Kerusak-kerusuk yang terdengar tak jelas langsung terhentu saat sang raja mengeluarkan suaranya.
Dari arah belakang Eline seorang pria tua tergopoh-gopoh mendekati tubuh Olive yang tertelungkup.
Darah murni yang dihidangkan untuk para tamu tampak mengotori tubuh Olive, bersatu dengan darah gadis itu.
"Aku sudah bilang jaga perilakumu." Pria itu menggerutu, terlihat cemas menatap wajah pucat sang putri. Tangannya yang keriput mengelap lembut sudut bibir Olive yang mengeluarkan darah.
Alaric mengabaikan pemandangan itu. Manik emasnya menatap Eline bertanya tetapi tatapan itu membuat sang putri bungsu semakin bersedih.
"Kekacauan apa yang kau perbuat lagi?" Alaric mendesis. Dia mengabaikan tatapan penasaran para tamu. "Apa kau tidak kasihan dengan Kakakmu." Sang Raja melirik sekilas Reytasya yang terpaku di sudut.
Eline menoleh. Tatapannya beradu dengan tatapan sang kakak tetapi hanya sebentar. Dia menunduk merasa bersalah.
"Jaga sikapmu Elie!" Alaric menekankan tiap kata yang dilontarkannya.
Ya, Eline telah melakukan kesalahan. Membela diri dia salah, membiarkan orang-orang merendahkannya juga salah. Apa yang dia harus lakukan? Mengapa ayahnya berubah tak adil? Mengapa pria itu selalu menghakiminya? Mengapa?
Reytasya yang tak mengerti dengan tatapan Eline dan Alaric melangkah mendekati sang adik. Tetapi tiba-tiba pancaran cahaya yang terang membungkus tubuh gadis itu, membawa nya melayang.
Alaric tak memejamkan mata. Dia melotot menatap putrinya yang berubah. "Elie!" Dia berseru sangat keras, terdengart membentak.
Cahaya yang menyilaukan itu lenyap menyisakan Eline dengan maniknya yang mengilat tajam.
Semua orang mendengak demi melihat gadis itu yang mengambang beberapa meter. Wajah ngeri bercampur ketakutan terpampang jelas saat mereka memperhatikan tubuh Eline yang dipenuhi garis-garis halus berwarna putih.
***
Kenangan pahit itu berputar sangat cepat, berulang dan amat menyesakan. Yang dia tahu itu pertama kalinya Sang Ametis menunjukan intensitas nya di depan halayak. Dulu, mungkin saat Eline balita kekuatan kutukan itu sering muncul. Tetapi semakin umurnya bertambah kekuatan itu seolah berkurang, sedikit melegakan hati kedua penguasa.
Tetapi ddugaan semua orang salah. Kekuatan terkutuk yang datang dari dunia terkelam memiliki aturan berbeda dari kebanyakan kekuatan. Hal itu terbukti setelah Eline berhasil melenyapkan kabut yang hampir menelan Kerajaan Geosentris, kabut yang amat gelap, kabut yang mampu menelan dunia dengan sekali lindas.
KMUSNAHAN MASAL! Setidaknya itu yang diperbincangkan para leluhur. Saat dunia takluk di bawah kendali sang kegelapan, saat kehidupan hampir musnah, dan ...
Eline mengerjap. Setidaknya hanya itu yang dia tahu sebelum Azriel mengajak nya kedunia dasar, tempat terkutuk bagi makhluk imortal.
Ketukan pintu di sudut menyadarkan kakak beradik yang fokus dengan pikirannya masing-masing. Reytasya bangkit berdiri, menatap sekilas Eline yang bergeming. Gadis itu melangkah menghampiri pintu dan membukanya.
Seorang pelayan muda tertunduk dengan nampan di tangan.
Reytasya menatap gelas-gelas yang berjejer dengan cairan pekat di dalamnya. Sepertinya sang raja yang meminta pelayan itu membawakan makan malam untuk nya dan Eline. Terima kasih." Dia meraih dua gelas dan langsung berbalik menutup pintu. "Pelayan membawakan ini."
Eline mendengus. Gadis itu bangkit duduk, menatap tak berminat gelas yang dibawa sang kakak.
"Jangan siksa tubuhmu." Reytasya mendekati Eline, menyodorkan segelas cairan pekat. "Jika kau merasa malas meminumnya tidak apa. Kita bisa berburu dan aku tidak akan melarang apapun yang akan kau mangsa."
Eline mengangkat wajah menatap tepat di manik magenta sang kakak. "Berburu ya?" Dia berpikir, menimang-nimang ajakan Reytasya. Dia sudah lama tak berburu dan rasanya dia membutuhkan itu untuk menuntaskan dahaga vampir nya.
"Bagaimana?" Reytasya menarik tangannya, meletakan kedua gelas itu di atas meja di samping ranjang. Tatapannya tak lepas dari wajah Eline.
"Sepertinya aku butuh udara segar."\
Senyum Reytasya mengembang. Dia menatap semangat Eline. "Ayo kita bergerak sekarang!"
Gadis dengan manik violet turun dari ranjang. Dia berjalan mendekati pintu balkon yang terbuka lebar disusul Reytasya.
Udara malam yang dingin menampar keras kulit halus mereka, mengalirkan rasa sejuk. Eline melompat turun. Dia tak memperdulikan keberadaan kamarnya yang ada di lantai teratas.
Reytasya menunduk demi melihat bayangan sang adik yang menyatu dengan cahaya kuning, terlihat samar terjun dengan kecepatan tinggi. Dia berdecak. Kegilaan putri bungsu Geosentris memang tak akan pernah menghilang. Reytasya melompat turun, menyusul Eline yang hampir sampai di halaman samping.
Alaric dan Zela yang sedang berbincang di balkon kompak melotot.
"Apa itu?" Zela menoleh menatap wajah samping sang suami.
"Anak nakal." Alaric bergumam. Rasanya dia sudah lama tak melihat bayangan serupa komet melintasi balkon kamarnya.
"Eta!" Zela berseru saat bayangan kedua melintas. "Cahaya magenta yang terlihat sekilas mengingatkan sang ratu pada kenyataan bahwa dia memiliki dua putri nakal yang amat dicintai.
***
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...