"Aku tahu kelak kau akan datang dan menghancurkan segalanya" Reytasya Herzone.
****
"Kakak tahu apa hal yang membuatku selalu bahagia?" Eline bertanya dengan tangan yang masih menepuk-nepuk punggung Reytasya yang bergetar. Suara gadis itu berubah ceria layaknya anak-anak yang sedang bercerita pengalaman membahagiakan di sekolah dengan orang tuanya.
Reytasya menggeleng sebagai jawaban. Wajahnya bersembunyi di pundak Eline menikmati kenyamanan yang diberikan Ametis. Sekalipun ada yang mengatakan Ametis adalah monster, dia sangat menyayangi monster itu, dan rasanya dia sangat nyaman berada di dekapan sang monster.
"Bisa ... kau katakan ... pada ... kakak apa hal yang membuatmu ... bahagia?" Reytasya balik bertanya dengan suara terputus-putus. Sesuatu yang menghimpit dadanya sangatlah menyesakan.
Eline terdiam tak langsung menjawab pertanyaan sang kakak. Manik violet itu masih berpendar membantu bulan menerangi puncak gunung yang gelap. Dia menatap jauh kedepan menikmati pertunjukan dahan-dahan pohon yang bergoyang seirama, sedikit menghibur hatinya.
"Apakah ... kau tidak ... kedinginan?" Reytasya bertanya khawatir. Tadi saat Eline bertarung dia melihat adiknya datang dengan pakaian basah, tetapi sekarang rambut dan pakaian sang adik tampak seperti tak pernah terkena air. "Katakan jika ... kau kedinginan?"
"Tidak! Aku tidak kedinginan. Apa yang kau khawatirkan dari sang Ametis?" Eline bersuara begitu yakin. "Kalau kuingin, aku bisa membuat sekitar gunung ini merasakan kehangatan sang Ametis."
Reytasya semakin terisak. Ah, adik nakalnya itu selalu membuatnya terharu. Seharusnya dia memang tak boleh mengkhawatirkan sang Ametis yang tertakdir sebagai salah satu pemegang kunci kehancuran dunia. Tetapi dia mengkhawatirkan Eline, dia mengkhawatirkan adik nakalnya.
"Bisakah aku bercerita apa yang membuatku bahagia?" Eline terlihat sebal. Reytasya selalu saja bertanya hal yang tak penting.
Reytasya menarik tubuhnya siap mendengarkan perkataan sang adik. Dia tersenyum sangat lebar saat manik violet itu masih berpendar indah menatapnya, hal yang begitu disyukuri Reytasya. Setidaknya Dewa masih mengizinkannya melihat sosok Eline kecil.
Eline mengalihkan pandangan. Dia benci tatapan rindu Reytasya, dia tak suka kakaknya begitu lemah seperti sekarang! Eline lebih menyukai sisi Reytasya yang manja tetapi tegas, selalu menggoda tetapi tak bisa digoda. Dia takut tak bisa terus-terusan menjaga sang kakak. Reytasya tak boleh terlihat semenyedihkan itu! Jika ada musuh, kakaknya akan dengan mudah dikalahkan.
"Aku tidak menyukai sisi lemahmu!" Eline berkata mantap. Dia menunduk, menatap rumput yang bergoyang dalam hening. "Kau terlihat menyedihkan." Eline mencibir.
Reytasya melotot. Air matanya sudah tak mengalir tetapi sesak di dada masih menyulitkannya bersuara. "Maafkan kakak." Reytasya mengulas senyum. "Jika Elie tidak menyukai kakak menangis, kakak akan berusaha agar tidak menangis."
Eline mendengus. Dia mendengak kembali menatap rembulan. Mengapa cahaya kuning itu sangat menenangkan? Mengapa cahaya kuning itu selalu membuatnya ingin menatap lagi dan lagi? Apakah dewi bulan begitu memabukan?
"Aku ingin kau berjanji. Tidak akan ada yang menjadi kelemahanmu! Apapun, siapapun! Aku ingin kau lebih menyayangi dirimu ketimbang orang lain."
Reytasya mengerenyit. Dia menatap Eline tak percaya dengan perkataan yang baru didengarnya.
"Aku tidak bisa." Reytasya menyergah merasa tersinggung dengan perkataan Eline. Janji bodoh macam apa itu? Reytasya menunduk. Dia takut air mata yang lancang mengalir tertangkap oleh manik violet.
"Kau penasaran dengan apa yang membuatku bahagia, bukan?" Eline tersenyum sendu. "Aku akan mengatakannya jika kau akan berjanji untuk itu."
Reytasya menghela nafas. Dia mengangguk. Tak ada pilihan selain mengikuti keinginan sang Ametis.
Eline menoleh. Tangannya mengangkat dagu sang kakak mengelus air mata yang mengalir. "Kau adalah hal itu. Jadi, berjanjilah untuk menjaga dirimu! Mengasihi dirimu! Melebihi apapun dan siapapun." Eline tersenyum. Taring-taringnya menyusut seiring kuku-kukunya yang kembali seperti semula. Air yang mengalir dari matanya keluar semakin deras, membeludak, menjelaskan betapa dia sungguh-sungguh saat mengatakannya. "Kau adalah kelemahanku. Bahagiaku ada padamu! Jaga dirimu baik-baik karena aku akan baik-baik saja selama dirimu baik." Eline tersenyum dalam tangisnya. Manik violet itu berpendar sangat terang.
"Kau tahu? Saat aku sendirian, hanya kau yang ada di sisiku. Hanya kau yang menghiburku. Hanya kau yang memberikan senyuman hangat untukku. Ketika aku tidak memiliki arah tujuan. Kau datang memberiku pandangan. Bahkan ketika aku ketakutan, kau menjagaku sampai semua kembali."
****
Cahaya rembulan mulai meredup. Samar cahaya tampak dari ufuk timur, siap memulai hari baru.
Reytasya dan Eline baru sampai di kediaman mereka. Eline langsung melesat kelantai atas menuju kamarnya, dia harus mandi dan bersiap.
Hari ini kedua saudari itu memiliki jam kuliah pagi. Dosen berkepala perontos yang sering menghukum Eline tak akan pikir dua kali untuk membuatnya menjadi mahasiswa tetap. Eline sudah sering dihukum dilarang masuk matkul, tetapi tak ada yang mampu membuat Eline jera selain jam tambahan dan ancaman tinggal semester. Sepertinya gadis itu malah menikmati masa hukumannya.
'Kau sudah bersiap?'
'Ya.'
'Kakak sudah menunggumu di mobil.'
****
Matkul pria perontos suda berlangsung satu jam, tetapi tak ada satupun ilmu yang masuk kedalam otak Eline. Gadis itu malas-malasan menatap kearah papan tulis yang menampilkan tulisan zaman pra sejarah.
"Maaf Mr. Saya izin kekamar mandi." Eline bersuara lantang dengan tangan kanan yang terangkat, tetapi perkataannya tak ditanggapi dosen prontos yang masih sibuk menjelaskan. "Mr. Saya ingin buang air kecil."
Dosen itu melirik sekilas Eline. Matanya kembali menatap buku di tangan.
Eline mendengus. Dia bangkit berdiri dan berjalan santay menuju pintu.
"Nona Eline!"
'Jangan membuat kerusuhan Elie.'
Eline membalikan tubuh. Dia menatap dosen yang melotot kearahnya dengan kepala perontos.
***
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
ФэнтезиWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...