Bab 22

1.1K 85 23
                                    

"Mengapa rasanya begitu menyakitkan? Mengapa dia seperti merasa dipermainkan? Dia ingin berhenti tetapi dia terlanjur mencintai Eline begitu dalam" Alex Martazone.

****

Air mata yang seperti tak ada habisnya mengalir deras seiring dengan kenangan yang berputar. Seharusnya kenangan itu menjadi kenangan indah yang membahagiakan, kenangan yang dapat diceritakan pada anak cucunya kelak. Alex menyeka air mata di pipinya kasar. Gadis yang menggemaskan, begitu manis dengan sikapnya, sekarang berubah kejam dan sialnya sangat menggairahkan.

Alex bangkit dari tempat tidur. Berlarut-larut dengan masa lalu hanya akan membuat jiwanya sakit dan raganya melemah. Dia berjalan menuju balkon sambil mendekap benda persegi yang sangat berharga. Sepertinya menghirup udara segar dapat menjernihkan pikirannya yang kalut.

Alex mendekap figura itu erat, hal yang biasa dilakukannya saat merindukan sang gadis. Dia mendengak menghadap bulan yang tak utuh seperti hatinya. Alex tertawa untuk kisah perjalanan cintanya yang tak mulus. Tawa pria itu terdengar begitu getir dengan air mata yang meleleh. 

Selama pria itu hidup masa terpuruknya adalah kehilangan Eline. Saat berperang Alex tak pernah takut kehilangan nyawanya. Di hidupnya hanya Eline nyawanya, hanya Eline kebahagiaannya, hanya Eline candunya. Selama 1000 tahun dia hidup, dia selalu mementingkan keselamatan Eline di atas segalanya. Bahkan tanggung jawab sebagai putra tunggal dilalaikannya begitu saja.

Alex memilih berada di sisi gadisnya, meskipun gadis itu mengusirnya. Alex memilih melindungi gadisnya, meskipun gadis itu menyerangnya. Alex memilih mencintai gadisnya, meskipun gadis itu membencinya.

****

"Kau bisa menceritakannya padaku." Reytasya berkata lembut. Tangannya bergerak membelai pipi sang adik yang terasa dingin.

Eline menggeram. Manik violet itu berair bak ribuan kaca yang hancur. Begitu banyak, tajam, dan membahayakan. Tetapi sejatinya itu sangatlah rapuh.

Terkadang hidup selalu memberi kejutan di balik tabirnya. Terkadang apa yang dilihat kuat, tak selamanya kuat. Dan seringnya, apa yang terlihat adalah kebalikan wujudnya.

Reytasya tahu, beratus-ratus tahun Eline sendirian, ketakutan, dan kebingungan. Gadis itu terlalu kecil untuk memahani permasalahan orang dewasa, mungkin dia juga begitu. Sebagai seorang kakak Reytasya telah gagal menerjemahkan semua yang terjadi. Semuanya terlihat baik tetapi sangat berbelit dan saling berkaitan. Alasan yang sampai sekarang masih menjadi misteri.

Eline rindu orang tua yang dulu selalu mengasihinya. Gadis itu selalu hidup berlimpah kasih sayang, menjadikannya putri di atas putri. Apa yang dilakukan Eline selalu menjadi tawa kedua orang tua mereka seolah gadis bermmanik violet hanyalah putri Geosentris satu-satunya. Tetapi itu semua tak bertahan lama sampai akhirnya Eline berpikir tak ada lagi yang menginginkan kehadirannya.

Reytasya tahu semuanya. Katakanlah dia adalah seorang kakak yang acuh, tetapi dia tak sedikitpun melewati pertumbuhan sang adik. Reytasya selalu memantau pergerakan adik manisnya meski banyak orang yang mencoba menjatuhkan Eline. Gadis dengan manik violet itu terlalu istimewa untuk diacuhkan dan sampai kapanpun Reytasya berjanji untuk selalu berada di sisinya.

"Ayo tidak apa-apa! Kakak akan mendengarkan keluh-kesahmu." Reytasya membujuk. Tangannya bergetar mengelus taring sang adik.

"Mengapa mom dan dad mengacuhkankuh? Apa yang kulakukan sampai mereka tidak menganggap kehadiranku?" Eline bertanya, merasa sesak saat mengatakannya. Kejadian waktu pertamakali kedua tua bangka itu mengabaikannya masih jelas.

"Dad. Elie ambilkan ini untukmu!"

Seruan riang itu terlantun jelas dari bibir mungil gadis kecil yang akan beranjak dewasa. Manik gadis itu berbinar menerangi ruang yang hanya berisi tiga orang.

Tetapi tak ada yang menyambut gadis itu seperti biasanya.

"Mom. Nengapa kalian terdiam?"

Gadis itu menitikan air mata. Untuk pertama kali ke-dua orang yang dicintai gadis itu mengabaikannya.

"Apa mom dan dad tidak ingin melihat apa yang kubawa?"

Gadis itu masih berusaha. Kaki-kaki kecilnya melangkah mendekati bangku yang di duduki orang tuanya.

Bukan tatapan hangat seperti biasa yang gadis itu dapatkan, melainkan tatapan tajam dan dingin milik pria pertama yang gadis itu cintai.

"Kami sedang tidak ingin diganggu!"

Perkataan bernada dingin itu berhasil membuat sang gadis menangis. Manik violet yang berpendar terang mulai meredup cahayanya. Gadis itu menatap wanita cantik yang masih sibuk dengan kertas di dalam genggaman. Wanita yang selalu memeluk gadis itu, tak sama sekali menoleh ke-arah sang gadis.

Reytasya tersenyum hangat. Mencoba menyalurkan kehangatannya pada Eline.

"Mereka tidak mengabaikanmu Elie."

Eline menepis tangan Reytasya di taringnya. Membuat jari-jari gadis itu terluka.

"Apa yang kau katakan?" tanya Eline Sinis. Manik itu mengilat-ngilat terang. Reytasya tak mempercayai perkataannya. "Aku tidak butuh siapapun! Kau bisa pergi, sebelum aku benar-benar membunuhmu!"

Reytasya menitikan air mata. Tetapi bukan karena luka di jarinya yang sudah menutup kembali. Perkataan adik nakalnya selalu berhasil membbuat hati Reytasya berdenyut nyeri. Eline bukan hanya sekali atau dua kali mengatakan hal itu! Tetapi entah mengapa, rasanya selalu saja sakit jika perkataan itu kembali terucap.

"Elie tahu?" Reytasya menatap manik violet itu yang tak bersahabat. "Kakak menyayangi Elie. Jika mereka tidak menginginkan Elie, kakak selalu menginginkan Elie."

Eline mendengus. Ia memalingkan wajah menghadap bulan. Cahaya lembut itu menyiram wajahnya, begitu hangat sampai ia memejamkan mata.

"Elie harus tahu. Tidak akan ada orang tua yang membenci putrinya sendiri." Reytasya tertawa haru. Air matanya menetes begitu saja. "Jangan berpikiran kau bukan saudaraku! Kau putri kandung Mom dan Dad. Aku yang melihatnya sendiri. Betapa mereka menjagamu saat di kandungan, betapa mereka mengasihimu saat kau kecil, betapa bahagianya mereka mengetahui anak bungsunya adalah makhluk yang terpilih sebagai penerus Ametis selanjutnya."

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang