Bab 39 ,.

740 49 4
                                    

"Aku harap aku tak akan kehilanganmu, kau lebih berharga dari apapun." Reytasya Herzone.

*****

Reytasya mengetatkan rahang dengan manik magentanya yang memindai keadaan hutan di bawah. Dia memang bukan anggota kesatria imortal tetapi pengamatan dan keteletiannya tak bisa diabaikan. Reytasya termasuk jajaran putri bangsawan dengan kekuatan tinggi. Seharusnya jika memang benar Eline masih berada di hutan ini dia bisa menemukannya dengan mudah, apa lagi ada keberadaan Brian dan Alex yang membantu.

Brian yang bersusah payah mengejar Kedua vampir mematahkan ranting dari pohon yang dipijak. "Bagaimana mereka tega? Sudah tahu ada serigala tak bisa berteleportasi tetapi kedua vampir itu malah berpindah-pindah sesuka hati," Dia menggerutu. Matanya yang tajam terus mengamati cahaya magenta di sekeliling menembus dedaunan membuat apapun tampak seperti ilusi.

Alex yang terus melesat sesekali berteleportasi untuk menjangkau tempat jauh. Mereka harus dapat menemukan Eline secepatnya dan keektivitasan waktu sangat dibutuhkan. Reytasya dan Alex berbagi tugas untuk meringankan pencarian. Pria itu mendapatkan bagian menelusuri hutan dari darat mencari petunjuk sekecil apapun yang.

Brian yang ingin meloncat mengurungkan niat saat melihat siluet seseorang yang sedang berjongkok. Manik birunya menyorot malas tetapi berrbanding terbalik dengan wajahnya yang sumringah. Dia memicing. Tangan pria itu yang memegang ranting bergerak pelan menimpuk siluet itu.

Alex yang sedang berkonsentrasi sedikit menggeser kepala. Sesuatu terjatuh tepat di depan pria itu, menerbitkan senyum geli. "Apa kau sedang merajuk?" Alex berseru sekuat tenaga menahan tawa.

Brian meloncat turun. Pria itu berdiri tepat di belakang Alex, bersedekap dada saat tatapan keduanya bertemu.

"Kau kemana saja?" Alex bertanya. Senyum miring tercetak di wajah tampannya. "Apa kau habis bersenang-senang?"

Brian menggeretakan gigi-gigi. "Apa aku terlihat habis bersenang-'senang?"

"Ya."

Kemunculan Eline yang tiba-tiba mengagetkan Brian dan Alex. Kedua pria itu mengamati tampilan sang Ametis yang baik-baik saja. Bahkan, pertanda kemurkaan atau tubuh yang bertransformasi juga tak terlihat.

"Apa kau baik?" Brian mendekati Eline dan menyentuh tangan gadis itu.

Alex melotot. "Bocah! Lepaskan tangan kekasihku!"

Asap magenta muncul menghadirkan Reytasya dengan tatapan khawatirnya. "Elie." Dia memanggil dan berhambur memeluk Eline. "Kau ke mana saja?"

Tatapan yang sulit dijelaskan terpancar dari manik biru. Perlahan tapi pasti Brian menjauh memberi ruang untuk kakak beradik itu. Dia menoleh saat merasakan tatapan tajam seseorang menghujani. "Kenapa?" tanyanya polos.

"Jangan banyak bermimpi kau!"

"Siapa?"

"Dasar serigala bodoh!" Alex menghardik lalu membuang wajah menatap gadisnya.

Brian mengangkat pundak acuh. Dia tak memiliki banyak tenaga dan kosentrasi untuk melawan vampir arogan di sampingnnya.. Melihat Eline yang kembali rasanya sudah lebih dari cukup.

"Aku lelah. Bisa kita pulang?"

Reytasya melepaskan pelukan lalu mengangguk. Kakak beradik itu menghilang meninggalkan kesunyian diantara Alex dan Brian.

"Kau ingin kemana?" Brian bertanya saat menangkap pergerakan kecil Alex.

"Pulang."

"Lalu, aku?"

"Terserah kau!"

Brian menatap tak percaya Alex.

"Apa kau ingin kuantar pulang sampai gerbang rumahmu?" Alex menaikan satu alis. "Apa perlu juga aku menemui bapakmu dan meminta maaf karena telat memulangkan anak bujangnya?"

Brian mendengus. Pria itu meloncat ke-atas pohon berlari dari dahan ke-dahan.

Alex menatap kosong kedepan dan menghilang.

****

"Apa ini tak terlalu buru-buru Ellie?"

Reytasya dan Eline yang baru sampai rumah memilih kamar sang Ametis untuk berbincang.

Gelengan tegas Eline membuat Reytasya menghela nafas. "Rencana awal kita akan pulang sebulan lagi. Lalu, permasalahan besar apa yang mengharuskan kita berangkat sekarang?" Dia bertanya, tak habis pikir dengan adiknya. Rencana matang telah disusun keduannya. Tetapi sekarang? Tak ada apa-apa adiknya meminta rencana dipercepat.

Eline menggeleng. "Tak ada hal yang harus dikhawatirkan."

Perkataan itu sukses memunculkan kecurigaan Reytasya. "Ada yang kau sembunyikan dariku?"

"Tidak.

"Lalu?"

Eline merajut tangannya di atas pangkuan. Manik violet gadis itu mengilat-ngilat laksana kobaran api.

Pergerakan Eline tak luput dari pengawasan Reytasya. Ya, dia tahu. Pasti ada sesuatu yang memaksa adiknya memutuskan keputusan besar. Pulang sekarang, sama saja mendatangkan masalah. Alasan perayaan bangkitnya kerajaan masih sebulan lagi. Apapun yang menjadi alasan sebelum perayaan akan menimbulkan permasalahan baru. Reytasya saja tak yakin jika orang-orang terutama anggota kerajaan mempercayai mereka dengan alasan perayaan. Apa lagi jika tanpa alasan mereka pulang.

"Aku memiliki firasat." Eline menatap Reytasya yakin. "Entah baik atau buruk. Hatiku mengatakan untuk melancarkan rencana sekarang."

"Tetapi yang kau hadapi bukan permasalahan kecil Elie. Semua makhluk imortal tak mengharapkan kita, mereka membuang kita seolah kita bukan dari bagian mereka."

Eline tertegun memikirkan perkataan Reytasya yang tepat menusuk kedalam hati, mengorek luka yang tak sama sekali tertutup dan mengering. Bukan Reytasya ataupun Alex! Dia tahu, hanya kehadirannya yang tak diharapkan rakyat imortal. Ya, andai saja kakak ketiga memilih mengabaikannya seperti kakak pertama, kedua, dan keempat. Dia yakin Reytasya tak akan keluar dari dunianya dan menjalani kesulitan seperti sekarang.

Apa lagi penerus Marta juga ikut bersama kepergiannya. Semua orang pasti akan menentang kepulangan mereka yang dianggap membawa kesialan.

****

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang