"Entah mengapa aku meyakini sesuatu masalah besar di masa depan dan sialnya aku menjadi salah satu dari penyebab itu. Sepertinya aku terlalu mencintai dia, makhluk yang ternyata masih memiliki banyak kekurangan" Alex Martazone.
****
Brian membuka lebar kedua matanya. Dia menatap tak percaya Alex yang berlumuran darah. Apakah pria itu benar-benar ingin menghisap darahnya? Brian memicing Memperhatikan wajah haus Alex. Fampir arogan itu tampak menyeramkan.
"Apakah kau menginginkannya?" Alex bertanya.
Brian menggeleng cepat. "Darahku sangat tidak enak. Aku bisa menjaminnya," Dia berkata yakin. Matanya tak lepas dari manik coklat yang sedikit ke-merah-merahan.
Alex menyeringai membuat wajahnya terlihat tampak menyeramkan. "Ini tidak akan sakit." Dia memberitahu.
"Tidak!" Brian melotot. Sepertinya pilihan di sisi fampir yang sedang mengamuk bukanlah hal yang tepat. "Sepertinya aku harus pulang."
Alex menaikan satu alis tak suka. "Ayolah! Kau bisa mencobanya."
Brian terdiam dengan otak yang terus bberputar mencari alasan yang tepat. Fampir arogan di hadapannya sangat berbahaya sekarang. Hanya menunggu waktu Alex akan menghisap darahnya dan ketika waktu itu terjadi, hanya ada dua pilihan. Melawan atau mati! "Bisakah kau membiarkan aku pergi? Darahku sungguh tidak menyenangkan untuk menghilangkan dahaga fampirmu."
Alex terkekeh. Sangat menyeramkan di mata Brian. Bayangkan saja, setampan apapun makhluk yang tubuhnya sedang berlumuran darah bukanlah hal yang menyenangkan dipandang. Ditambah kekehan yang keluar bak lonceng kematian! Sungguh tampak seperti monster!.
"Sedikit lagi." Alex bersuara pelan setengah berbisik. Mata pria itu tertutup dengan hidung yang bergerak mengendus.
Brian menggeleng. Dia menekan rasa takutnya dalam-dalam sambil meningkatkan kewaspadaan.
'Rolf!'
'Aku tidak berniat nembantumu!'
Brian melotot mendengar jawaban acuh serigalanya. Dia meremas tangannya, bersiap menghitung di dalam hati.
"Sangat lezat." Alex bergumam di sela-sela endusannya.
'Tidakkah kau ingin membantuku, Rolf?'
'Tidak.'
Brian menggeram di dalam maidling membuat serigalanya mendengus.
'Kau urusi saja fampir tua itu!'
Brian tak membalas. Matanya awas menatap pergerakan Alex. Apakah semua fampir seperti ini? Sungguh sangat merepotkan!
"Ayo Brian!"
"Tidak terima kasih."
"Kau akan menyukainya."
Brian menggeleng heran. Menyenangkan untuk pelaku tetapi tak untuk korban! Di sini dia yang berperan menjadi korban. Bisakah pria arogan itu membedakan rasa dari sebuah peran? Jelas-jelas dialah yang akan mengalami kerugian. Lalu di mana menyenangkannya?
"Kau lama sekali!" Alex menghilang. Dia harus menangkap buruan secepatnya.
Brian bangkit berdiri. Tubuhnya waspada, matanya menyapu sekeliling. Tak ada Alex. Di manakah fampir arogan itu?
Brian terpaku di tempat. Bau lafender menyeruak begitu pekat menembus indra penciuman. Tubuh yang berdiri waspada kembali santay, tetapi matanya masih membuka, bertahan sekuat tenaga agar tak terpejam. Bau itu semakin lama semakin menyenangkan, menggelitik hidung dengan sensasi baru.
"Serigala bodoh! Kau harus kemari!"
Suara Alex bergema di hutan yang sepi menghantarkan ketakutan di relung terdalam. Brian masih ingin hidup, setidaknya sampai dia mampu menebus semua kesalahannya di masa lalu pada sang mate.
"Kau pasti menyukai ini!"
Brian menggeleng tegas menyadarkan kewarasannya yang hampir hilang. Menemui vampir yang sedang kehausan bukanlah hal yang menyenangkan dan dia sudah memilih untuk pergi, tetapi entah kenapa kakinya bergerak tak sejalan. Dengan langkah pasti Brian mendekati bau lafender yang semakin pekat, tak sadar semakin mendekatkannya pada Alex. "Harum sekali." Dia bergumam yang disetujui Rolf.
Suara seperti bayi yang kehausan sedikit mengembalikan kesadaran Brian. Dia mengerjap beberapa kali, terpaku saat matanya melihat Alex yang sedang menguliti Unicron. Hewan suci itu tampak tak berdaya dengan kepala yang hampir putus, pemandangan yang begitu menyeramkan. Tetapi bukannya takut atau merasa jijik Brian dan Rolf malah kelaparan, apa lagi melihat Alex yang tampak lezat mengisap cairan putih.
"Kemari! Jangan malu-malu. Kapan lagi kau mendapatkan buruan selezat ini? Makhluk penunggu hutan ini tak akan ada yang berani mengganggumu."
Rolf menggeram membuat Brian tak kuasa menolak. Bunyi retakan tulang terdengar menakutkan di tengah-tengah hutan yang sepi.
Rolf si serigala berbulu putih mengangkat tinggi-tinggi kedua kaki depannya. Hewan itu mengeluarkan suaranya, menunjukan bahwa dia bukanlah sembarang serigala.
Cakar-cakar serigala Rolf sudah siap menyerbu mangsanya. Gigi-gigi yang tajam mampu memotong besi dengan sekejap. Siapapun yang melihat manik orange serigala berbulu putih itu sudah dapat dipastikan, mereka semua mampu mengetahui dengan sekejap kekuatan besar apa yang mengalir di dalam tubuh serigala yang sedang sibuk mencakar-cakar mencari sesuatu di balik kulit tebal yang melindungi.
Alex menyeringai. Dia mundur beberapa langkah memberi ruang untuk Brian menyantap buruannya. Tanpa harus bertanya dia mengetahui sesuatu. Senyuman pria itu semakin lebar menatap serigala putih yang semakin beringas memakan makanannya. Berbaik hati sebentar tak masalah, bukan?
Alex melirik pohon yang menjulang tak jauh dari belakangnya. Dengan sekali kedip dia sudah bersandar di tubuh pohon membiarkan darah suci itu mewarnai pakaian. Dia menatap puas serigala putih yang sedikit lagi menyelesaikan makannya. Ah, siapakah nama serigala beruntung itu? Pack sialan Carl selalu saja berhasil memunculkan bibit tangguh. Alex terkekeh. Mata pria itu menyipit dengan alis yang menukik. Tangguh? Apakah dia baru saja memuji bayi Carl?
Boleh diakui tubuh dan jiwa serigala Brian memang tangguh, bukan musuh yang mudah dikalahkan. Tetapi tak untuk tubuh dan jiwa manusia bocah itu yang lemah, ah, dan sedikit menjijikan. Alex mendengus menebak sesuatu masalah yang akan terjadi di masa depan. Jiwa manusia atau jiwa serigala dia tak perduli. Itu bukanlah hambatannya untuk melumpuhkan Brian, anak alpha bodoh itu terlalu bocah untuk menjadi musuhnya.
***
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...