Bab 54

653 38 0
                                    

Max dan keenam kesatria saling berpegangan di dalam kegelapan. Mereka tak bisa melihat apapun, hanya cahaya dari masing-masing pedang yang menguar dan bergetar hebat, melawan kekuatan gelap yang besar.

Jon menggeleng keras. Pria demigot itu mulai mendengar suara lirih wanita yang bernyanyi. Suaranya begitu indah tetapi syarat kesakitan.

"Aku sendiri, di balik kegelapan, di selimuti kekelaman. Jiwa yang malang merasa ketakutan, dikurung kekhawatiran. Bersenandung, menyanyikan lagu kematian ... "

Max yang berada tepat di samping Jon mulai khawatir ketika pria itu mulai ikut terbawa guncangan tanah.

"Jon! Sadar Jon!"

Max berseru! Kelima satria lain juga mulai sempoyongan. Dia tak tahu apa yang terjadi, tetapi merka semua mengikuti guncangan tanah. Itu sangat berbahaya!

Di tengah-tengah ambang kesadaran Jon masih mampu mendengar suara pria yang berseru-seru khawatir.

Menari-nari bersama, bergerak seirama, menyambut jiwa yang pulang. Aku sendiri, di balik kegelapan, di selimuti kekelaman. Jiwa yang malang merasa ketakutan, dikurung kekhawatiran. Bersenandung, menyanyikan lagu kematian.."

"Apa kau mendengar itu?" Setelah berperang lama dengan pikiran Jon berahasil mengeluarkan suaranya.

Max terdiam. Pria itu  menajamkan pendengaran tetapi tak ada suara selain angin hebat yang menggulung di sekeliling bak pagar hidup.

Kelima kesatria mulai bergerak tak terkendali. Max bingung, tetapi lesatan cahaya ungu dari berbagai arah begitu cepat terjadi. Dia berseru. "Pedang!"

Semua orang bergeming, masih bergoyang tak tentu arah seperti orang yang sedang dibawa pengaruh alkohol.

Max mendengus. Dia tak berhasil melindungi keenam satria tetapi pria dari bangsa demigot masih sempat membuat perisai.

Lesatan itu hanya datang sekali tetapi membawa dampak besar. Max menunduk menatap teman-temannya yang terkapar.

"Jon!"

"Eins!"

"Holl!"

Max meneriakan semua teman-temannya. Tetapi tak ada jawaban.

Tanah sudah kembali kesemula, tetapi angin masih tak ingin melepaskan buruan yang berhasil dikungkung.

******

Eline menatap tajam angin yang bergulung hebat. Gadis itu bisa melihat semuanya dengan jelas. "Max untuk kali ini kau hebat," Dia bergumam

'Apakah di sini Rolf?'

Serigala putih menggeram.

Brian yang baru melalui portal mengedarkan pandangan. Pria itu tak mendapatkan apapun ditempat ini selain dataran tanah coklat.

'Aku mencium mate!'

Brian mendengus.

'Bisa tidak otakmu itu jangan memikirkan mate?'

'Tetapi harum ini terlalu nyata.'

Brian terdiam. Ia melihat sesuatu yang menarik. Bayangan hitam yang begitu tinggi laksana lift langit.

'Apakah dunia imortal berada di langit?'

'Mana aku tahu.'

Brian bungkam. Dia sedang mengingat-ingat buku yang membahas dunia imortal.

Apapun yang unik, bisa jadi itu pintunya.

Terkadang bisa jadi tak terlihat, tetapi bisa jadi itu berbaur dengan alam.

Brian melirik robekan kertas yang diberikan Steven beberapa tahun lalu.

Robekan yang berisi ciri-ciri portal menuju dunia imortal.

Selama Brian hidup, dia hanya satu kali tinggal di sana. Tetapi itu sudah lama sekali, mungkin waktu usianya balita.

Tak ada ingatan yang berbekas. Hanya Steven yang masih rutin ke-sana.

Tetapi pria itu begitu pelit, sibuk dengan segala percobaan.

Jika mendengarkan Rolf. Mungkin saja Reytasya masih ada di sekitar sini, atau bisa saja benar bayangam besar itu adalah portal dan Reytasya belum lama melewatinya.

Brian sudah melewati portal di dunia manusia menuju perbatasan.

Tempat ini terlalu sama dengan ciri-ciri di buku dan dicerita Steven. Berarti dia sudah berada tepat diperbatasan.

Tempat yang menyambungkan kepintu imortal, tempat yang tak memiliki angin, tempat yang sedikit panas.

Perbatasan adalah tempat yang unik. Tak ada sesuatu yang dapat hidup karena tempat ini tempat mati.

Menurut buku, tubuh vampir yang biasanya saja bisa menyesuaikan suhu di sekitarnya, tak akan berpengaruh di dalam perbatasan.

Siapapun bangsa dan kekuatannya nmerrka akan merasa kepanasan.

Brian yang sedang menganalisa menggeram tak bisa konsentrasi karena Rolf terus bergerak gelisa.

'Berhenti bodoh!'

Tetapi Rolf hanya mendengkur. Serigala itu begitu kesengangan.

Dengan langkah mantap tanpa ragu Brian membiarkan Rolf mengambil alih.

Serigala itu lebih tahu letak mate dan dengan begitu dia akan cepat bertemu Eline.

***

Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang