"Apa rencana dewa yang sebenarnya? Jadi, berpisah, atau kembali mencoba membangun? Ah! Rasa yang sudah beberapa ratus tahun terlupakan, kembali teringat dengan sekali tepukan." Reytasya Herzone.
****
"Brian?" Eline bergumam.
Reytasya mengerenyit. Otaknya sedang berputar hebat mengingat pemilik nama yang disebut sang adik. "Brian?" Reytasya memastikan. Sepertinya dia pernah mendengar nama itu tetapi di mana?
Eline menoleh dengan Manik hitamnya yang menyorot sendu. "Serigala sialan!"
Reytasya melotot. Bisa-bisanya Eline berkata seperti itu dengan suara normal. "Jaga perkataanmu bodoh!" Reytasya memperingati. Matanya menyapu sekeliling, memperhatikan ekspresi tiap-tiap orang. Hanya ada segelintir mahasiswi yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing tetapi keadaan kelas yang sepi membuat suara adiknya terdengar lebih kencang. Reytasya takut ada ognum yang mendengar hal itu! Meskipun dia tahu tak akan ada yang berani menyentuhnya dan Eline tetap saja mereka harus berhati-hati.
Eline tak membantah perkataan sang kakak. Dia kembali memalingkan wajah, melipat tangan di atas meja, dan meletakan kepala dengan nyaman.
Reytasya menggeleng heran. Apa yang terjadi pada Eline? Apa adiknya itu bertengkar dengan Alex? "Bisa kau temani aku?"
Eline mendengus sebagai jawaban. Dia lebih memilih memejamkan mata dan bersiap tidur. Sepertinya otak bodoh Eline membutuhkan istirahat.
Reytasya semakin dibuat heran dengan adiknya tetapi dia tak mau ketinggalan kabar terbaru! Mana tahu serigala sialan itu sangat tampan.
****
Alex menyeringai. Serigala bodoh di hadapannya tampak kelelahan tetapi dia belum sama sekali mendapatkan pukulan. Hal itu sedikit membuat Alex bosan. "Heh bodoh! Kau bisa berkelahi atau tidak?"
Brian menghentikan serangan. Dia mengatur nafas yang memburu. Brian merasakan jantungnya berdetak keras membuat sekitaran dada terlihat kembang-kempis seiring dengan emosi yang tak setabil.
'Bodoh! Aku bilang juga apa! Jangan tahan aku!'
'Lalu jika aku tidak menahanmu, kau ingin manusia-manusia yang melihatmu pinsan?'
Rolf menggeram. Geraman kencang itu membuat Brian sedikit linglung.
'Kau mengalahkan fampir arogan itu saja tidak bisa!'
Brian mendengus. Jiwa serigalanya sangat menyebalkan! Manik birunya menatap Alex datar. Dia sedang memikirkan cara yang tepat untuk mengalahkan pria di hadapannya.
Alex berdecih. Tangannya terlipat di depan tubuh. "Apa kau berpikir akan mengeluarkan serigalamu?"
Brian mengangkat satu alis, menantang. Dia harus mengembalikan tenaganya yang terkuras sebelum kembali menyerang. Sepertinya sedikit mendengarkan ceramah vampir arogan di depannya, tak terlalu buruk.
"Mengapa kau tidak bersuara?" Alex memiringkan kepala. "Apa pukulan pertamaku membuatmu bisu?"
Rolf menggeram. Serigala itu tak terima! Hal itu membuat kepala Brian berdenyut.
'Rolf! Bisakah kau santay sebentar!'
'Aku tidak bisa tinggal diam ketika ada orang yang menghina kita!'
'Sabar sebentar.'
'Dasar kau bodoh! Harga diri kita sedang diinjak-injak!'
'Aku sedang mengembalikan tenagaku. Bisakah kau bersabar sedikit?'
Rolf menggeram kembali. Serigala itu sangat keras kepala!
'Terserah kau.'
Brian menghela nafas. Rolf kembali marah padanya tetapi dia tak bisa berbuat banyak. Alex bukan musuh yang mudah ditumbangkan, tak bisa diremehkan begitu saja.
Alex terkekeh. "Kau harus sering-sering mengasah tubuh manusiamu! Tubuh itu sangat payah." Alex mengejek.
Brian menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Setelah tubuhnya mulai terasa santay, dia menggerak-gerakan leher, memberi peregangan. Ke-dua tangan kekar Brian juga tak lupa digerakan, mengeluarkan suara retakan pada persendian, sedikit membuat tubuh manusianya membaik.
Alex tertawa geli. Dia memegangi perut yang terasa sakit karena terlalu bahagia.
Brian tak membiarkan Alex menarik nafas. Dia melemparkan pukulan tepat di rahang pria itu.
Tetapi Alex masih bisa tertawa tak merasakan sakit sama sekali. Dia membiarkan Brian memukulnya lagi dan lagi, sepuas hati, sampai serigala itu lelah sendiri. Alex ingin tahu seberapa kuat pukulan Brian, apakah bisa pria itu membuatnya terluka?
Bugh!
Brian tersenyum miring. Dia melemparkan pukulan ke-dua, tetapi lawannya tak sama sekali menghindar atau menangkis.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Pukulan ke-lima sudah dilayangkan Brian di perut, dada, dan wajah. Tetapi dia belum berhasil membuat pria di hadapannya terjatuh. Itu membuat Brian semakin kesal!
Alex menyeka bibirnya yang berdarah. Kakinya masih kokoh berdiri tak membiarkan Brian berhasil membuatnya terjatuh.
"Apa kau ingin mengejekku!" Brian berseru kesal. "Bisakah kau melawan?"
Reytasya yang melihat kejadian itu melotot tak percaya. Sepertinya Alex sudah gila! Tetapi ada yang lebih gila! Reytasya menyapu sekeliling. Orang-orang yang berada di gedung utama melihat jelas perkelahian di depan mata. Tetapi mereka memilih diam, berseru-seru di tempat seolah menyaksikan atlet yang sedang berkompetisi. Ini sungguh gila! Reytasya sampai bingung, apa yang ada di dalam kepala manusia-manusia lemah di sekelilingnya? Apa melihat orang berkelahi adalah sebuah keberuntungan yang diberikan dewa?
"Untuk apa melawanmu jika kau akan lebih cepat kalah?" Alex menjawab mantap.
"Kau terlalu percaya diri. Kemenangan sejati di awali dengan ke-kalahan." Brian membalas, tak terima direndahkan.
"Tubuh manusiamu bukan lawanku."
Brian langsung melayangkan pukulan, tetapi Alex menangkisnya dengan mudah, dan balik menyerang.
Beberapa kali Brian terpukul mundur. Tetapi dia masih bersemangat untuk mengalahkan pria di hadapannya.
Reytasya meremas ke-dua tangan. Dia bingung harus berbuat apa? Dia bukan Eline. Apa Alex mau mendengarkannya?
Alex berhasil membuat lebam di wajah Brian. Pria itu tersungkur setelah beberapa kali Alex memukulnya. "Katakan kau kalah dariku!"
****
Sudah direfisi! Koment jika masih ada typo atau kesalahan yang menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...