wajah, menatap Eline kecil yang murka.

"Untung saja rogue itu belum menggigitmu. Kalau kau mati, apa yang kukatakan pada dad?"

Alex remaja mengerucutkan bibir kesal. "Maafkan aku. Aku pergi ke-hutan hitam hanya untuk mengambil sesuatu."

Eline kecil memicing curiga. Tangan gadis kecil itu masih berkacak pinggang. "Jangan katakan kau ... "

"Tidak! Aku tidak menemui hewan itu." Alex remaja menyergah, takut Eline kecil semakin salah paham.

"Lalu?"

"Aku ingin memberi itu untukmu!" Tangan kanan Alex remaja menunjuk ke-arah batu di samping tubuhnya.

Eline kecil mengikuti arah telunjuk pria dewasa di hadapannya., melotot tak percaya.

"Bagaimana? Apa kau menyukainya?"

Eline kecil mendengus, kembali menatap Alex remaja. Tangan kanan gadis kecil itu terangkat menjitak kepala pria yang lebih dewasa darinya. "Kau itu bodoh atau tidak mempunyai otak sih?"

Alex remaja kembali mengerucutkan bibir, kali ini pria itu merasa kecewa terhadap dirinya sendiri. "Elie tidak menyukainya, ya?"

Eline kecil langsung menggeleng tegas.

"Kalau begitu nanti Ale akan membawakan bunga yang lebih indah dari gua hitam."

Gadis kecil itu semakin melotot, menatap pria dewasa di hadapannya. "Tidak! Aku tidak setuju!"

"Tetapi Ale ingin memberikan Elie bunga paling indah."

"Kalau begitu tunggu aku besar! Nanti kita akan pergi ke-sana bersama-sama."

Manik coklat Alex remaja berbinar terang. "Benarkah?"

Eline kecil mengangguk. "Ya, aku janji."

****

Eline mengerenyit bingung. Alex tersenyum ke-arahnya dengan tatapan kosong. Apa yang pria itu lihat? Sepertinya ada hal lain yang membuat putra Emmy tersenyum. Eline menoleh ke-belakang. Memperhatikan apapun, tetapi tidak ada hal lain selain lorong sepi. Eline kembali menatap Alex. "Apa yang kau pikirkan sialan!"

Alex mengerejap beberapa kali masih belum tersadar.

"Apa kau tuli sekarang?"

Alex mengusap wajah, merasa kalut. Bayangan 700 tahun lalu membuat dadanya sesak.

"Apa sekarang kau senang mengabaikanku?"

Alex bungkam dengan tangan yang tergerak menyentuh dada. Di situ tak terluka! Tetapi mengapa rasanya perih?

Eline menatap pria di hadapannya aneh. Sepertinya otak pria itu sudah menciut.

'Elie!'

Eline berdecak. Akhirnya kakak sialan itu menghubunginya.

'Di mana kau bodoh?'

'Ada apa kau menghubungiku?'

'Aku tanya kau ada di mana Reytasya bodoh?'

'Dasar adik sialan. Bisa tidak kau jangan menambahkan kata bodoh di belakang namaku?'

'Tidak bisa! Cepat katakan kau dimana?'

'Klinik.'

'Klinik mana? Memangnya klinik di kampus ini hanya satu?'

'Mana aku tahu ada berapa. Aku tidak pernah mengitungnya.'

Eline melotot. Dia memutuskan komunikasi itu sepihak. Tangan kanannya tergerak menyentuh gelang yang melingkar cantik di lengan  kiri, mulai melacak keberadaan kakaknya. Reytasya baru berkomunikasi dengannya, seharusnya keberadaan gadis itu masih bisa dia lacak. "Klinik bawah?" Eline bergumam. Dia membalikan tubuh dan melangkah menyelusuri lorong di depan.

Alex mendesah pelan. Eline meninggalkannya? Dia melangkah mengikuti gadisnya yang berjalan tergesa-gesa.

****

"Reytasya!" Eline berseru ketika pintu di hadapannya terbuka.

Reytasya menyibak tirai dan langsung bersitatap dengan adiknya. "Kau itu berisik sekali!" Reytasya memprotes.

Eline mengerejap. Dia menangkupkan ke-dua tangan di depan dada.

Reytasya mendengus. "Di sini ada yang sakit!" Reytasya menggerutu dan kembali menutup tirai.

Eline berdecak, berjalan semakin masuk. Pandangannya menyapu sekeliling.

Ruangan klinik di kampus mereka selalu saja rapih dan nyaman, seperti ruangan-ruangan lain. Ruangan yang didominasi warna putih bisa dibilang sangat besar untuk ukuran klinik.

Eline melangkah mendekati tirai di mana kakaknya berada. Dia menggeser tirai itu! Manik hitamnya langsung menangkap tubuh seorang pria dengan beberapa perban yang membalut. Eline menyelusuri tubuh yang terbaring lemah di ranjang klinik. Beberapa plester dengan kasa menghiasi wajah yang terlelap damai.

Alex yang baru datang menatap Eline tak suka. Dia tak suka gadisnya menatap tubuh pria lain! "Amour." Alex berbisik.

Eline melangkah semakin maju mendekati ranjang klinik mengabaikan Alex. "Ini Brian?" Manik hitamnya mengamati wajah tampan yang penuh lebam.

Alex mendengus. Pria itu berdiri di samping Eline, mengabaikan tatapan membunuh Reytasya di belakang. "Jangan memperhatikan pria lain seperti itu, Amour!"

Eline menoleh. Dia meletakan telunjuk di depan bibir Alex, membungkam pria itu. "Brian sedang sakit! Jaga sikapmu sedikit!"

"Apa kau sedang memberikan simpati padanya?" Alex merasa kesal. Kalau tahu Eline akan memperhatikan bayi serigala itu! Sekalian saja dia membunuhnya.

Brian membuka mata. Wajah jelita Eline adalah hal pertama yang dia lihat.

"Syukurlah kau tidak mati."

Brian tersenyum tetapi tak lama. Lebam di wajah menyulitkan dia melakukan gerakan kecil, bahkan sekedar tersenyum. Rasanya jantung yang biasa mengompa juga terasa menyesakan.

Alex berdecih. Dia tak suka Eline memberikan perhatian lebih pada orang lain. Apa lagi senyum serigala bodoh itu yang ditunjukan untuk gadisnya.

****

Sudah direfisi! Koment jika masih ada typo atau kesalahan yang menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang