Bab 23

1.1K 73 19
                                    

"Apa mendapatkan kebahagiaan sesulit itu? Apa aku harus memberitahumu apa rasanya kehilangan?" Eline Herzone.

****

Malam itu kerajaan Geosentris dihias begitu cantik. Pita serta bunga bertengger manis di setiap jengkal dinding membuat siapapun yang melihatnya tahu seberapa megah acara itu. Pilar-pilar yang berdiri kokoh juga tampak bercahaya, menerangi apapun di sekelilingnya.

Kondisi di luar kerajaan juga tak jauh berbeda. Kerlap-kerlip kekuatan sihir tampak indah menghias langit, memberikan kesan mistis. Ditambah hangatnya cahaya sang rembulan membungkus wilayah yang sedang bersuka-cita.

Eline kecil melangkah memasuki ruangan besar yang dihias begitu cantik. Karpet merah membentang luas sepanjang mata memandang, penerangan yang tergantung di langit-langit menambah kesan mewah. Sebagai anak terakhir Eline berjalan paling belakang dari ke-empat kakaknya. Gadis kecil itu mengulas senyum hangat saat berpapasan dengan manik siapapun.

Eline kecil melangkah anggun bersisian dengan saudara-saudarinya, membungkukan tubuh secara serentak sebagai bentuk penghormatan anak kepada orang tuanya. Manik violet itu berbinar menangkap kedua orang yang dicintai kembali menatap sang gadis hangatt. Eline kecil berharap apa yang telah terjadi tak akan pernah kembali. Gadis kecil itu juga berharap senyum dan tatapan hangat orang tuanya tak akan memudar.

Setelah rangkaian-rangkaian khusus anggota kerajaan inti berakhir, saatnya para tamu menikmati hidangan.

Eline kecil menghampiri meja para putri yang sedang membahas para pangeran. Dia tak begitu tertarik dengan topik yang sedang berlangsung, apa lagi tatapan sinis sebagian para putri membuatnya tak nyaman. Manik violet itu terus mencuri-curi pandang kearah orang tuanya yang sedang berbincang bersama sang kakak. Setelah berpamitan dengan para putri bangsawan lain sebagai bentuk kesopanan, gadis kecil itu melangkah meninggalkan mejanya. Wajah riang gadis kecil itu menularkan rasa bahagia bagi siapa saja yang melihat.

"Mom! Dad!"  Eline kecil berseru. Tangan gadis itu terajut di depan tubuh dengan manik violet yang berpendar indah.

Tetapi orang yang dipanggil sang gadis tak menoleh sama sekali. Orang tuanya masih sibuk berbincang dengan kakak pertama dan ke-dua yang pulang mendadak.

"Mengapa kalian tidak mengabari kami?"

Ke-dua pria dewasa itu menjawab kompak.

"Ini hadiah kami untuk kalian."

"Apakah mom dan dad bahagia dengan hadiah sederhana ini?"

Pria berambut coklat berujar lantang membuat gadis kecil yang berdiri tak jauh di belakang bergetar takut.

"Terima kasih anak-anak mom dan dad. Kami sangat senang dengan hadiah yang kalian berikan."

"Kau sedang apa Elie?"

Eline kecil tersentak dengan suara yang tiba-tiba menembus gendang telinganya. Dia menoleh menatap kakak ketiga yang sedang tersenyum jahil. Manik magenta sang kakak menyorot geli.

"Apakah kau meninggalkan putri-putri unntuk menguntip kakak-kakakmu?"

Gadis kecil itu mencebikan bibir. Begitu menggemaskan di mata sang kakak ke-tiga.

"Apakah kau memiliki hadiah untuk mom dan dad?"

Eline kecil langsung mengangguk antusias. Manik violet itu berpendar sangat terang membuat sang kakak terkekeh.

Bastard Imortal (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang