Bab 04

4.2K 213 20
                                    

"Wanita tangguh begitu disukai pria! Tetapi wanita yang begitu tangguh akan menjadi sumber ketakutan di dalam jiwa-jiwa busuk." Eline Herzone.

*****

Alex menatap bangunan di hadapannya. Dia melesat menuju gerbang, tangannya terlipat di depan tubuh. "Perisai Ametis." Alex bermonolog. Atensinya beralih menatap wanita paruhbaya yang berjalan mendekat dengan pakaian khas pelayan rumah.

"Maaf, Tuan mencari siapa?"

"Eline."

Wanita itu menundukan kepala. "Tunggu sebentar! Biar saya sampaikan kepada Nona Eline."

"Tidak bisakah aku menunggu di dalam?"

Wanita itu semakin menunduk. "Maaf Tuan, saya hanya menjalankan perintah."

Alex mendengus, kepalanya tergerak mengangguk. Ah! Bertemu calon istri saja susah.

"Saya akan kembali segera."

Alex membalikan tubuh, tak menjawab. Sepanjang mata memandang hanya ada pohon pinus di sekeliling kediaman Eline. Bahkan jalanan besar di depan Alex tampak seperti jalan mati, tak ada satu pun kendaraan yang terlihat. Manik coklatnya awas memindai sekeliling, memperhatikan tiap jengkal pohon-pohon, jalan aspal, burung-burung yang terbang bebas, dan terakhir, langit gelap.

"Maaf Tuan."

Alex mengerenyit. Dia membalikan tubuh kembali, menatap bingung wanita yang sama. Alex memperhatikan jarak dari gerbang hingga bangunan besar di tengah-tengah, jarak yang cukup jauh untuk ukuran manusia biasa. Berarti, kesimpulannya pelayan ini bukan manusia biasa. Keluarga Herzone sangat berhati-hati rupanya.

"Nona Eline sedang tidak ingin diganggu Tuan."

Alex melirik sekilas pelayan yang masih setia menunduk. Dia masih ingin menatap bangunan itu lebih lama, seolah-olah dengan menatap bangunan itu Alex dapat melihat gadisnya. "Haruskah aku membuat kerusuhan agar majikanmu sudi menemuiku?"

Wanita pelayan itu mengangkat kepala menatap Alex. "Jangan Tuan. Nona Eline terlihat sangat lelah, jangan ganggu waktu istirahat Nona."

Alex mengangkat satu alis, sedikit tersinggung. Bisa-bisanya seorang pelayan berkata seperti itu padanya. Memangnya pelayan ini tak tahu siapa Alex?

"Hallo Alex." Reytasya menyapa, muncul tepat di hadapan Alex dengan tampilan super minim. Manik hitam gadis itu melirik sekilas pelayan di sampingnya, mengibaskan tangan mengusir. "Kau boleh pergi!"

Mengangguk sekali wanita itu membungkukan tubuh dan menghilang.

Reytasya mengibaskan rambutnya yang menjuntai. Manik hitam gadis itu mengerling nakal ke-arah Alex. "Semakin hari kau semakin tampan."

Alex menatap gadis di hadapannya datar. "Boleh aku masuk?"

Reytasya menyunggingkan senyum miring. "Aku akan dengan senang hati membawamu masuk. Tetapi adikku? Dia pasti tidak akan menyukai kehadiranmu di dalam rumahnya."

"Aku merindukannya. Bisakah kau membantuku?"

Reytasya menatap gerbang yang menjadi penghalang. "Ah, benda sialan ini!" Dia menghilang dan muncul tepat di hadapan Alex.

Jarak ke-duanya begitu dekat tanpa ada pembatas, kecuali pakaian yang melekat.

"Bagaimana jika kita bersenang-senang?"

Alex melirik sekilas Reytasya sebelum kembali menatap bangunan di hadapannya.

"Kau tidak tertarik denganku?" Reytasya bertanya tepat di telinga Alex, menggoda dengan sedikit meniupkan angin.

"Seandainya aku tertarik padamu, aku tidak akan berbuat seperti apa yang ada di dalam otakmu."

Gadis berambut pirang sesikut itu terkekeh. "Rupanya kau sangat naif." Reytasya mencubit lengan kekar Alex, gemas. "Baik, aku akan mengantarmu ke-dalam."

Alex tersenyum, sangat tak sabar.

Reytasya menyentuh lengan Alex untuk menghilang dan membawanya melewati gerbang. Tepat ketika Alex menginjakan kaki cahaya ungu melesat ke-arahnya. Pria itu menghindar dengan gesit. Sepertinya Eline benar-benar sedang tak ingin dikunjungi. "Reytasya bantu aku!" Dia berseru, masih berusaha menghindari lesatan cahaya yang terus mengejar.

Reytasya bersedekap dada, Tampak tak berminat sama sekali membantu. "Aku sudah membantumu melewati gerbang. Kini kau sendiri yang harus berjuang melawan Eline."

Alex menggeram, meloncat menghindari cahaya itu yang menyerang kaki. Alex awas menatap cahaya ungu yang terus saja melesat menyerang tak membiarkan sedikitpun lawannya kabur. Jika Alex terus melayani Eline, dia tak akan yakin bisa selamat! Tetapi awas saja jika dia berhasil mengatasi serangan ini, dia tak akan memberi kesempatan gadisnya menarik nafas. "Amour! Jangan bermain-main!" Alex berteriak, berharap Eline mau mendengarkan.

Reytasya menatap datar wajah tampan Alex. Coba saja jika pria itu mau diajak bersenang-senang, dia akan dengan senang hati membantu.

"Aku bisa saja menghancurkan tempat tinggalmu. Hentikan atau ...." Alex melotot tak percaya. Gadisnya benar-benar sudah gila! Dia menghilang dan muncul di ruang tamu. Ribuann kilatan cahaya ungu itu sudah tak mengikuti Alex, Mungkin Eline masih sayang dengan barang-barang di dalam rumahnya.

"Hei Alex!" Reytasya berseru kesal. Gadis itu menyusul Alex, berkacak pinggang, percis orang tua yang sedang marah pada anaknya. "Kau tidak bisa sembarang masuk ke-dalam rumah orang!"

"Tetapi aku sudah meminta izin."

Reytasya melotot. Ah! Pria itu. Kalau begini Eline bisa mengamuk padanya. "Aku belum mengizinkanmu."

"Kau sudah mengizinkanku melewati gerbang rumahmu, berarti kau juga sudah mengizinkanku untuk masuk ke-dalam bangunan ini."

Reytasya semakin melotot. "Kau hanya akan membuat Eline marah padaku."

Alex mengangkat pundak dan menghilang.

*****

Sudah direfisi! Koment jika masih ada typo atau kesalahan yang menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang