"Aku memang penjahat, tetapi bagaimanapun aku seorang pria yang begitu ingin melindungi belahhan jiwa." Brian Carles.
****
"Kau serius?"
"Memangnya tampangku terlihat tak serius?"
Stiven menuangkan cairan yang telah diraciknya ke-dalam tabung besar, menyatukannya dengan berbagai warna.
"Aku tak meminta persetujuanmu." Brian bersikeras. Dia harus pergi meskipun itu tanpa persetujuan kakaknya.
Steven mendengus. Pria itu beralih menatap Brian mengamati wajah keras itu. "Apa tujuanmu ke-sana?"
Brian menghela nafas. "Ayolah jangan mempersulit! Aku hanya membutuhkan bantuanmu jika ayah menanyakanku."
"Aku Kakakmu! Kau Adikku! Bersikaplah seperti Adik penurut!"
Brian melotot. Pria itu mengikuti Stiven dengan pakaian penelitiannya. "Aku ingin melindungi mate."
Langkah Steven terhenti, terkekeh kemudian kembali melangkah menuju meja berikutnya.
Brian menatap tangan Steven yang kembali sibuk, menuangkan cairan, bahkan serbuk yang ia sendiri juga tak tahu apa itu.
Sejak kecil Steven mengikuti jejak ibu mereka. Steven selalu memperhatikan Rena yang sedang meracik, meneliti, sampai menciptakan sesuatu. Steven begitu antusias saat Rena menjelaskan, mengingat-ngingatnya untuk kemudian ditiru. Putra sulung dari pack terhebat memang memiliki berjuta bakat dan prestasi.
Saat umur sepuluh tahun Steven memperlihatkan kejeniusannya. Carl yang melihat itu tampak senang, bangga, sekaligus lega. Ayah dari tiga anak mulai merencanakan liburan panjang bersama sang istri.
Bahkan sampai Steven dan Brian besar, kedua orang tua mereka masih saja berlibur dengan waktu yang tak ditentukan. Carl dan Rena hanya akan mengunjungi kedua putra mereka sebentar sebelum kembali berbagi waktu mengurus pack dan berlibur.
"Dulu saat kami masih muda, bahkan baru menikah. Kami sangat jarang menghabiskan waktu. Ibumu yang sibuk meracik dan ayah yang sibuk berperang. Pack itu memang diwariskan sudah besar dari leluhur, tetapi tetap saja masih banyak ognum yang diam-diam ingin mengambil alih. Dulu sebutan bengis belum melekat pada Ayah, saksinya ibumu. Mendapatkan julukan bengis dan terhebat itu butuh perjuangan. Beribu-ribu perang dengan hasil memuaskan, baru berhasil membuat pack kita dihormati."
Brian teringat perkataan Carl. Andai saja pria paruhbaya itu ada di rumah dia bisa langsung menemuinya dan mengutarakan maksud.
"Sampai kapan kau akan mengikutiku?" Steven memecahkan keheningan. "Aku sedang sibuk, pergilah!"
"Aku tak akan pergi ... "
"Sepenting apa mate di hidupmu?" Steven bertanya, lebih tepatnya pria itu meledek.
Brian hanya mengangkat pundak tak berniat sama sekali menjawab.
"Kau ingin melindungi mate atau Ametis?" Steven tersenyum menatap kabut kecil yang muncul di permukaan dengan bersekala. Sepertinya penelitian yang sudah dilakukan bertahun-tahun membuahkan hasil.
"Dua-duanya."
"Jangan mengkhawatirkan ametis! Kekuatan itu begitu besar, beribu-ribu kali kekuatan Rolf."
Jiwa serigala Brian yang tersinggung menggeram marah. "Jangan memancingnya! Dia bisa menghancurkan laboratoriummu."
"Sebelum serigala pemarah itu menghancurkannya, aku akan menyiram tubuhnya dengan cairan penggundul." Saat mengatakan itu Steven tersenyum geli.
Rolf menggeram kecil. Serigala itu memilih berdamai dengan Steven. Melawan peneliti gila seperti Steven hanya akan menimbulkan masalah.
Brian meringis, membayangkan jika Rolf keluar tanpa bulu. Bisa-bisa ....
'Hapus pikiran kotormu! Aku jijik melihatnya.'
'Tetapi itu semua bisa saja terjadi.'
Rolf terdiam. Serigala itu malas menanggapi Brian. Jika jiwa manusianya sedang berhayal, itu sangat tak menyenangkan! Bagaimana bisa Brian membayangkan tubuh serigalanya ditatap lapar dengan para rogue?
"Aku yakin Ametis bisa menjaga kakaknya." Steven tak lepas memandangi tabung di depannya. Pria itu sudah meracik cairan itu berbulan-bulan dan menunggunya dengan sabar. Warna coklat dengan beberapa titik hitam, bergerak kecil, meletup-letup seolah ada sesuatu yang membuat cairan itu bergejolak.
***
Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard Imortal (tamat)
FantasyWARNING! Cerita ini memiliki banyak virus, kata-kata fulgar, khayalan klasik, dan penggambaran ... Eline Herzone, gadis canntik tanpa cela itu adalah seorang putri dari keluarga bangsawan terhormat bangsa vampir. Parasnya yang disebut-sebut duplikat...