"Selena! Hidup berdua dengan Reytasya sudah cukup bagiku. Jangan tamnbahkan mereka jika hanya akan menciptakan kepedihan" Elone Herzone.
**
*
'Ah! Sepertinya yang kau katakan benar Elie: kekuatanku yang satu ini menghalangi kelebihanku yang lain.'
Eline berdecak meredam kekesalan yang menggunung. Mengapa bisa Alaricmengeluarkan bibit rusak seprti Reytasya? Rasanya ingin sekali dia meneriaki kebodohan sang kakak, menarik tangan gadis itu, menguncinya di dalan kamar. Meskipun itu hanya ada dalam khayalan. Eline tak akan sanggup melihat wajah memelas Reytasya. Dia membuat gerakab menyentil dengan tangan kanan, memilih mengakhiri pertunjukan bodoh yang hanya akan menguras tenaga.
Dengan sekejap jutaan kerlap-kerlip yang mengambang berubah menjadi gumpalan asap putih. Gumpalan itu mirip sekali dengan awan tetapi tak lama sebelum akhirnya lenyap tersapu angin yang Eline ciptakan.
Langit kembali tersibak. Guntur beserta kilatan cahayanya sudah tak terasa menyisakan bulan setengah lingkaran yang bersinar terang.
Reytasya menoleh. Dia menatap adiknya tajam.
'Apa yang kau lakukan Elie?'
'Percayakan padaku.'
Eline memutuskan komunikasi sepihak membuat Reytasya semakin geram. Adiknya tak tahu seberapa bahayanya lawan kali ini! Baru saja dia ingin memarahi Eline tetapi urung karena melihat apa yang dilakukan gadis nakal itu. Eline selalu saja membuatnya takjub dengan keistimewahan yang diberikan Selena. Meskipub dengan berart hati Reytasya memilih mempercayakan semuanya pada sang adik. Dia tahuu Eline bukan sembarang makhluk yang dapat dengan mudahnya dikalahkan, apa lagi terluka.
Sepertinya semasa Eline hidup gadis itu selalu memenangkan pertempuran. Tidak jarak dekat ataupun jarak jauh, adiknya itu memang selalu hebat. Rasanya apa yang diputuskan kerajaan tempatnya lahir adalah pilihan yang bodoh.
Tubuh mengambang Eline terselimuti cahaya violet. Cahaya itu sangat terang, begitu menyilaukan mata.
Orang bertudung yang terus memperhatikan sang Ametis diam-diam menyeringai di balik tudungnya. Gadis yang berniat membunuhnya sekarang sangat menawan dan kuat! Sepertinya kali ini dia harus berhati-hati. Makhluk hebat macam apa yang mampu melenyapkan cahaya magenta dengan sekejap? Tak akan ada yang mampu mengeluarkan kekuatan sebesar Sang Penguasa Ametis kecuali Safir. Ah, Ametis dan Safir, selalu saja mengagumkan. Dan kini Ametis itu miliknya juga.
Eline melesat dengan kecepatan yang tak bisa ditangkap mata, orang bertudung itu juga ikut melesat.
Reytasya yang melihat cahaya dengan warna berbeda saling beradu membuat hatinya merasakan takut yang teramat. Meskipun tak dapat pungkiri cahaya merah dan violet itu sangat indah. Apa lagi saat kedua cahaya itu bersatu, rasanya tak akan ada yang sanggup mengabaikan kedua cahaya itu.
Semakin lama arah kedua cahaya itu semakin tak terbaca. Kenyataan itu semakin membuat Reytasya bergerak tak karuan bahkan pelipisnya mengeluarkan keringat, padahal udara sedang dingin. Dia begitu gelisa, dia tak akan sanggup melihat adiknya terluka. Untuk kali ini dan seterusnya lindungilah Eline Ares. Jari-jari Reytasya saling bertaut menguatkan.
Duaaar!
Tak lama ledakan besar pun terjadi. Asap dari ledakan itu mengepul mencemari udara di sekelilingnya, mematikan tumbuhan di sekitar. Mungkin jika ada manusia biasa di tempat ini tak akan ada yang sanggup bertahan. Manusia itu akan mati kehabisan udara bersih.
Reytasya yang terkena tekanan dari ledakan itu terpental beratus-ratus meter. Pohon yang ditabraknya langsung tercabut,, menabrak pohon di belakang.
Gadis dengan manik magenta yang bercahaya mengibas-ngibaskan debu yang menempel di pakaiannya. Dia mengingat sesuatu, bagaimana keadaan adiknya? Ledakan yang terjadi akibat kekuatan besar yang beradu tak sama sekali menyakiti tubuh Reytasya. Dia bangkit, memindai keadaan yang gelap. Hanya ada pohon dan pohon. Reytasya melesat menyelusuri jalan di hadapannya.
Kedua taring gadis itu mencuat seiring dengan kemarahannya yang menguncak. Reytasya melihat Eline tergeletak tak berdaya, sedangkan kondisi lawannya tak jauh berbeda. Dia tak akan rela adiknya dilukai siapapun. Tak ada yang boleh menyakiti Eline, apa lagi berani menyentuh seujung rambutnya. Kuku-kuku jari Reytasya bertumbuh panjang dan melancip.
Manik magenta itu menatap buas orang bertudung yang tergeletak tak bergerak. Reytasya tak akan pikir dua kali untuk menghabisi orang yang sudah membuat adiknya terluka. Dia melesat menghampiri orang bertudung itu tetapi belum juga kuku Reytasya menyentuh kulit mangsanya, raga yang terluka parah itu telah menghilang meninggalkan asap hitam. Dia tak terima mangsanya kabur! Seperti kehilangan akal Reytasya menggali-gali tanah dengan kuku-kuku tangannya.
Eline yang susah payah berdiri tertatih-tatih menghampiri Reytasya. "Kak." Dia memanggil lirih, berdiri tepat di belakang sang kakak.
Reytasya menoleh. Manik magenta itu mengilat-ngilat menatap gadis di hadapannya.
Eline melirik taring dan kuku Reytasya yang bertumbuh panjang dan tajam. Reytasya kehilangan kendali atas fampirnya, itu bukan bertanda baik untuk Eline. Kondisinya saat ini sangat tak memungkinkan melawan Reytasya.
'Kakak ini aku.'
"Kau menyakiti adikku sialan!" Reytasya berseru marah.
Eline menatap datar kakaknya. Reytasya belum cukup hebat untuk mengendalikan jiwa kelam fampirnya, kenyataan yang menyadarkan Reytasya agar tak mudah tersulut amarah. Tetapi sekarang gadis itu benar-benar tersulut amarah, ya, Reytasya sedang di puncak kemurkaannya. Manik violet Eline berpendar terang. Ada rasa hangat yang menguasai hatinya. Kakaknya murka karenanya?
****
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...