"Mengapa sesuatu yang kuperjuangkan susah payah, hancur sekejap hanya karena tali tak kasat itu?" Reytasya Herzone.
Semua atensi berpusat pada Eline yang membuat gadis itu tak nyaman. Eline mendengus, memalingkan wajah. Tak sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan Brian, hanya sedetik sebelum Eline memutus kontak mata lebih dulu. Sepertinya menatap tirai putih di hadapannya lebih baik ketimbang menatap manik coklat Alex ataupun manik biru Brian. Tak ada hal yang paling menyebalkan selain ditatap penuh cinta. Eline menghela nafas. Cinta? Ah anugrah sialan itu! Rasanya dia tak percaya dengan cinta.. "Aku harus pergi,"
"Mau kemana?" Brian bertanya, merasa keberatan.
"Eline memiliki agenda bersamaku." Alex menyahut yang menerbitkan senyuman masam Brian.
Eline tak membantah perkataan pria gila di sampingnya. Dia memutuskan untuk keluar mencari udara segar dengan Alex yang masih memeluk pinggangnya.
Reytasya terkekeh mengejek. Lebih tepatnya dia mengejek diri sendiri, mengejek keberuntungan yang tak selalu memihak hidupnya. Reytasya memperhatikan raut wajah Brian. "Kau menyukai adikku?"
Brian mengangkat wajah, menatap Reytasya tepat di bola mata gadis itu. "Apa yang baru kau katakan?"
"Jika itu sebuah kenyataan aku tidak mempermasalahkannya ... " Reytasya menghela nafas dalam. Dia mencoba mengumpulkan serpihan hati yang berserakan, menyatukannya menjadi bentuk yang baru.
Rolf menggeram merasakan sakit tak terkira. Kondisi hati Rolf tak jauhg berbeda dengan kondisi hati Brian.. Tetapi dia tak cukup nyali untuk memberitahukan kesakitannya atas perkataan Reytasya.
"Aku juga tidak tahu mengapa Eline semempesona itu." Reytasya kembali bersuara. Dia menatap kosong kedepan. "Wajar saja jika kau jatuh cinta padanya."
"Omong kosong apa yang kau katakan?" Brian sedikit bergetar saat mengatakannya.
Reytasya terkekeh. "Aku pernah menanyakan perihal ini pada Selena. Mengapa Afrodite menurunkan semua kecantikannya pada Eline?"
Brian tertegun. Entah mengapa mulutnya berubah keluh seketika.
"Bertahun-tahun aku menanyakan hal itu tetapi tak kunjung mendapat jawaban. Sampai akhirnya aku bisa menyimpulkan sesuatu ... " Reytasya mengerjap, kembali menatap Brian dalam. "Eline istimewa."
"Kau juga istimewa."
Reytasya mengangkat telunjuk tangan kanannya. "Bagaimana bisa kau mengatakan aku istimewa sedangkan mateku saja enggan mengakuiku?"
DUAAARRRR!!!
Brian dan Rolf terhenyak. Mereka seperti ditampar kekuatan dasyat.
Reytasya melanjutkan perkataannya. "Aku juga ingin berada di posisinya. Gadis itu selalu saja dicari pria-pria tampan. Semua pria yang kukenal tidak ada yang tidak menyukai Eline." Dia berdecak mengingat kenyataan itu. "Kekasih-kekasihku saja diam-diam menyukai gadis nakal itu."
"Apa Alex mate Eline?" Brian mengutuk mulutnya. Mengapa pertanyaan macam itu yang berhasil keluar dari mulutnya?
'Dasar manusia bodohg! Mengapa kau mengatakan itu? Apa kau ingin membuat mate kita pergi kembali?'
Reytasya mengangkat pundak.
"Apa adikmu dan Alex sepasang mate?" Brian kembali bertanya. Dia begitu penasaran sampai tak sanggup menahan.
"Aku tidak mengetahuinya. Kau bisa menanyakannya langsung." Reytasya menjawab datar.
"Rasanya aku sangat menginginkannya." Brian bergumam tak jelas tetapi masih mampu didengar Reytasya.
"Apa yang baru kau katakan?"
Brian terdiam beberapa detik. "Ah, itu. Aku mencintaimu."
Reytasya merasakan wajahnya memanas. Entah mengapa pernyataan tak jujur itu mampu membuat hatinya tersentuh. Dia wanita hebat, dia pernah diacuhkan mate, dan sejauh ini dia berhasil bertahan. Jadi, apa masih pantas jika dia jatuh dengan mudahnya pada seseorang yang sama di masa lalu? "Apa kau sudah baik-baik saja?" Reytasya mengalihkan pembicaraan.
Brian diam-diam mengulum senyum memperhatikan raut malu matenya. "Apa sekarang kau demam?"
Reytasya melotot. "Ah! Itu. Aku harus keluar, adik sialan itu memanggilku."
Brian menyeringai. "Tidak ingin berbincang denganku lebih lama?"
Reytasya menarik nafas lalu membuangnya. Dia harus santay. Dia tak boleh dipermainkan seorang pria meski itu adalah Brian sang mate. "Rasanya aku sangat ingin. Apa lagi menghabiskan semalaman penuh denganmu..." Reytasya menggantungkan perkataannya. Matanya mengerling nakal.
Brian menelan salifa. Ah! Sepertinya hubungan mate sedikit menaikan nafsunya.
"Sepertinya lain waktu aku harus menguji ketangguhanmu." Reytasya terkekeh menangapi pelototan Brian. Daun telinga pria itu memerah, sangat lucu di matanya. Reytasya menundukan wajah.
Brian semakin melotot. Manik birunya melirik takut-takut bibir Reytasya yang sebentar lagi menyentuh bibirnya.
"Jantungmu berisik sekali." Reytasya berkata dengan sensual lalu mengangkat wajahnya kembali. Dia merasa senang telah berhasil menjaili Brian. Andai saja perjalanan cinta mereka seindah dongeng yang sering diceritakan Alaric, dia yakin para petuah itu tak akan mendesaknya lagi. Berceloteh seolah Reytasya adalah gadis burukrupa yang tak akan menikah dan melahirkan keturunan.
Brian merasakan jakunnya yang naik-turun. Bahkan pria itu dapat mendengar debaran jantung yang menggila di bawah sana.
"Sampai jumpa!" Reytasya berseru dan melangkah keluar meninggalkan Brian yang terpaku di belakang.
Manik biru Brian menatap kepergian Reytasya tanpa kedip. Apa berinteraksi intens dengan mate sebigitu menyenangkannya? Rasanya dia seperti dapat menggemnggam bulan, begitu indah dan menakjubkan. "Dasar mate." Brian bergumam membayangkan wajah nakal Reytasya.
****
"Bisakah kau tidak mengikutiku?" Eline melepas paksa lengan yang melingkar di pinggangnya.
"Kalau aku tidak mau?" Alex kembali memeluk pinggang gadisnya.
"Jangan merepotkanku."
Mereka berhenti di depan ruang Dekan tak jauh dari klinik. Sepasang manik tak serupa saling bertaut, mengeluarkan aura yang bertolak belakang.
Eline dengan tatapan tajamnya dan Alex dengan tatapan memuja. Pemandangan yang kontras dan begitu biasa untuk keduanya.
Orang-orang yang tak sengaja melewati Eline dan Alex tak berani mengangkat wajah. Sebagian besar mahasiswa menganggap Eline dewi kematian, begitu mempesona namun menakutkan. Sedangkan Alex? Tak ada yang tahu banyak tentang pria tampan itu. Pembawaan yang misterius dan angkuh membuat semua orang menjadi segan.
****
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...