Bab 05

4.1K 200 23
                                    

"Aku tak akan berhenti, meski kau yang memohon!" Alex Martazone.

***

Eline melipat tangan di depan tubuh dengan posisi santay membelakangi pintu kamar. Manik hitamnya menyorot datar ke-arah pintu balkon yang terbuka, menampilkan langit berbintang.

"Hallo Amour!" Alex berbisik tepat di telinga gadisnya. Dia muncul di belakang tubuh Eline, melingkarkan lengan kekarnya di pinggang ramping gadis itu. "Kau nakal sekali ya." Alex meletakan dagu di pundak sang gadis.

Eline menghela nafas menebalkan kesabaran yang selalu tidak tersisa untuk Alex. Dia sudah menebak pria gila keturunan Marta akan memaksa masuk bagaimanapun caranya. "Kau tidak sopan." Eline menggerutu. Manik hitamnya menatap jauh ke-depan memperhatikan langit kelam. Sepertinya pemandangan itu jauh lebih menarik ketimbang wajah pria yang sedang memeluknya.

"Selena sudah mentakdirkan kita, Amour." Suara Alex berubah serak, menandakan hasrat kelakiannya yang bangkit.

"Bisakah sehari saja kau tidak menggangguku?"

Alex semakin mempererat pelukannya, tak menjawab. Dia membenamkan wajah di leher Eline mengendus leher jenjang itu yang tak terhalang rambut. "Aku menginginkanmu."

"Aww! Pemandangan apa ini!" Reytasya menjerit. Gadis itu muncul di atas kasur adiknya tepat menghadap sepasang insan yang sedang melakukan adegan tak senonoh. Reytasya melotot sedangkan tangan kanannya tergerak menutup mulut yang terbuka.

Alex menggeram kesal, melirik Reytasya tajam. Gadis sialan itu mengganggu waktu bersenang-senangnya!

Eline menghilang dan muncul di samping sang kakak.

Alex menyeringai, menatap Eline yang terduduk anggun.

'Sepertinya pria itu sangat menginginkanmu.'

'Aku tidak perduli! Jika kau ingin kau bisa mengambilnya.'

Reytasya memutar bola mata mendengar suara acuh adiknya. Bisakah gadis bodoh itu memanfaatkan situasi? Manik hitam Reytasya menatap Alex yang menatap Eline. Sangat tampan! Tetapi mengapa adiknya mengabaikan anak Dewi Bulan yang satu ini?

"Rupanya kau sudah tidak sabar Amour." Alex berjalan mendekati Eline. Manik coklatnya menatap gadis itu lekat seolah-olah tak ada hal lagi yang bisa dilihat selain wajah Eline.

Reytasya berdeham. Tak mungkin, kan? Dia melihat langsung adegan panas Eline dan Alex? Senakal-nakalnya Reytasya, dia masih memiliki urat malu. Tak etis rasanya jika dia hanya menjadi penonton.

Eline menatap Alex datar. Sepertinya dugaannya tak salah! Pria gila itu sudah benar-benar kehilangan kewarasan. Eline menghilang sedetik sebelum Alex mendekapnya.

Reytasya melongo melihat apa yang baru saja dilakukan Eline. Ingin sekali dia tergelak, tetapi matanya menangkap gurat kecewa di wajah tampan Alex. Reytasya masih memiliki rasa kasihan untuk pria itu.

Alex menggeram. Dia membanting boneka dalam dekapan. Eline menggantikan posisinya dengan boneka beruang yang besar. "Benar-benar kau Amour." Alex menghilang menyusul Eline.

Reytasya mencebikan bibir kesal. "Gadis secantik aku diabaikan?" Dia bermonolok dan ikut menghilang.

Eline mendengus, muncul di tengah-tengah hutan yang tak jauh dari kediamannya. Pria gila itu membuat Eline takut sekaligus muak! Andai saja pria itu bukan Alex Martazone, mungkin, dia sudah lama membunuhnya.

Alex muncul tak jauh dari Eline. Manik violet gadis itu mengilat-ngilat menatapnya. Alex menelan salifa susah payah. Tatapan itu bertanda tak baik untuknya, tetapi di mata Alex manik violet itu sungguh menggairahkan.

Eline mengepalkan tangan. Ke-dua taring tajam muncul dari mulutnya, siap mengoyak kulit siapapun.

"Amour!" Alex merasakan gairahnya sudah di puncak.

Eline melesat ke-arah Alex dengan cakar yang siap mencabik. Tetapi pria itu hanya terdiam menatap penuh minat gadisnya. Sebelum cakar Eline menyentuh kulit, Alex lebih dulu tmenghilang dan muncul di atas pohon tak jauh dari tempat gadisnya berdiri.

Eline menoleh dan menggeram marah. Tubuhnya sempurna tertutup kabut unggu yang pekat. "Turun atau kupatahkan lehermu!" Eline mengancam. Manik violetnya menatap buas pria yang menyunggingkan senyum miring dengan wajah culas.

Eline benci senyum itu! Dia benci Alex! Kalau Eline mau, dia bisa dengan mudah menumbangkan pohon di depannya. Tetapi pria gila itu juga akan dengan mudah berpindah tempat.

"Hai Amour. Jangan galak-galak! Sekarang aku jadi sangat menginginkanmu."

Baru saja Alex menyelesaikan perkataannya sebuah ranting melesat cepat. Alex tak sempat menghindar ataupun menangkis. Ranting itu berhasil menggores sedikit lengannya menciptakan rasa perih.

Tak membuang-buang kesempatan Eline langsung melemparkan pukulan jarak jauh. Dia menyeringai, merasa puas saat pria gila ittu lagi-lagi tak sempat menghindar.

Alex terpelanting jauh menghantam pohon dengan cukup keras. Untungnya dia masih sempat membuat perrisai, sedikit meredam benturan.

Reytasya yang melihat kejadian itu dari cermin di meja riasnya berseru antusias. "Sepertinya Eline benar-benar ingin membunuh Alex." Reytasya bermonolog, menatap kasihan keturunan Marta.

Eline melayang beberapa meter dari tubuh Alex. Menatap mengilat, menunjukan kemurkaan yang tak terbendung. Tetapi pria itu masih saja menatapnya memuja membuat Eline tak habis pikir. Apakah pria gila itu tak tahu nyawanya hampir saja hilang?

"Ayo mari kita selesaikan pertunjukan bodoh ini!" Tangan Eline terkepal di depan tubuh dengan setrum-setrum kecil berwarna ungu yang mengilat-ngilat keluar dari sela-sela jari.

***

Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang