Bab 61

169 19 0
                                    

Alex mencium sesuatu yang salah. Dia harus menghentikan Eline tetapi kakinya sulit digerakan.

'Serigala bodoh!'

'Hay!'

Dia melotot ketika suaranya tak kunjung terdengar. Ah, gadis nakal itu! Pasti ini perbuatan Eline.

Brian menoleh menatap Alex yang melotot kearahnya. Perasaan pria itu tak nyaman seperti ada yang memperhatikan. Tetapi semua orang sedang sibuk dengan Eline, Tak mungkin jika ada yang memperhatikannya, bukan? Dia menjulurkan lidah mengejek Alex. Vampir angkuh itu selalu saja mengibarkan aura permusuhan, menampilkan raut terburuk yang dimiliki nya. Brian mendengus, kembali memperhatikan Ametis.

"Sebaiknya kau pergi saja!"

"Kehadiranmu hanya akan membuat rakyat Geosentris menderita."

Eline mengambang dua meter, menatap bergantian ketiga orang yang menguarkan aura permusuhan. "Aku tidak peduli. Jadi, hentikan omong kosong kalian."

"Kau itu adalah monster. Hidupmu itu di dunia kegelapan!" Perdana mentri berseru marah. Dia mengabaikan status dan tatapan beraneka orang.

"Oh begitu ya?" Eline mengangguk-anggukan kepala meniru kebiasaan dosen prontos.

Wajah Eline yang menyebalkan membuat perdana mentri semakin kesal. "Seharusnya para petuah itu membunuhmu!"

Setelah mengatakan itu perdana mentri mengambang tiga meter di udara, berputar-putar percis gangsing. Tetapi perdana mentri yang juga memiliki kekuatan tidak tinggal diam. Pria paruhbaya itu memberontak membuat nya terjun bebas menghantam lantai marmer dengan keras.

Alaric dan Zela terpaku. Mereka begitu kaget dengan apa yang terjadi.

Semua orang tanpa terkecuali menatap Eline yang masih terdiam. Gadis itu masih dengan sikap awalnya, tak bergerak sejengkalpun. Hanya manik violet gadis itu yang bersinar lebih terang dan mengilat layaknya mata pedang.

Para pettinggi mulai gelisa dallam diamnya. Mereka melirik satu sama lain menebak siapa pelaku dari perbuatan itu.

Perdana mentri Xoo yang terkenal karena ketangguhannya bangkit menatap Eline murka. Dia memegangi kaki kanannya yang terkilir. Pria itu begitu tersulut emosi dan melesatkan serangan dengan membabi-buta. Tetapi Eline hanya bergeming menatap tak berminat.

Zela melotot tak percaya. Dia tak menyangka jika akan terjadi hal semacam ini. "Eta!" Ratu Geosentris menjerit saat kilatan cahaya merah yang datang bertubi-tubi mengenai kulit Eline.

Semua orang melotot terkecuali Reytasya dan Alex. Brian yang selalu saja terpana dengan pesona Ametis kembali dibuat jatuh cinta pada gadis itu, gadis yang harusnya menjadi adik iparnya. Ah, Ametis. Andai saja Dewi Bulan menakdirkan Eline menjadi matenya, dia tak akan menyia-nyiakan putri bungsu Geosentris.

Perdana mentri melongo menatap serangannya yang berbalik arah. "Ka ... u... mons ... ter ...." Dia berusaha sekuat tenaga melenyapkan ribuan kilatan itu, tetapi tak bisa. Semakin dihancurkan, jumlahnya akan semakin banyak.

Perdana mentri memutar otak, berusaha berpikir cepat. Tak mungkin jika dia harus mati sekarang, apa lagi mati karena kekuatannya sendiri. Ya, itu begitu memalukan.

"Lawan aku dengan kekuata ...." Perkataan itu belum terdengar selesai dikeluarkan tetapi ribuan cahaya yang membelah diri menjadi jutaan menyerang tuannya tanpa ampun.

Para petinggi yang melihat itu bergetar ketakutan. Apa yang dikatakan petuah benar, kekuatan yang amat dasyat dapat merusak imortal. Tetapi menyaksikan sebagian kecil kekuatan monster Eline membuat mereka segan untuk berbicara lebih jauh.

Tubuh gagah perdana mentri sukses diliputi cahaya merah dan pelakunya hanya bergeming dengan tatapan nyalang. Kedua putra Geosentris melempar pandang. Ada kekaguman bercampur kekhawatiran yang menyorot dari manik keduanya tetapi mereka memilih untuk menunggu.

Sedangkan Alaric mengepalkan kedua tangannya di atas lengan kursi. Sebagai seorang ayah sekaligus seorang raja, dia dihadapkan dengan pilihan sulit. Menghentikan sang putri yang sedang diliputi amarah hanya akan membuat gadis itu semakin membencinya, tetapi membiarkan perdana mentri mati juga akan membawa dampak serius. Meskipun yang dilakukan Eline bukanlah suatu kesalahan, membunuh bangsawan dari keluarga yang cukup berpengaruh tetap akan menyulitkan putrinya kelak.

Zela meraih tangan putri tertuanya. Dia meremas tangan itu membuat sang empu menoleh.

"Jangan khawatirkan Elie Mom." Reytasya berbisik menatap sang ibu sayang.

Zela bergeming dengan tatapan yang tak lepas dari punggung Eline. Putri bungsunya yang selalu menunjukan sikap lemah lembut, kini berubah mengerikan seolah gadis itu sudah biasa mernggut nyawa seseorang. "Apa di dunia manusia hidup begitu keras?" Dia bertanya lirih. Tangisan yang beberapa waktu lalu berhasil dienyahkan sekarang mendobrakpaksa.

Reytasya yang duduk di samping Zela, memeluk tubuh wanita yang berstatus ratu Geosentris, merasakan tiap detik tubuh itu bergetar seiring dengan jiwa perdana mentri yang pergi. "Elie gadis tangguh. Pantas jika Selena memberikan kekuatan itu pada nya." Dia menjawab sesuatu yang tak ditanyakan sang ibu.

Jeritan seorang gadis yang tiba-tiba bergema mengagetkan semua orang kecuali Eline.

"Ayaaaaah!"

Lovetta dengan gaun musim panasnya tiba-tiba muncul bersamaan dengan seorang gadis yang tak dikenali Eline. Tetapi dari tampilan dan aroma tubuh gadis itu, dia mengetahui sesuatu.

"Angel!" Para petinggi kerajaan menggumamkan nama gadis yang melesat menghampiri tubuh perdana mentri yang terhempas kelantai.

"Apa kau baik-baik saja?" Gadis berparas cantik itu bersimpuh menyentuh pipi pria yang dipanggilnya ayah. "Kita harus pulang untuk mengobati luka-lukamu."

Tetapi perdana mentri Xoo menggeleng lemah.

Semua pasang mata menyaksikan itu dengan perasaan beraneka. Tetapi mereka semua terpaku begitupun Eline.

"Mengapa kau menolak untuk pulang? Rumahmu bukan di sini. Mari kita pulang dan aku akan mematuhi segala perintahmu."

"Ayah ... akan ... per ... gi ...." Xoo menyentuh kening putrinya. "Ja ... ga ..."

Angel terhenyak merasakan jari-jari ayahnya mengeluarkan cahaya dingin. Rasa itu membuat tubuhnya menggigil tetapi dia berusaha mati-matian menahan suaranya.

"Ayah ... mencin ... taimu." Setelah perdana mentri Xoo mengatakan itu tangannya yang menyentuh kening Angel terkulai bersamaan dengan mata pria itu yang menutup.

Angel bergeming. Tubuh kaku di hadapannya membuat gadis itu mengerjap. "Ayah." Dia berbisik lirih. Tangannya yang menyentuh pipi Xoo bergetar merasakan sesuatu yang tajam menghunus tepat di dada.

Lovetta yang melihat itu membekap mulutnya sendiri. Dia melirik takut Eline yang menyorot datar kearahnya. "Hay ... E ...." Suara gadis itu terhenti merasakan bulu tangannya yang meremang. Di bawah tatapan Eline dia melesat cepat menuju ketengah-tengah orang tuanya, meminta perlindungan pada sang raja.

****

Sudah direfisi! Koment jika typo atau kesalahan masih menyempil!

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang