Bab 65

167 19 0
                                    

"Siapapun dia tetap keluargamu! Seseorang yang memiliki darah sama denganmu! Bahkan dia, orang yang kau sebut momster, terlahir di rahim yang sama denganmu!"

Lovetta mengangkat kepalanya, membalas tatapan sang ayah. "Tetapi dia monster."

PLAAAAK!

Kekuatan besar sang raja menghantam keras pipi kanan putri keduanya. "Aku tak ingin melihat wajahmu." Setelah mengatakan itu dia menghilang.

Lovetta yang terlepas dari kursinya melayang dan menghantam guci di sudut. Guci keramik itu pecah, serpihannya mengenai tubuh gadis bermanik hijau membuat luka menganga.

Alon yang melihat adiknya terluka hanya melirik sekilas sebelum menghilang. Sedangkan Rei yang masih memiliki rasa kasihan melesat menghampiri Lovetta.

Pria bermanik kuning itu mengangkat tubuh sang adik dari serpihan keramik yang tajam. Dia meletakan tubuh berlumuran darah dalam dekapannya di atas meja yang bersih. Mencabut beberapa pecahan keramik yang menancap di punggung Lovetta merobek pakaian nya membuat gadis itu meringis. "Aku akan memanggilkan tabib."

Lovitta hanya bungkam. Dia muncul di dalam kamarnya yang hangat bersama sang kakak. "Aku tidak butuh tabib." Dia menolak.

Rei bergeming memperhatikan luka-luka Lovetta yang menutup dengan cepat, salah satu kelebihan yang dimiliki gadis itu. Ya, putri kedua Geosentris memang memiliki kekuatan langka. Tubuh nya dapat beregenerasi dengan cepat, menetralisir racun berbahaya dengan sekejap. Menurut para petuah mmmmanik hijau Lovetta yang serupa tumbuhan adalah berkat Selena yang hanya diturunkan pada segelintir orang. Meskipun Lovetta memiliki kemampuan bertempur yang payah, kekuatan yang biasa, gadis itu satu-satunya vampir dengan kemampuan bertahan tingkat tinggi, bakat murni yang sangat berguna dalam situasi perang.

"Mengapa Dad melakukan hal ini padaku? Apa begitu besar kesalahan yang kulakukan?"

Helaan nafas Rei menjawab pertanyaan Lovetta. Tetapi bukan jawaban seperti itu yang dia inginkan. Dia membutuhkan jawaban berupa kalimat yang masuk akal.

"Memang apa salahku jika aku mengkhawatirkan keselamatan orang-orang di kerajaan ini?"

Rei menghela nafas kembali, membalas tatapan sang adik yang berkaca-kaca. "Sebagai seorang kakak kau tidak pantas menanyakan apa kesalahanmu."

Kerutan halus Lovetta menghias keningnya. "Apa maksudmu aku salah mengkhawatirkam rakyat dan keluargaku?" Dia bertanya, sedikit tersinggung dengan perkataan sang kakak.

Rei mengangguk. "Renungkan kesalahanmu." Seteluah mengatakan itu dia menghilang meninggalkan Lovetta dengan kemarahannya.

***

Eline yang sudah sedikit membaik terus menggenggam tangan sang kakak. "Apa yang terjadi padaku sebenarnya Kak?" Dia memecahkan keheningan, menatap Reytasya menuntut.

"Kau hanya belum bisa berdamai." Reytasya tersenyum hangat membalas tatapan sang adik.

Helaan nafas Eline terdengar panjang mengalun di ruangan besar yang tampak sunyi. "Semakin lama aku ada di tempat ini, semakin aku merasa ketakutan."

Reytasya tertegun. Maniknya menatap semakin dalam kemanik sang adik, menyelami betapa kuat dan kelam warna violet itu. Kilatan-kilatan kecil yang sekilas terlihat seperti serabut menghipnotis Reytasya. Di sana dia menangkap luka yang membekas begitu dalam, menyebabkan ketakutan tak berujung pada jiwa Elline, gadis manis yang selalu bertingkah menggemaskan.

"Mungkin kebanyakan orang menganggap aku makhluk tak berhati dengan kekuatan mengerikan." Eline kembali bersuara. Lagi-lagi dia menghela nafas panjang. Kenangan masa lalu saat putri bangsawan menghina nya di depan para pangeran berputar jelas diingatan. Bahkan dia tak sama sekali melupakan kejadian di tiap detiknya, kejadian yang membuat jiwa Ametis Eline bangkit untuk pertama kali.

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang