Bab 41

641 44 0
                                    

"Tidak ada kata-katta untuk bagian kali ini" Author.

*****

'Apa kau merasakannya?'

'Ya. Jadi, berhati-hatilah!'

Suara retakan tanah bergema di sekeliling mereka. Eline, Reytasya, dan Alex yang memang sudah bersiap, tak mengira tanah yang mereka pijaki bergolak.

Mereka masih kompak, mengambang dua meter tanpa perlu diteriaki. Formasi masih tetap terjaga, tetapi angin yang tak dirasakan kehadirannya tiba-tiba datang dari segala arah dengan menggila. Tak terlihat wujudnya namun dapat dirasakan deru nafasnya. Begitu dingin, tajam, dan menembus tubuh mereka tanpa ampun.

Eline menggenggam tangan sang kakak yang berdiri di sampingnya. Rambut kedua gadis itu berterbangan tanpa arah, sesekali akan bersatu dan beradu.

"Apa yang terjadi Elie?" Reytasya berrtanya setengah berteriak. Angin di sekeliling mereka yang seperti tornado melenyapkan apapun bahkan sekedar suara juga ditelannya.

Alex linglung. Pria itu hampir saja kehilangan keseimbangan menyatu dengan angin yang memilin. Tetapi Eline tak tinggal diam.

Sang Ametis mengatupkan rahang tak sempat menjawab pertanyaan Reytasya. Kini kedua tangannya mencengkram kuat tangan Alex dan sang kakak. Hanya ia yang memiliki keseimbangan baik sejauh ini.

Pakaian seksi yang dikenakan Reytasya tersingkap menampilkan lekukan tubuh gadis itu. Sedangkan Eline yang memakai pakaian panjang setidaknya masih bisa bersyukur. Di dalam keadaan dan tempat seperti ini memang tak akan ada orang yang sempat memperhatikan mereka. Tetapi kenyataan seorang pria dewasa berada di sampingnya, begitu dekat, membuat Eline sedikit tak nyaman.

Reytasya berteriak ngeri. Mata gadis itu sempurna melebar menatap tanah di bawah mereka yang meninggi sampai menyentuh kaki yang mengambang.

"Elie! Apa kau baik-baik saja?" Tubuh Alex sempurna melayang tak tentu arah. Dia berusaha mencari wajah gadisnya tetapi angin seperti tak memberi izin. Sekuat apapun Alex melawan, sekuat itu angin berusaha memilin.

Eline meloncat dan melayang lebih tinggi. Tanah hitam di bawah mereka tampak seperti ombak laut, bergelombang, dan semakin tinggi menyatu dengan angin.

Keadaan sekeliling yang masih bisa dilihat berubah dengan sekejap.

Reytasya yang berusaha mati-matian menjaga keseimbangan, akhirnya melayang tak jauh berbeda dengan nasib Alex.

Manik violet Eline berpendar terang. Tetapi cahaya itu tak cukup untuk melawan tanah hitam yang menyatu dengan angin laksana ombak di tengah samudra.

Bahkan langit yang berwarna merah menyala ikut berubah hitam. Mereka persis di kurung kegelapan.

Eline terus mengamati sekitar, menggunakan segala panca indranya untuk menyimpulkan kemungkinan yang mungkin saja terjadi.

Tanah hitam di sekeliling mereka bergerak semakin menggila, membungkus tubuh ketiga makhluk di dalamnya. Tetapi tak sama sekali menyentuh tampak seperti ada perisai besar yang menahan.

Sejauh ini hanya angin dasyat yang berhasil menyentuh mereka, tetapi itu lebih baik ketimbang tanah-tanah hitam yang terus menggolak, merebus apapun yang berhasil ditelan.

'Elie! Lakukan sesuatu!'

Reytasya berteriak dalam pikirannya, mencoba menghubungi sang adik.

Eline menggigit bibir bawah semakin cemas. Menahan dua tubuh orang dewasa yang bergerak berlawanan itu menyulitkan, apa lagi angin yang terus berusaha tanpa henti menyeretnya.

'Elie!'

'Berhenti berteriak! Aku juga sedang berpikir!'

Reytasya tertegun. Bentakan Eline membuat gadis itu terdiam. Dia tak bermaksud mendesak sang adik menyelamatkannya dan Alex. ya, dia tak bermaksud membuyarkan konsentrasi Eline. Tetapi keadaannya sekarang membuat Reytasya menjadi sensitif.

"Awas!" Alex berteriak tetapi suaranya langsung teredam. Nafasnya yang putus-putus menandakan adrenali menguasai pria itu sepenuhnya.

Eline bergeser menghindar saat tombak raksasa melesat. Warna tombak itu hitam melewati ketiga tubuh dan melebur ke-tanah yang serupa di belakang. Sedikit saja Eline lengah, tamat riwayat mereka.

Belum sempat sang Ametis menarik nafas sudah berdatangan tombak-tombak tak terhitung jumlahnya, berwarna hitam dengan ukuran lebih kecil melesat dari segala arah seolah terbuat dari tanah hitam yang mengepung.

Eline tak bisa berpikir jernih. Angin yang mengamuk belum juga mau berdamai menyulitkan pergerakannya. Tombak-tombak itu juga terus melesat seperti peluru yang ditembakan.

Mengandalkan insting dan ketangkasan serta kekuatannya Eline terus menghindar dan membuat perisai pertahanan. Gadis itu juga tak menerima begitu saja serangan. Dia tak bisa terus bertahan sedangkan tombak-tombak itu terus berdatangan tanpa ampun.

Eline menggerakan anggota tubuh yang tersisa untuk melawan. Eline sang Ametis, ya, dia sang penguasa. Tanpa membuka mata gadis itu mampu membunuh musuh! Tanpa bergerak gadis itu mampu melancarkan serangan. Hanya perlu berkonsentrasi semua akan lebih mudah.

Alex yang masih terombang-ambing tak mampu berbuat apa-apa. Suara pria itu menghilang seiring tombak yang tanpa henti mengarah pada tubuhnya. Alex terlalu ngeri dan cemas.

Keadaan Reytasya juga tak jauh berbeda. Gadis itu hanya mampu ?memejamkan mata tak sanggup lagi memperhatikan keganasan di sekeliling mereka.

Eline menangkis ribuan tombak di depannya dengan kedipan mata. Kakinya yang tak menapak gesit menghindar, meloncat, menggeser, dan sesekali bergerak menciptakan angin menghalau tombak-tombak dengan ujung runcing.

Untungnya Eline adalah sang Ametis. Eline bukan sembarang orang yang kebetulan mewarisi kekuatan maha dasyat itu! Eline adalah gadis yang terlahir dari bamgsawan terkuat! Eline adalah vampir wanita yang tangguh dan kuat! Bukan perihal karena Ametis! Gadis itu sudah hidup beribu-ribu tahun menghabiskan waktu untuk bertarung. Beberapa ratus tahun ada saja kejadian yang membuat nyawa sang Ametis terancam tetapi dia selalu berhasil mengatasinya. Keadaan gelap dan kondisi menyeramkan macam apapun tak pernah menyulitkan Eline sama sekali.

***

Sudah direfesi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang